Gunung Api Semilir Yogyakarta: Erupsi Raksasa Gunung Api Jawa Purba

Angga Jati Widiatama
Earthstoryteller, Dosen Teknik Geologi Institut Teknologi Sumatera
Konten dari Pengguna
28 April 2020 15:19 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Angga Jati Widiatama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kepulauan Indonesia terkenal dengan aktivitas gunung berapi dan telah menjadi lokasi tiga bencana besar erupsi gunung api dalam jutaan tahun terakhir seperti; Erupsi Gunung Api Krakatau, Erupsi Gunung Api Tambora, dan Erupsi Gunung Api Toba.
Gambar 1. Endapan tufa di Yogyakarta yang merupakan produk Erupsi Gunung Api Semilir
Jauh sebelum ketiga gunung api tersebut mengalami erupsi, terdapat salah satu gunung api yang sejarah erupsinya terekam dalam lapisan batuan di Pulau Jawa hingga dapat dijumpai hingga beberapa wilayah di Asia Tenggara. Gunung api tersebut adalah Gunung Api Semilir yang diperkirakan pusat erupsinya berada di selatan Pulau Jawa yang saat ini masuk dalam wilayah Provinsi Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Gunung Api Semilir merupakan bagian dari gunung api Jawa Purba yang dikenal sebagai old andesite formation (OAF). Namun tidak seperti gunung api Jawa Purba lainnya seperti Nglanggerang, Wonogiri, Pacitan dsb. yang memiliki batuan berjenis basalt hingga andesit, Gunung Api Semilir terdiri dari batuan tufa, kumpulan abu vulkanik berukuran halus hingga kerikil yang terkompaksi.
Gambar 2. Perbandingan ketebalan produk hasil erupsi Gunung Api Toba dan erupsi Gunung Api Semilir (Sumber: Smyth dkk, 2011)
Erupsi Gunung Api Semilir menghasilkan lapisan tufa setidaknya setebal 1.200 meter yang terekam di bukit Baturagung Yogyakarta, selain itu produk erupsi Gunung Api Semilir yang cukup dikenal adalah ‘Tebing Breksi’ Yogyakarta, yang sebenarnya ada kesalahpahaman terminologi nama batuan yang dijumpai disana seharusnya disebut sebagai ‘Tebing Tufa
Berdasarkan umur mineral zircon yang dijumpai pada tufa, Gunung Api Semilir mengalami erupsi pada 20,72±0.02 juta tahun yang lalu atau pada Zaman Miosen dan diperkirakan mempengaruhi atmosfer bumi. Gas sulfur yang dilepaskan ke atmosfer menyebabkan terjadinya pendinginan bumi dan glasiasi pada kutub-kutub bumi.
Gambar 3. Peta rekonstruksi sebaran produk vulkanik akibat erupsi Gunung Api Semilir (Sumber: Smyth dkk, 2011)
Penelitian Helen R. Smyth (2011) menunjukkan ketebalan lapisan batuan Formasi Semilir hampir identik dengan hasil erupsi Gunung Api Toba yang mengindikasikan adanya kesamaan skala erupsi antara erupsi Gunung Api Semilir dengan erupsi Gunung Api Toba yang terjadi 74.000 tahun yang lalu walaupun mekanisme pemicu erupsinya berbeda.
ADVERTISEMENT
Saat ini jejak rekam erupsi Gunung Api Semilir hanya dapat kita saksikan lewat lapisan batuan, namun semoga tidak hanya sebatas memahami interpretasi peristiwa masa lampau, namun kita mampu menuai makna dibalik peristiwa yang mampu mendewasakan perilaku dan pemahaman kita terhadap dinamika semesta.