Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Industri Batu Bara Masih Potensial Hingga 50 Tahun ke Depan
22 Maret 2017 11:10 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Harga batu bara yang sempat anjlok hingga di bawah 50 dolar per ton, sempat membuat pengusaha kalang kabut. Apalagi ditambah oversupply yang semakin menekan harga. Harga batu bara kini beranjak naik, bahkan hingga menyentuh 80 dolar AS per ton.
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Indonesia, Supriatna Suhala mengatakan harga batu bara diprediksi akan terus naik, apalagi setelah China menerapkan pengurangan jam kerja untuk industri yang menggunakan batu bara.
Menurut dia, dengan kebijakan tersebut jumlah batu bara yang beredar di pasaran bisa dikendalikan dan harga tetap kompetitif.
"China itu berproduksi batu bara 10 - 11 juta ton per hari, jika 1 bulan saja 4 hari libur, bisa turun 40 juta ton. Ini simpel tapi efektif," kata Supriatna pada acara Dialog Emiten Tambang di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (22/3).
Suhala mengatakan, batu bara masih potensial dalam 50 tahun ke depan. Sebab, komoditas ini masih akan berperan penting dalam penyediaan energi. Cadangan batu bara diklaim masih melimpah. Dari data World Coal Association, tercatat 78 negara yang memproduksi batu bara.
ADVERTISEMENT
"Jadi renewable energy memang bisa digunakan di masa depan, tapi masih akan lama pelaksanaannya. Apalagi di Indonesia, kita ingin listrik 24 jam, tapi matahari kan tidak selalu cerah, angin juga angin-anginan," katanya.
Ia menilai, emiten-emiten batu bara seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) masih akan tetap menarik untuk dikoleksi investor, karena fundamentalnya akan semakin bagus ke depan.
"Prediksi saya harga batu bara tahun ini akan bergerak di rentang 83 - 85 dolar AS per ton, jadi masih bagus," tuturnya.