Konten dari Pengguna

Dari Lupa hingga Amnesia: Apa yang Salah dengan Otak Kita?

Anggi Eka Pangesti
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
6 Desember 2022 18:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anggi Eka Pangesti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernah gak kalian lupa akan sesuatu sampai-sampai kalian mendiagnosis diri sendiri kalau kalian punya amnesia? “Duh! Kok gue lupa mulu sih? Jangan-jangan gue amnesia.” Atau kalian malah menyalahkan otak kalian? “Kayaknya ada yang salah deh sama otak gue."
ADVERTISEMENT
Eitsss, tenang dulu, yuk simak penjelasan berikut ini!
www.freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
www.freepik.com
Lupa dan amnesia itu berbeda. Lupa merupakan kondisi saat kita gagal melakukan encoding atau retrieval memori, sedangkan amnesia terjadi saat otak kita mengalami kerusakan.
Hah?! Encoding? Retrieval? Apaan tuh?
Encoding merupakan proses saat informasi masuk ke otak kita melalui pengodean. Ketika kita menerima berbagai informasi dari lingkungan luar, informasi tersebut akan diubah menjadi kode dan dimasukkan ke dalam memori kita. Lupa terjadi karena kegagalan encoding. Kegagalan encoding bukan berarti kita gagal mengodekan informasi, melainkan informasi yang kita terima tidak pernah kita masukan ke dalam ingatan kita, lebih tepatnya ke dalam memori jangka panjang. Jadi, kita sebenarnya tidak lupa, kita hanya tidak mengodekan informasi yang kita terima.
ADVERTISEMENT
Namun, ada kemungkinan kita sudah mengodekan informasi tersebut. Tapi, kenapa kita masih lupa? Karena kita tidak mengodekan informasi secara detail, kita hanya mengodekan informasi secukupnya. Hal tersebut dibuktikan pada sebuah penelitian mengenai uang koin sen. Peneliti menunjukkan 15 keping uang koin sen AS dalam berbagai versi kepada para subjek dan meminta mereka untuk memilih mana uang koin yang benar (Nickerson & Adams, 1979). Hasilnya, kebanyakan dari mereka tidak berhasil memilih uang koin yang benar. Hal ini terjadi karena mereka tidak terlalu memperhatikan secara detail informasi mengenai uang koin tersebut. Mereka hanya menyimpan informasi secukupnya untuk membedakan mana uang koin yang bernilai x dan mana uang koin yang bernilai y. Lain halnya jika subjek adalah seorang kolektor uang koin. Mereka mungkin akan memperhatikan secara khusus uang logam yang mereka punya.
ADVERTISEMENT
Retrieval merupakan proses memanggil kembali ingatan yang sudah kita simpan di memori jangka panjang. Setiap individu memiliki alasannya tersendiri mengapa mereka mengalami kegagalan retrieval. Psikolog telah mengajukan teori bahwa kegagalan retrieval bisa disebabkan oleh alasan pribadi individu untuk ingat atau lupa, efek waktu, masalah terhadap informasi di penyimpanan dan kondisi otak (Miller & Matzel, 2006; Sweatt, 2007).
Selain kegagalan encoding dan retrieval, masih ada beberapa penyebab seseorang lupa. Adanya gangguan yang menghambat seseorang untuk mengingat bisa juga menjadi penyebab seseorang lupa. Terdapat dua jenis gangguan, gangguan proaktif dan gangguan retroaktif. Gangguan proaktif terjadi ketika materi yang sudah dipelajari sebelumnya mengganggu materi yang akan dipelajari (Hedden & Yoon, 2006). Contohnya, ketika kita bertemu dengan teman baru di perkuliahan bernama Kian dan kita juga punya teman SMA bernama Kiran, terkadang kita bisa salah menyebut nama Kian menjadi Kiran. Gangguan retroaktif merupakan kebalikan dari gangguan proaktif, yaitu ketika materi baru mengganggu materi yang sudah pernah kita pelajari (Delprato, 2005). Misalnya, ketika kita sudah berteman dengan Kian, kemudian kita datang ke reuni sekolah dan bertemu dengan Kiran, kita bisa saja menyebut nama Kiran menjadi Kian.
