Menuju Istana Negara dengan Tari Thengul

Angeli Valencia Pratiwi
Mahasiswa Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
19 Juni 2022 11:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Angeli Valencia Pratiwi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tari Thengul di Istana Negara (Sumber Foto : Tamara)
zoom-in-whitePerbesar
Tari Thengul di Istana Negara (Sumber Foto : Tamara)
ADVERTISEMENT
Seni dan budaya dari daerah kelahiran adalah salah satu hal yang patut dijaga sekaligus dilestarikan sebagai upaya untuk mempertahankan identitas daerah. Sebagai generasi muda sudah sepatutnya para anak muda mempelajari seni daerah yang ada.
ADVERTISEMENT
Seperti yang dilakukan oleh Tamara. Gadis asal Kota Bojonegoro yang lahir pada 26 Mei 2002. Tamara berusaha mengenal serta mempelajari budaya yang berasal dari daerahnya, dengan cara turut serta menjadi salah satu penari Tari Thengul.
Tari Thengul sendiri adalah salah satu tarian kreasi ciptaan para seniman yang terinspirasi dari Wayang Thengul asal Kota Bojonegoro, Jawa Timur.
Tamara dipilih menjadi salah satu penari yang berkesempatan untuk menari Tari Thengul di Istana Negara pada saat peringatan HUT ke-74 Republik Indonesia tahun 2019.
Pada bulan Juni 2019, Tamara mengikuti seleksi penari Tari Thengul dan berhasil lolos menjadi perwakilan dari sekolahnya. Dia bersama enam belas teman-teman satu sekolahnya menjalani sesi latihan selama hampir dua bulan. Sesi latihan itu pun kemudian dilakukan bersama 250 anak yang berasal dari SMP dan SMA seluruh Kota Bojonegoro.
ADVERTISEMENT
Rasa lelah tentu saja ia rasakan selama menjalani latihan Tari Thengul. Tamara melakukan sesi latihan tiga hingga empat hari dalam seminggu dan menghabiskan waktu hampir 10 jam per harinya. Tak hanya latihan menari di tempat indoor, Tamara juga latihan menari di tengah lapangan yang panas tanpa pelindung kepala apapun.
Setelah melakukan latihan di Bakorwil Bojonegoro, perjalanannya menuju ke Istana Negara dimulai pada tanggal 13 Agustus 2019. Tamara bersama teman-teman penari lainnya berangkat ke Jakarta dengan menaikki bus dan menempuh perjalanan sekitar 13 jam.
Ketika telah sampai di Jakarta, Tamara masih harus melakukan sesi latihan lagi selama dua hari. Misalnya latihan gladi kotor atau gladi bersih agar bisa tampil sesuai arahan di lapangan Istana Negara. Untuk bisa menampilkan tarian yang sempurna, Tamara berusaha sebisa mungkin menghafal seluruh gerakan tari di luar kepalanya.
ADVERTISEMENT
Hingga pada tanggal 17 Agustus 2019, hari di mana ia tampil di hadapan seluruh orang yang hadir di Istana Negara, sebelum tampil, Tamara diserang rasa gugup yang cukup besar. Akan tetapi dengan dukungan dari pelatih, teman-teman dan tentu saja kedua orang tuanya, ia berhasil menghilangkan rasa gugupnya dan tampil dengan penuh rasa bangga.
Tampil menggunakan riasan wajah khas seperti Wayang Thengul yaitu dengan bedak berwarna putih yang tebal, Tamara berusaha menciptakan gerakan yang kompak bersama ratusan penari lain di lapangan Istana Negara pada hari itu. Ia bisa melihat betapa orang-orang yang berada di sana kagum saat melihat gerakan Tari Thengul.
Wajah Tamara tidak henti memancarkan rona bahagia, senyuman muncul begitu lebar ketika dirinya berhasil tampil di hadapan banyak orang di Istana Negara siang itu.
ADVERTISEMENT
Suka dan duka sudah Tamara rasakan selama mengikuti rangkaian sesi latihan hingga ia mampu tampil di Istana Negara.
“Ini jadi pengalaman yang wow banget buat aku, terus bisa kenal sama penari lain dan jadi punya banyak teman. Tapi agak bikin capek sih selama ikut latihan, aku juga jadi ketinggalan beberapa materi pelajaran atau tugas di kelas,” ujarnya.
Menjadi salah satu penari Tari Thengul yang tampil saat itu, membuat dirinya bisa mengenal para penari hebat lainnya dan ia mendapat pengalaman yang tentu saja tak terlupakan dalam hidupnya. Menurut Tamara, melalui partisipasinya menjadi penari Tari Thengul, ia bisa ikut serta melestarikan kesenian dari Kota Bojonegoro agar bisa lebih dikenal oleh banyak orang di Indonesia atau bahkan mungkin penjuru dunia.
ADVERTISEMENT
(Angeli Valencia Pratiwi/Politeknik Negeri Jakarta)