Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Malam Merapi Merekah
28 September 2022 9:21 WIB
Tulisan dari Angga Dwi Prasetya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Waktu menunjukkan pukul 21.17 wib, disini masih ramai orang sedang berkumpul, bermain permainan digital, bersenda gurau sambil minum kopi atau secangkir teh hangat gula batu, dan bertemankan dengan sunyinya jalanan yang terhempas di depan mereka.
ADVERTISEMENT
Seketika itu temanku bertanya, kapan aku akan menutup tokoku. Iya, aku adalah penjaga toko tempat bermain permainan digital dan berjualan pulsa kala itu, dan aku mungkin akan menutup tokoku jam 10 nanti. Dan temanku pun berkata dia sudah tidak sabar untuk menyaksikan momen, momen ketika gunung berapi di tempatku akan mengeluarkan lava.
Ketika itu adalah momen terjadinya erupsi gunung Merapi ( provinsi tempat tinggalku ). Setelah beberapa pekan terdapat semburan awan panas, hujan abu yang berakibat seluruh provinsi, kabupaten, dan kota, mungkin bahkan seluruh jawa tengah saat itu terpolusi oleh gunung Merapi, tiba pada saatnya suara radio lokal memberitakan akan kemungkinan terjadinya letupan lava Merapi.
Betapa girangnya bagi beberapa orang yang menggemari akan fenomena alam seperti ini, terutama kami berdua.
ADVERTISEMENT
Tiba-tiba temanku berkata,."sudah jam 10 lewat ini, lekas cepatlah, "Sambil sedikit membantu menutup pintu toko dan membereskan beberapa stik yang tercecer dibawahnya, dan aku juga sambil ikut cepat-cepat dalam membereskan semuanya, sampai beberapa barang tak sempat dirapikan.
Setelah selesai berbenah kami langsung menuju tempat yang baik yang dapat untuk menyaksikan secara jelas luapan lava Merapi. Sebelum kita akan kesana, Kita mampir ke lapangan terbang Gading ( lapangan udara tni AU yang jarang dipakai ), dikarenakan temanku ingin membeli rokok terlebih dahulu dan temanku menyarankan untuk memakai kendaraan bermotornya saja.
Dan dia pun menyuruhku untuk memboncengnya dengan sambil tersenyum sinis tidak enak, dan aku yang mengernyitkan dahi menahan kesal.
Sesampai kami di lapangan terbang, kami duduk di tepian selokan jalan sambil merokok dan melihat heningnya malam dan jalanan kala itu. Sama sekali tak terlihat lalu lalang seorangpun di tempat ini. Sempat kami bersenda gurau dan berandai-andai bilamana nanti ada "sesuatu" terus akan bagaimana.
ADVERTISEMENT
"Bagaimana jika di tempat kita duduk ini terus tahu-tahu ada sesuatu, "apa begitu, bagaimana coba?"
'Yah temanku, paling juga kamu yang kabur duluan daripada aku'..iya kan?'Sudah kebaca dari mukamu, hahahahaha..'
"Awas ya kalau benar ada terus malah kamu yang kabur duluan" kata temanku.
Tak selang beberapa lama, perlahan ada suara yang terdengar pelan, sangat pelan, pelan sekali tapi nampak jelas.
'Apa itu teman,.seperti suara binatang liar'
"Iya benar, jelas banget,.semakin jelas sekali"
"Itu,.lagi lagi terdengar suara yang sama".
'Sebentar sebentar sebentar teman,.bukannya kata orang tua jaman dulu kalau perihal suara gaib itu ( semakin jelas suara yang terdengar, berarti malah semakin jauh kehadiran "mereka", tetapi kalau semakin pelan suara yang terdengar, berarti malah berkemungkinan kehadiran "mereka"semakin dekat dengan kita ) iya kan?'
ADVERTISEMENT
"Berarti kita masih aman dong kalau begitu?"
'Iya kira-kira begitulah teman..'Mungkin..hehe'..
Perlahan suara itu menghilang, tak terasa waktu semakin malam dan udara semakin dingin.'Ayo teman kita lanjut lihat Merapi, mungkin sudah meletup lavanya'. Dan kitapun melanjutkan perjalanan ke desa sebelah.
Sesampainya di desa tersebut, baiklah, iya oke lah memang dapat pemandangan luncuran lava Merapi yang terlihat sangat jelas, tetapi apa, kita melihat itu semua tepat di depan tempat pemakaman umum desa setempat. Memang tidak kira-kira temanku mencari tempat untuk melihat fenomena itu?!!'
"Sudahlah tidak usah takut yang penting niat kita bersih, baik, beres, selesai,.iya kan? Kata temannku.e
Benar benar deh temankiu ini, ya sudahlah, sudah terlanjur dan iya boleh juga, selama niatnya baik okelah bisa dirasa aman.
