Latar Sosial Budaya dalam Novel Kei Kutemukan Cinta di Tengah Perang

Anggi Sagita Uswatun Hasanah
Mahasiswi Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
12 Mei 2022 7:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anggi Sagita Uswatun Hasanah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
koleksi gambar pribadi
zoom-in-whitePerbesar
koleksi gambar pribadi
ADVERTISEMENT
Karya sastra merupakan karya imajinatif yang mempunyai hubungan erat dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut membentuk karya sastra, karena karya sastra itu ditulis oleh pengarang sebagai anggota masyarakat yang mengambil ide dari peristiwa yang terjadi di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Demikian juga halnya dengan novel Kei Kutemukan Cinta di Tengah Perang karya Erni Aladjai yang menjadi objek penelitian. Bertujuan untuk mendeskripsikan latar tempat yang terdapat pada novel ini. Novel Kei menjadi pemenang sayembara menulis novel Dewan Kesenian Jakarta (dkj) tahun 2012.
Novel Kei bercerita tentang perang saudara di kepulauan Kei, Maluku Tenggara. cerita ini mengambil setting sejarah lengsernya Soeharto dari jabatan presiden dan meluasnya perselisihan di beberapa sudut wilayah Indonesia termasuk Maluku. Kei sendiri merupakan nama sebuah kepulauan di Maluku Tenggara, letaknya berbatasan laut langsung dengan pulau papua.
Novel ini secara khusus menceritakan tentang perang saudara dari sudut pandang Namira dan Sala. Namira adalah seorang perempuan muda dari salah satu pulau kepulauan Kei bernama Elaar. Sedangkan Sala berasal dari desa watran, Kei Kecil. Orang-orang yang dicintai mereka berdua sama-sama meninggal karena peristiwa perang tersebut, lalu takdir mempertemukannya di sebuah kamp pengungsian.
ADVERTISEMENT
Kisah cinta mereka berdua terus berlangsung hingga pertikaian kembali memisahkan Namira dan Sala, lebih jauh. Namira terbawa kapal laut ke Makassar sedangkan Sala merantau ke Jakarta dengan Edo, salah satu pemuda Kei. Di Makassar, Namira menyimpan seribu rindu dan keinginan untuk bertemu dengan orang-orang yang sangat dicintainya termasuk Sala. Di Jakarta, Sala terjebak dalam kehidupan hitam dan melenceng dari prinsipnya sebagai pemuda Kei yang damai.
Pada analisis ini, penulis menggunakan kajian teori formalisme. Formalisme yang bertujuan untuk mengetahui unsur dalam karya sastra. Dalam unsur-unsur karya sastra terdapat latar. Latar tempat, latar waktu, dan ada pula latar sosial budaya. Latar sosial budaya meliputi tempat dan lingkungan tempat terjadinya peristiwa-peristiwa dan tata cara kehidupan sosial masyarakat yang mencakup kebudayaan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Kutipan di atas membuktikan bahwa dalam novel ini memiliki hukum adat yang kuat, dan hukuman ini telah disepakati oleh para tokoh adat yang ada pada daerah kei itu, tidak hanya tokoh adat, bahkan aristokat dan tuan tanah juga ikut menyepakati aturan ini.
ADVERTISEMENT
Seorang bapak kepala tokoh yang sedang serius menjelaskan pada seorang reporter dari ambon. tak lama setelah bapak kepala tokoh menjelaskan, seorang repoter bertanya kepada bapak kepala tokoh yang menjelaskan :
Bapak kepala tokoh itu menerawang, lalu dengan tegas dia berkata :
Melalui kutipan di atas, dapat diketahui bahwa kisah Kei cukup kental dengan kebudayaan maluku khususnya kepulauan Kei yang damai dan penuh pelajaran.