Instan Makannya, Gurih Bisnisnya

17 Januari 2017 18:29 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Para konsumen menunggu antrian untuk memesan makanan di Warung Upnormal, Tebet. (Foto: Wahyuni Sahara/kumparan)
Perputaran uang dari bisnis membuka warung mi instan cukup menjanjikan. Omsetnya bisa mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah per hari. Seperti warung mi di kawasan Jalan Tawakal, Grogol, Jakarta Barat. Sang pemilik, Badri, mengaku warungnya tak pernah sepi. Pria asli Kuningan, Jawa Barat, ini memiliki empat warung yang tersebar di wilayah Jakarta dengan omset mencapai Rp 2 juta. “Sehari bisa habis 6 sampai 7 dus mi instan,” katanya kepada kumparan, Senin (17/1).
ADVERTISEMENT
Untuk wilayah Jakarta, jumlah warung mi instan sudah mencapai ratusan dan terdapat di hampir setiap wilayah ibu kota. Adapun jumlah pengusaha warung mi instan paling besar berada di Yogyakarta, yang lebih dikenal warung mi dan bubur kacang hijau atau burjo yang lokasinya kebanyakan berada di sekitaran kampus atau kos-kosan mahasiswa.
Ketua Paguyuban Pengusaha Warung Kuningan (PPWK), Andi Waruga, mengatakan jumlah warung burjo yang tergabung dalam paguyubannya mencapai 1.500 warung. Ada 5.000 orang yang menjadi pengusaha dan pegawai warung di Yogyakarta. “Semaunya warga Kuningan,” kata Andi.
Ditanya mengenai omset pendapatan setiap outlet, Andi tak menjawab. Namun, dalam situs resmi pemerintah Kabupaten Kuningan, total pendapatan warung mi instan anggota PPWK di Yogyakarta mencapai Rp 54 miliar sepanjang 2014.
Para pegawai warung Abang Adek. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
PT Citra Rasa Prima Grup cepat melihat potensi pasar penjualan mi instan. Perusahaan yang bermarkas di Bandung itu membuat gerai Warungk Upnormal dengan menu utama menjual mi instan. Saat ini, Upnormal memiliki 35 gerai yang tersebar di 15 kota dengan sistem mitra. Pelanggannya rata-rata anak muda. Dalam sehari, setiap outlet upnormal bisa menghabiskan hingga 30 dus mi instan.
ADVERTISEMENT
Head of Promotion PT. Citarasa Prima Indonesia Berjaya (Citarasa Prima Group - CRP Group), Sarita Sutedja, mengatakan perusahannya memang melihat peluang bisnis mi instan di Indonesia cukup besar. Apalagi, konsumsi masyarakat cukup tinggi. “Ada inspirasi juga dari Warmindo atau burjo. Tapi kami menyajikannya berbeda dengan pasar anak-anak muda,” katanya.
Sari memang tak berlebihan. Dalam data World Instant Noodless Association (WINA), Indonesia merupakan negara dengan konsumi mi cukup tinggi, yakni 13,2 miliar bungkus sepanjang 2015 atau tertinggi kedua di dunia setelah China yang mencapai 40,4 miliar bungkus.
Ipong, pemilik Warmindo d Kalibata (Foto: Novan Nurul Alam/kumparan)
Bagaimana dengan produsen mi instan di Indonesia melihat pangsa pasar ini? Berdasarkan pantauan kumparan, hampir seluruh warung mi instan dikuasai oleh produk Indomie yang diproduksi PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Perusahaan ini memang menguasai ceruk pasar mi instan di dalam negeri. Pada kuartal III tahun lalu, total penjualan mi instan mencapai Rp 17 triliun, naik dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 16 triliun.
ADVERTISEMENT
Andi Waruga tak membantah jika paguyubannya bekerjasama dengan pihak Indofood. Sementara pemilik warung mi instan lainnya membantah ada kerjasama. Bantahan juga disampaikan PT CRP Grup. “Kami tidak memiliki ikatan kerjasama dengan pihak perusahaan mi instan,” kata Sari Sutedja.
Sementara itu, Corporate Communication PT Indofood, Stefanus Indrayana, tak membantah keberadaan warung mi juga mendongkrak penjualan produk Indomie. “Semakin mengenalkan kelezatan dan kreasi kuliner menggunakan Indomie kepada masyarakat luas,” kata Stefanus.