Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Tribun, Yel-Yel, dan Saya: Cerita Menjadi Supporter Dadakan
19 Desember 2024 12:34 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Anggelina Salma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Ayo, bangkit! Semangat, jangan kasih kendor!” Teriak saya dengan tangan mengepal, entah kepada siapa. Saya yang biasanya tidak peduli dengan dunia sepak bola, tiba-tiba menjadi salah satu orang di tribun yang meneriakkan yel-yel penuh semangat. Semua ini berawal dari pasangan saya, yang sudah sejak lama menjadi suporter setia tim kesayangannya. Awalnya saya hanya ikut-ikutan, tapi siapa sangka, suasana tribun yang penuh emosi mampu mengubah pandangan saya.
ADVERTISEMENT
Dulu, sepak bola tidak pernah masuk dalam daftar hal yang saya anggap menarik. Bahkan menonton pertandingan di televisi pun jarang. Kalau pasangan saya mulai cerita soal timnya, saya hanya mengangguk sambil pura-pura mengerti. Namun, ajakan menonton pertandingan langsung di stadion pada suatu sore mengubah segalanya. “Cuma nonton aja, kok,” katanya. “Nggak usah takut.”
Pertandingan pertama itu seperti dunia baru bagi saya. Suara gemuruh dari tribun, yel-yel yang dinyanyikan dengan lantang, dan bendera-bendera berkibar menciptakan suasana yang sulit dijelaskan. Saya hanya duduk di tribun, mengamati, dan mencoba memahami apa yang membuat ribuan orang ini begitu bersemangat. Ternyata, antusiasme itu menular.
Saya melihat bagaimana para suporter saling mendukung tim mereka dengan sepenuh hati. Tapi, saya juga melihat sisi lain—mereka bisa ribut hanya karena hal kecil. Kadang, tim lawan mencetak gol, dan itu cukup untuk memantik perang kata-kata. “Masalah apa lagi memang?” gumam saya, bingung dengan keributan yang terasa sepele. Namun, semakin lama saya di tribun, semakin saya paham bahwa bagi mereka, ini bukan sekadar permainan. Ini tentang kebanggaan, tentang rasa memiliki.
ADVERTISEMENT
Tidak butuh waktu lama bagi saya untuk terlibat lebih dalam. Saya mulai menikmati yel-yel yang terus bergema sepanjang pertandingan. Lagu-lagu itu melekat di kepala, bahkan tanpa saya sadari menjadi playlist baru di ponsel saya. Saya yang dulu tidak peduli, kini mulai ikut berteriak, meluapkan rasa “gemas” saat peluang emas terbuang sia-sia.
Yang menarik, menjadi suporter juga mengajarkan saya untuk melihat dunia dari perspektif yang berbeda. Saya belajar bahwa sepak bola bukan hanya tentang permainan, tapi juga soal persatuan, kekompakan, dan bagaimana ribuan orang bisa menyatukan suara untuk mendukung sesuatu yang mereka cintai.
Di stadion, saya melihat bagaimana emosi manusia begitu beragam—dari tawa bahagia saat gol tercipta hingga teriakan frustrasi karena keputusan wasit yang dianggap tidak adil. Saya mulai memahami apa yang membuat pasangan saya begitu mencintai dunia ini. Bahkan, saya ikut merasakan kebahagiaan kecil ketika timnya menang, seperti ikut memiliki kontribusi, meski hanya lewat suara yang saya teriakan dari tribun.
ADVERTISEMENT
Tak terasa, saya mulai menantikan pertandingan berikutnya. Rasanya aneh, orang yang dulu netral dalam dunia sepak bola kini menjadi bagian dari gemuruh tribun. Tiba-tiba, saya punya tim favorit, yel-yel andalan, bahkan jersey tim kesayangan yang saya pakai dengan bangga.
Namun, menjadi suporter juga mengajarkan saya untuk menerima kekalahan. Kadang, tim yang kita dukung tidak selalu menang. Itu bukan hanya soal hasil pertandingan, tapi juga tentang bagaimana kita tetap mendukung meskipun keadaan tidak sesuai harapan. Di sinilah saya melihat nilai kesetiaan, sesuatu yang jarang saya temukan di tempat lain.
Sekarang, saya paham kenapa pasangan saya begitu mencintai dunia suporter. Sepak bola bukan hanya tentang siapa yang mencetak gol terbanyak, tetapi juga tentang bagaimana kita menikmati perjalanan itu. Saya bersyukur telah diajak masuk ke dunia ini, karena saya tidak hanya menemukan hobi baru, tetapi juga cara baru untuk mengapresiasi kehidupan.
ADVERTISEMENT
Siapa sangka, seseorang yang dulu acuh tak acuh terhadap sepak bola kini menjadi bagian dari tribun penuh semangat. Mungkin, inilah keajaiban sepak bola—ia bisa membuat siapa saja jatuh cinta tanpa disadari. Dan saya? Saya masih teriak-teriak di tribun, menikmati setiap detik pertandingan dengan penuh antusiasme.