ADVERTISEMENT
Waktu yang telah berlalu memungkinkan kita lupa akan sesuatu. Hal ini disebut kemerosotan atau kefanaan. Teori kemerosotan (decay theory) mengungkapkan bahwa ketika kita mengingat sesuatu, zat saraf kimia di otak kita membentuk “jejak ingatan”. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, jejak tersebut bisa menghilang. Seorang peneliti ingatan Daniel Schacter (2011) menggambarkan fenomena ini sebagai sebuah kefanaan (transience). Salah satu contoh dari kefanaan ini adalah ketika kita duduk di bangku SMA, kita mungkin masih mengingat dengan jelas materi-materi yang disampaikan oleh guru kita. Namun, ketika kita memasuki dunia perkuliahan, materi tersebut semakin pudar dari ingatkan kita sampai suatu saat kita akan melupakannya.
Gangguan lain adalah fenomena di ujung lidah (tip-of-the-tongue – TOT). TOT terjadi saat kita ingat terhadap sesuatu, tapi tidak bisa mengatakannya atau malah menyebutkan kata yang hampir sama dengan apa yang kita ingat. Hal ini bisa terjadi karena seseorang hanya bisa mengambil kembali separuh dari seluruh informasi yang disimpan (Maril, Wagner, & Schacter, 2001; Schacter, 1996, 2001).
ADVERTISEMENT
Sampai di sini, bisa kita simpulkan bahwa lupa merupakan suatu hal yang alamiah dan wajar terjadi. Tidak jadi masalah jika kita lupa akan sesuatu. Lalu, bagaimana dengan amnesia?
Ketika membaca topik tentang amnesia, sering sekali muncul pembahasan mengenai H.M., seorang yang mengalami amnesia karena terjadi kerusakan di otaknya, tepatnya pada bagian yang membentuk ingatan baru. Bagian tersebut adalah lobus medialis temporalis, khususnya di lobektomi temporal medial bilateral.
H.M. mengalami amnesia anterograde, yaitu ketidakmampuan untuk mengingat hal yang terjadi setelah kerusakan otak. Kerusakan kritis yang dialami H.M. terdapat pada hipokampus. Hipokampus ikut berperan untuk mengubah ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang. Ingatan jangka pendek sangat terbatas, hanya mampu menyimpan informasi selama 30 detik sedangkan ingatan jangka panjang menyimpan informasi untuk jangka waktu yang lama atau relatif permanen. Oleh karena itu, apabila hipokampus kita rusak, maka kita tidak akan bisa mengingat sesuatu secara permanen. Alhasil kita sering lupa dengan informasi yang baru saja kita terima.
ADVERTISEMENT
Amnesia yang kedua adalah amnesia retrograde. Amnesia ini lebih sering terjadi ketimbang amnesia anterograde. Amnesia retrograde merupakan keadaan ketika seseorang tidak bisa mengingat kejadian yang terjadi sebelum kerusakan otak. Artinya, kita tidak bisa mengingat hal-hal yang terjadi di masa lalu setelah kita terkena amnesia. Umumnya, amnesia retrograde terjadi akibat sengatan listrik atau pukulan fisik yang mengenai otak kita.
Dari penjelasan di atas, sudah tahu kan bedanya lupa dan amnesia. Lupa terjadi ketika terdapat masalah saat kita memasukkan atau memanggil kembali informasi di otak kita sedangkan amnesia terjadi karena ada kerusakan di otak kita. Jika kalian mudah lupa, sediakan catatan khusus untuk membantu kalian mengingat hal apa yang harus kalian ingat. Jangan lupa juga untuk menjaga kepala kita dari benturan agar tidak terjadi hal yang tidak kita inginkan.
ADVERTISEMENT
Referensi:
Carlson, N.R. (1997). Physiology of behaviour, 11th edition. Pearson Education.
King, L. A. (2007). The science of psychology: An appreciative view, 3rd edition. McGraw-Hill Education.
Ridley, M. (1999). Genome: the autobiography of a species in 23 chapters. HarperCollins, New York.