Waspadai Peningkatan Risiko Kredit Bermasalah

14 April 2017 13:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi gedung Otoritas Jasa Keuangan (OJK). (Foto: Anggi Dwiky Darmawan/kumparan)
Rapat Dewan Komisioner (RDK) Otoritas Jasa Keuangan menilai stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia dalam kondisi terjaga. Ketidakpastian ekonomi dan pasar keuangan global pada Maret 2017 terpantau berkurang. Perekonomian Advanced Economies (AE) melanjutkan perbaikan sehingga meningkatkan ekspektasi berlanjutnya normalisasi kebijakan moneter.
ADVERTISEMENT
Begitu hasil rapat RDK yang dirilis OJK Kamis kemarin. Dalam rapat tersebut, OJK memprediksi kenaikan Fed Funds Rate (FFR) atau suku bunga bank sentral Amerika Serikat pada Maret 2017, dampaknya tidak signifikan bagi emerging market. Dana global terpantau kembali masuk ke emerging market sehingga pasar keuangan global bergerak menguat.
Sejalan dengan pasar global, pasar domestik juga bergerak menguat pada Maret 2017. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih membukukan penguatan sebesar 3,37 persen month to month (ytm/year to month 5,12 persen) dan mencatat rekor tertinggi pada 30 Maret 2017 pada posisi 5.592,90.
Aksi beli bersih (net buy) nonresiden pada bulan laporan terpantau meningkat signifikan yaitu sebesar Rp10,1 triliun (ytm net buy Rp 8,3 triliun). Pergerakan pasar Surat Berharga Negara (SBN) juga menguat dengan penurunan yield atau imbal hasil SBN di semua tenor dan nonresiden mencatatkan net buy Rp 31,3 triliun (ytm net buy Rp 57,4 triliun).
ADVERTISEMENT
Seiring dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan intermediasi lembaga jasa keuangan menunjukkan perbaikan. Per Februari 2017, penyaluran kredit perbankan tumbuh menguat sebesar 8,57 persen yoy dibanding Januari 8,28 persen yoy. Sedangkan pertumbuhan piutang pembiayaan tercatat sebesar 7,20 persen yoy dibanding Januari 6,67 persen yoy.
Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Februari 2017 tumbuh sebesar 9,21 persen yoy dibanding Januari: 10,04 persen yoy. Pendapatan premi asuransi Januari-Februari 2017 tercatat sebesar Rp 30,9 triliun atau meningkat sebesar 11,6 persen dari periode yang sama tahun 2016.
Sejalan dengan pertumbuhan DPK di perbankan, pada periode Januari-Maret 2017, sebanyak 23 emiten menghimpun dana di pasar modal sebesar Rp 33,2 triliun atau meningkat sebesar 40,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2016 (Januari – Maret 2016 dengan 11 emiten).
ADVERTISEMENT
Berbeda dari tahun lalu yang mayoritas dana digunakan untuk restrukturisasi utang, tahun ini direncanakan 24 persen dana digunakan untuk ekspansi usaha dan 69 persen untuk modal kerja.
Pergeseran ini mengindikasikan optimisme dunia usaha terhadap prospek bisnisnya. Dilihat dari bidang usaha emiten, sebanyak 62,74 persen emiten adalah Lembaga Jasa Keuangan (LJK).
Sementara itu, risiko LJK terpantau berada pada level yang manageable. Per Februari 2017, risiko kredit terpantau meningkat di tengah pertumbuhan restrukturisasi kredit yang telah dalam tren melambat.
Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross sebesar 3,16 persen dibanding Januari: 3,09 persen dan NPL nett 1,38 persen dibanding Januari 1,35 persen. Sedangkan rasio Non-Performing Financing (NPF) perusahaan pembiayaan tercatat membaik menjadi 3,03 persen dibanding Januari 3,17 persen.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil rapat tersebut, OJK akan terus memantau risiko kredit LJK yang masih relatif tinggi di tengah masih belum solidnya indikator kinerja sektor riil domestik.