ADVERTISEMENT
Sangat syahdu memang, melihat sangat jelas lava yang meluncur diiringi dengan suara suara yang aneh dan sesekali seperti suara ranting patah, atau terjatuh, atau terinjak, atau, entahlah??!"
Dan akhirnya aku mengajak temanku untuk pulang yang kukira berdekatan denganku karena aku memperhatikan asap rokok yang melintas diatas kepalaku dari arah belakang, eh ternyata setelah aku melihatnya, temanku berada jauh dari tempatku berdiri. Sungguh aku terkejut dibuatnya, Dengan setengah berteriak, dan setengah berbisik "karena takut mengganggu mereka". Aku bergegas memanggil temanku.
Temanku paham lalu menghampiri dan lanjut mengatakan bahwa dia juga ingin pulang, dan dengan santainya dia berkata seperti itu, seandainya dia tahu bahwa temannya baru saja mengalami hal yang diluar nalar manusia.
ADVERTISEMENT
Kali ini, temanku yang memboncengku kembali pulang ke toko tempat aku jaga.
Saat berjalan, jalanan sangat sepi sekali, hening sekali, ya mungkin memang waktunya sih, dan waktu memang sudah menunjukkan pukul 02.26 wib. Tetapi, rasa hening itulah yang mengusik hatiku dan bertanya-tanya,.'kok sunyi sekali ya, rasa, hawa, dan atmosfer kala itu seperti berhenti pada satu titik saja?!!!'
Sampailah kami singgah ke toko tempat aku jaga untuk mengambil motorku. Dan ketika aku akan menyalakan mesin motorku, temanku berkata" kamu ambil air terus bersih bersih dulu iya, jangan langsung pulang".
'Lah memang kenapa, orang tinggal mau pulang kok malah disuruh main air dulu?'
"Kan tadi, habis dari tempat pemakaman, belum lagi waktu di lapangan terbang kita juga sudah sempat mendengar suara yang tidak tidak, iya kan?"
ADVERTISEMENT
'Ooooo.,okelah aku ambil air dulu'.
Selesai ambil air, akupun bergegas menyalakan mesin motorku, dan, lagi lagi temanku memanggilku.
"Sini sebentar aku mau bertanya sesuatu sama kamu?"
'Apaan sih, sudah mau terang nih..'
"Sudah sini lah, kok jawab malahan kamu ini."
'Iya-iya,.apaan sih?'
"Tidak, cuma mau bertanya ( penasaran saja sih, kata temanku ) tadi, waktu kita belok di perempatan jalan, terus melewati gardu pos, ingat tidak kamu?"
'Iya-iya ingat,.apaan sih, buruan ah, mengantuk nih..'
"Syukurlah kalau ingat,.pertanyaanku, KENAPA KAMU MENUNDUKKAN KEPALA SEAKAN ADA ORANG TERUS KAMU MEMBERI HORMAT SAMA ORANG ITU?!!Kenapa?!"
'Lah kamu kok aneh sih, iya memang tadi, waktu lewat situ ada Bapak bapak pakai tongkat berdiri di samping jalan kok, iya aku memberi hormat lah, kan aku anak sopan dok'.
ADVERTISEMENT
"Nah ini nih, kesopanan yang tidak pas tempatnya ya ini. Soalnya, aku sama sekali tidak melihat ada orang disitu!!"paham! Kata temanku."
'Masya Allah, yang benar ?? waduh..'
"Sudah, sudah, sudah ambil air terus bersih bersih, pulang sana, hati-hati di jalan jangan lupa baca doa, aku juga sudah mengantuk. Kita bahas lagi besok. Kata temanku."
'Okelah iya sama-sama, aku pulang dulu.'
Selama di jalan aku masih terbersit akan peristiwa yang telah kualami, tanpa henti berdoa, memohon perlindungan kepada Allah SWT supaya dijauhkan dari segala macam keburukan di bumi ini, dan sembari bertanya dalam hati ( ada pertanda apa ya? )
Ya semoga penampakan itu hanyalah kebetulan saja, dan semoga itu adalah tanda yang baik.
ADVERTISEMENT
Pagi menjelang, waktu menunjukkan pukul 05.59 wib. Aku masih dengan penat dan rasa kantuk yang sangat. Sayup sayup kudengar suara ibuku mencoba membangunkanku dikarenakan ada gempa dengan skala yang besar dan terjadi cukup lama.
Iya benar saja, itu adalah momen ( 27 Mei 2006 ) gempa terbesar yang pernah ada, dan tsunami melanda Aceh.
Gempa yang banyak sekali memakan korban jiwa, banyak yang menderita dan sejarah yang takkan pernah terlupakan oleh siapapun juga.