Konten dari Pengguna

Kenapa Bisa Ada Fosil di Batuan Gunung Api?

Angga Jati Widiatama
Earthstoryteller, Dosen Teknik Geologi Institut Teknologi Sumatera
8 Agustus 2019 5:14 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Angga Jati Widiatama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Gunung Api. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gunung Api. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Fosil di batuan gunung api?
Sepertinya tidak mungkin, namun ternyata ada! Sebelumnya kita harus mengetahui terlebih dahulu apa itu batuan gunung api. Nah, batuan gunung api adalah batuan yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik, terdiri dari batuan beku yang terbentuk dari pendinginan magma secara langsung, dan batuan piroklastik yang merupakan batuan dari material gunung api yang terlontar dari tubuh gunung api yang berupa abu vulkanik/tufa, lapili, dan lahar.
ADVERTISEMENT
Bagaimana mungkin batuan beku yang terbentuk dari magma bisa mengawetkan fosil?
Jawabannya tidak bisa, karena bagian lunak mahluk hidup pasti akan hancur saat terkena batuan pijar. Namun jika batuan pijar tersebut membeku secara cepat, misalkan berada di dalam tubuh, maka air akan akan mampu menjebak tubuh mahluk hidup dan mengawetkannya hanya dalam bentuk cetakan tubuh atau mold, bukan mengawetkan bagian keras seperti tulang. Contoh kejadian ini terdapat pada cetakan Diceratherium sp. atau sejenis badak yang terdapat pada lapisan lava pada Formasi John Day (Amerika) yang berisi batuan Gunung Api Yellowstone di Amerika Serikat.
Selain itu fosil hewan pada batuan gunung api terawetkan pada batuan-batuan piroklastik yang terdiri dari tufa, lapili, dan lahar. Mekanisme pengawetannya seperti pada batuan sedimen, karena proses pengendapan batuan piroklastik juga mengalami proses trasportasi material dari lokasi pembentukan. Saat pengendapan terjadi, jika terdapat organisme yang memiliki bagian tubuh keras (cangkang atau tulang), maka akan ikut terawetkan.
ADVERTISEMENT
Contoh formasi batuan piroklastik yang membentuk lapisan fosil adalah Formasi John Day (Oregon, Amerika) yang berisi beraneka ragam fosil dari kucing gigi siber, anjing, badak, hingga unta. Preservasi fosil ini tidak hanya terjadi pada satu formasi batuan ini saja, namun berbagai formasi batuan di Amerika Utara, dari Formasi Ellensburg di Washington hingga Formasi Virgin Valley, Nevada.
Ilustrasi: (A) Cetakan (mold) badak pada lava Gunung Api Yellowstone (sumber: Museum Universitas Nebraska); (B), Situs fosil pada batuan tufa, Museum Universitas Nebraska (sumber: Museum Universitas Nebraska); (C) Fosil pada lahar Formasi Kalipucang, Sragen. Moluska air laut (kotak merah), moluska air tawar (kotak kuning), dan gigi kambing pada kotak biru (Widiatama dkk., 2019); dan (D) Discoaster challengeri pada Paperite Formasi Kalipucang, Pantai Manganti-Kebumen (koleksi pribadi).
Bagaimana contoh di Indonesia? Apakah ada juga?
Tentu saja ada! Seperti pada Formasi Notopuro yang berumur pleistosen di Zona Kendeng Jawa. Pada endapan laharnya, dijumpai pecahan gigi kambing, kerbau, dan pecahan gading. Juga pada formasi yang sama namun di daerah yang berbeda, tepatnya di Patiayam Kudus, ada formasi berisi fosil gajah purba yang dijumpai pada perselingan lapisan tufa dan endapan sungai purba hingga pantai purba. Hal ini mengindikasikan bahwa kejadian katastrofi yang mengakibatkan hewan-hewan itu punah disebabkan oleh letusan gunung api, lalu material gunung api seperti tufa, lapili, dan lahar membantu dalam proses pengawetannya.
ADVERTISEMENT
Selain itu ada hal yang unik di Pantai Manganti, Kebumen, karena terdapat batuan gunung api yang disebut sebagai paperite dan mengandung nanofosil gampingan. Nanofosil gampingan sendiri merupakan fosil hewan planktonik bercangkang karbonat berukuran mikroskopik.
Sedangkan paperite merupakan batuan gunung api yang terbentuk akibat pembekuan lava yang mengalir pada tubuh air, lalu mengalami kontak dengan sedimen yang belum terkompaksi. Lava yang membeku dan sedimen bercampur saling mengisi memperlihatkan penampakan akhir ,“seolah” batu gamping mengintrusi atau menerobos batuan beku. Hal ini terjadi pada lava basalt-andesitik, batuan beku intrusif berumur Miosen Awal-Miosen Tengah (23-11 Jtl.), yang mengalir diatas sedimen gamping klastika Formasi Kalipucang yang belum terkompaksi sehingga membentuk paperite.