Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Jerit Pilu Fotografer Suriah Membopong Bocah Sekarat
19 April 2017 13:46 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Perang berkecamuk, nyawa melayang.
Bagi kita yang hanya menyaksikan dari layar ponsel atau televisi, tragedi itu terasa menyedihkan tapi sekaligus amat berjarak. Tapi bagaimana dengan mereka yang melihatnya langsung di depan mata?
ADVERTISEMENT
Itulah yang terjadi pada seorang fotografer dan aktivis Suriah bernama Abd Alkader Habak. Petaka berlangsung di depan mata, membuat hatinya robek seketika hingga ia spontan membopong bocah-bocah sekarat, sadar tak bisa menyelamatkan mereka semua, lantas terduduk di tanah, menangis pilu, dan menjerit sekencang-kencangnya.
Habak yang biasa mengabadikan peristiwa dengan kameranya, saat itu justru dipotret kawannya yang melihat dia kalap --mencoba menolong nyawa-nyawa korban yang sudah di ujung kuku.
Sungguh kesedihan tiada terperi. Kita hanya perlu melihat rangkaian potret itu untuk melihat lara yang menjalar di sekujur tubuh Habak.
Bermula ketika bom menghantam konvoi bus di luar Aleppo. Bus-bus itu membawa pengungsi dari desa-desa Suriah.
Betapa tragis --bertemu maut dalam perjalanan mencari selamat.
ADVERTISEMENT
Sebanyak 126 orang tewas, dan Habak berada di tempat itu, menyaksikannya.
Segera usai ledakan, ia berlari menuju para korban.
“Mengerikan, terutama melihat anak-anak menangis dan sekarat di hadapanmu. Saya memutuskan, bersama rekan-rekan saya, untuk meletakkan dulu kamera kami dan menyelamatkan mereka yang terluka,” kata Habak kepada CNN , Selasa (18/4).
Anak pertama yang dicoba diselamatkan Habak, ternyata sudah mati.
Dengan hati teriris sembilu, Habak berlari menuju korban lain. Ia tak memedulikan teriakan yang mulai terdengar di sekelilingnya.
“Menjauhlah, sudahlah, anak-anak itu sudah mati,” kata mereka.
Habak tak mau pergi. Ia bisa melihat seorang anak lelaki bernapas dengan susah payah.
Habak membopong anak itu dan berlari menyelamatkannya. Kamera masih menyala di tangannya, merekam seluruh kekacauan itu.
“Anak itu menggenggam erat tangan saya dan menatap saya,” ujar Habak.
ADVERTISEMENT
Fotografer lain, Muhammad Algareb, mengambil potret Habak bersama bocah itu. Foto itu memperlihatkan betapa Habak berlari menuju ambulans, dengan kamera di tangan kanan dan bocah lelaki di pelukannya.
Sungguh potret yang menyayat hati.
Sebelum mengambil foto Habak dan bocah lelaki itu, Algareb pun membantu beberapa korban. Namun ia kemudian memutuskan untuk menyempatkan diri memotret.
“Saya ingin merekam segalanya di sana untuk memastikan akurasi peristiwa ini. Saya bangga melihat seorang wartawan muda (Habak) sibuk membantu menyelamatkan nyawa,” ujar Algareb.
Habak membawa sekitar 6-7 anak ke ambulans, tanpa tahu apakah mereka kemudian selamat atau tidak.
Begitu menaruh seorang anak di ambulans, ia langsung berlari ke lokasi pengeboman untuk menolong anak lain. Satu di antara mereka, lagi-lagi, ia jumpai telah tewas.
ADVERTISEMENT
Total 68 anak tewas dalam pengeboman tersebut.
Pertahanan diri Habak runtuh. Ia berlutut di tanah dan menangis di dekat tubuh anak-anak yang tewas.
“Saya sangat emosional. Apa yang kami saksikan di sana tak terucapkan oleh kata-kata,” kata dia.
Jeritan Habak adalah jeritan umat manusia.
Laramu, lara kami semua.
Sampai kapan Suriah harus terus didera derita?