Situs Kebumian Gunungtiga-Gunungkasih Sebagai Situs Kebumian Lampung

Angga Jati Widiatama
Earthstoryteller, Dosen Teknik Geologi Institut Teknologi Sumatera
Konten dari Pengguna
1 Desember 2023 10:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Angga Jati Widiatama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lampung merupakan terra incognita atau tanah yang terlupakan dalam konteks penelitian kebumian, kondisi hutan yang lebat, pelapukan yang tinggi, dan aksesbilitas yang terbatas menyebabkan penelitian kebumian yang dilakukan di wilayah Lampung cukup terbatas. Dibalik itu semua, Lampung menyimpan keanekaragaman situs kebumian yang memiliki beragam variasi dan dapat disebandingkan dengan berbagai geosite kelas dunia lainnya. Para dosen dan peneliti ITERA saat ini fokus mengeksplorasi wilayah Gunungtiga-Gunung kasih, Tanggamus yang memiliki keragaman situs kebumian yang bernilai edukasi tinggi karena memiliki fitur geologi yang tersingkap pada satu wilayah yang saling berdekatan.
Gambar 1. Lokasi Gunungtiga-Gunungkasih dari ITERA
Wilayah Gunugtiga-Gunungkasih menyingkap batuan yang relatif beraneka ragam. Mulai dari batuan metamorf yang menjadi batuan alas atau batuan dasar dari wilayah Lampung, batuan sedimen laut dalam hasil pengangkatan dasar samudra Mesotethys, breksi polimiks hasil endapan sungai teranyam purba berusia 60 juta tahun lalu, tuf hasil dari erupsi gunungapi Lampung purba. Keanekaragaman fitur geologi ini sangat bagus digunakan sebagai media pembelajaran bagi siswa, mahasiswa, maupun khalayak umum yang memiliki minat dalam ilmu kebumian.
Gambar 2. Geomorfologi wilayah Gunungtiga-Gunungkasih
Di Indonesia telah ada beberapa wilayah yang menjadi tempat kampus lapangan, seperti Bayat-Klaten, Karangsambung-Kebumen, Kulonprogo-Yogyakarta, hingga Ciletuh, Sukabumi. Masing-masing lokasi menyimpan kekayaan dan keanekaragaman geosite yang beragam namun secara umum mereka menyingkap runutan batuan kerak samudra hingga busur gunungapi. Gunungkasih relatif berbeda dibandingkan dengan kampus lapangan ilmu kebumian yang ada di Pulau Jawa karena di Lampung batuan yang tersingkap adalah runutan batuan kontinen. Batuan metamorf Lampung terdiri dari Sekis beraneka fasies dari derajat rendah (greenschist) hingga sekis fasies menengah (amphibol schist) yang digolongkan dalam Kompleks Gunungkasih.
Gambar 3. (A) Kontak batuan sekis dengan marmer yang tersingkap di Gunungtiga-Gunungkasih (B) Marmer terfoliasi yang ditambang, (C) Batulempung merah berumur Kapur (120-66 Juta tahun lalu) yang ditunjukkan dengan keberadaan fosil radiolaria, (D) Batugamping wackestone-packstone,(E) Perlapisan tuf-batulanau-batupasir-batugamping, (F) Mineralisasi logam mangan dan besi.
Endapan flysch Formasi Menanga penanda endapan laut dalam yang tersingkap ke permukaan. Terdapat pula endapan breksi polimik Formasi Sabu yang terbentuk dari hasil tabrakan kontinen Sumatera Barat dengan Busur Gunungapi Woyla yang dapat dikorelasikan dengan konglomerat polimik yang ada di Karangsambung-Kebumen. Terdapat juga endapan tuf padu Formasi Hulusimpang yang menjemari dengan Formasi Gading berisi batuan silisiklastik dan karbonat.
Gambar 4. (A) Garnet bertekstur porfiroblast pada sekis kuarsa-muscovit-biotit, (B) Kuarsa botryoidal yang mengisi rekahan pada sekis, (C) Kuarsa sekunder mengisi rongga pada basalt vesikuler,(D)Tuf terelaskan (welded tuf) yang membentuk struktur laminasi dan penjajaran butiran,(E) Plagioklas dan piroksen pada diorit, (F) Batupasir kuarsa.
Gambar 5. (A) Fosil moluska berumur Oligosen-Miosen, Formasi Gading (39-19 Jtl.), (B) Fosil jejak Nereites sp. berumur Kapur (120-66 Jtl.) pada Formasi Menanga, (C) Foraminifera bentonik besar (LBF) Lepidocyclina sp. berumur Oligosen-Miosen, Formasi Gading (39-19 Jtl.), (D) LBF Miogypsina sp. berumur Oligosen-Miosen, Formasi Gading (39-19 Jtl.) dengan moluska dan foraminifera plaktonik globigerinid, (E) Fosil radiolaria Praeconosphaera sp. pada batulempung merah, berumur Jura-Kapur (150-66 Jtl.), (F) Radiolaria Pantanellium sp. penciri laut Mesotethys berumur Jura-Kapur (150-66 Jtl.), Formasi Menanga.