Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Semarang, Kota di Atas Delta dan Fenomena Penurunan Tanahnya
11 Maret 2020 11:02 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Angga Jati Widiatama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kota Semarang secara morfologi dibagi menjadi dua wilayah yang memiliki karakteristik berbeda kawasan Semarang bawah dan kawasan Semarang atas.
ADVERTISEMENT
Kawasan Semarang bawah yang merupakan kawasan pusat Kota Semarang terletak pada daratan hasil endapan sungai yang membentuk delta. Sedangkan, kawasan Semarang atas yang merupakan kawasan urban yang terdiri dari morfologi perbukitan di kaki Gunung Ungaran.
Kawasan Semarang bawah pada awal berdirinya kota ini merupakan kawasan dataran endapan delta, rawa-rawa, tambak, dan persawahan. Namun seiring berjalannya waktu berubah fungsi menjadi pemukiman dan perkantoran.
Kawasan Semarang bawah dibentuk oleh endapan sungai sungai yang bermuara di Teluk Semarang seperti Kali Semarang, Kali Garang, Kali Kreo, dan Kali Gribik yang membentuk delta kecil.
Selain dari keempat sungai tersebut, delta Semarang juga mendapatkan sedimen kiriman dari Sungai (Kali) Bodri yang berada di Kabupaten Kendal yang berhulu di Kabupaten Semarang dan Kabupaten Temanggung.
ADVERTISEMENT
Delta merupakan tubuh daratan yang menjorok ke tubuh air (laut) yang terbentuk akibat pengendapan sedimen yang dibawa oleh aliran sungai. Endapan sedimen pada delta kaya akan mineral hasil lapukan batuan serta humus yang hanyut terbawa akibat hujan dan banjir di bagian hulu sungai sehingga umumnya memiliki tanah yang subur untuk pertanian.
Tak heran jika banyak peradaban kuno dimulai dari daerah yang terbentuk delta seperti pada Delta Nil, Delta Missisipi, Delta Amazon, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Penurunan tanah dipicu oleh pemadatan pori antar butir pada sedimen yang disebabkan oleh pengambilan air tanah yang lebih cepat dibandingkan pengisian air tanah (recharge) pada sistem cekungan air tanah atau disebabkan oleh pembebanan bangunan yang didirikan diatas sedimen yang belum terkompaksi (padat).
Di utara Kota Semarang fenomena geologi penurunan tanah memiliki laju penurunan tanah yang relatif sangat tinggi yaitu berkisar 10 hingga 20 cm per tahun. Hal ini menyebabkan banyak infrastrukur berupa bangunan dan jalan yang tenggelam akibat masuknya air laut dan air sungai ke daratan.
Kerugian material akibat bencana penurunan tanah relatif cukup tinggi karena lokasi tidak dapat ditempati kembali oleh pemiliknya untuk di rekonstruksi ulang. Kerugian mencakup material, historical (pada bangunan cagar budaya zaman kolonial), hingga kultural akibat harus direlokasinya suatu kampung/pemukiman.
ADVERTISEMENT