Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Bangun Jalan Trans Papua, Bagaimana Kondisi Taman Nasional Lorentz?
20 April 2017 14:01 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Jalan Trans Papua merupakan proyek infrastruktur yang menjadi program prioritas pemerintah di kawasan Timur Indonesia. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mencatat pembangunan jalan Trans Papua sudah mencapai 3.994,87 kilometer dari total panjang 4.440,07 kilometer.
ADVERTISEMENT
Dalam pembangunannya, pemerintah diminta untuk tetap menjaga kelestarian hutan alam di Papua. Sebab, sebagian ruas jalan Trans Papua yaitu di kawasan Wamena-Habema-Kenyam-Mumugu sepanjang sekitar 284 kilometer melewati Taman Nasional (TN) Lorentz yang berstatus Situs Alam Warisan Dunia.
Kepala Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi (PKPT) Kementerian PUPR, Rezeki Peranginangin, mengatakan pemerintah melalui dengan Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) XVIII Jayapura melakukan sinergi dengan Balai TN Lorentz.
"Dengan sinergi tersebut diharapkan pembangunan jalan Trans Papua dipastikan keutuhan dan keaslian nilai-nilai warisan alam di TN tersebut serta tidak merusak kelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayati di TN Lorentz," kata Rezeki seperti dikutip di laman Kementerian PUPR, Kamis (20/4).
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) XVIII Jayapura Osman H. Marbun mengatakan pihaknya selalu berkoordinasi intens dengan Balai TN Lorentz.
Beberapa isu lingkungan seperti die back (kepunahan) hutan Nothofagus, surutnya permukaan air Danau Habbema, dan berkurangnya gambut di dataran tinggi telah diakomodir di dalam Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) dan AMDAL hingga memperoleh izin lingkungan dari Gubernur Papua pada 22 Januari 2015.
“Untuk mencegah surutnya permukaan air Danau Habbena kami akan membangun drainase menyeluruh sepanjang badan timbunan menggunakan geogrid komposit,” katanya.
Sementara itu, Kepala Balai TN Lorentz A.G. Martana menegaskan tidak ada korelasi antara pembangunan jalan dengan die back spesies tanaman endemik Papua yang berasal dari hutan purba ini. Dugaan sementara mengenai isu punahnya Nothofagus disebabkan karena penyakit dan pemanasan global.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, Tim dari KLH & K yang terdiri dari Balai TN Lorentz, P3E, Direktorat Kawasan Konservasi, bersama P2B LIPI dan kalangan akademisi tengah menginvestigasi lebih lanjut penyebab kepunahan Nothofagus agar dapat dilakukan langkah-langkah pengendalian die back.
Kementerian PUPR akan menerjunkan tim gabungan yang terdiri dari PKPT, Puslitbang SDA, Puslitbang Jalan dan Jembatan untuk bersama-sama dengan Subdit Lingkungan dan Keselamatan Jalan, Direktorat Kawasan Konservasi KLH & K, LIPI, dan P3E Papua melakukan kajian lebih mendalam di lapangan untuk masalah kelestarian lingkungan TN Lorentz.