Menggali Keterkaitan Agama dan Negara: Perspektif Pemikiran Islam yang Menarik

Anggi Saputri
Mahasiswa Informatika Universitas Pembangunan Jaya
Konten dari Pengguna
31 Agustus 2023 16:31 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anggi Saputri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi muslim (sumber: https://pixabay.com/photos/islamic-prayer-dusk-sun-man-bird-3710002/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi muslim (sumber: https://pixabay.com/photos/islamic-prayer-dusk-sun-man-bird-3710002/)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam sejarah, banyak orang orang-orang yang bersumpah untuk negara, agama, dan Tuhan sering bertabrakan. Masing-masing tidak hanya memberikan keamanan dan kebebasan, tetapi juga menuntut kesetiaan dan pengorbanan. Dikarenakan Tuhan Maha Besar, agama dan negara adalah hasil dan sumber dari semua yang ada dan konsekuensi ontologis dari firman Tuhan. Namun demikian, mereka berkumpul dalam kesadaran manusia modern dan berkembang menjadi lembaga yang terkadang tampak bersaing untuk hegemoni. (Fachruddin, n.d.)
ADVERTISEMENT
Pemahaman dari sosok agama dan negara pun terus berkembang apa pun agama yang muncul beberapa abad yang lalu pasti berkembang perubahan dikarenakan perubahan pada zaman, seperti di masa lalu, turunnya wahyu Al-quran melibatkan diskusi langsung tentang masalah politik dan sosial selama 23 tahun. Hal tersebut tetap dipandu oleh Rasulullah SAW yang mana akan diberikannya petunjuk dari Tuhan jika adanya perselisihan.
Semua agama pada awalnya dianggap sebagai manifestasi firman Tuhan yang berlangsung dalam sejarah, tetapi seiring berjalannya waktu, organisasi agama berkembang secara mandiri dengan naungan kepemimpinan para tokoh agama yang mana kekuasaan Tuhan diganggu oleh negara dan institusi agama. Bahkan negara memiliki lebih banyak kekuatan untuk mengontrol masyarakat daripada agama dan Tuhan. Rezim dapat memberangus agama dan menghina Tuhan atas nama negara karena mereka percaya bahwa agama yang berbeda berarti Tuhan yang berbeda dan perbedaan itu menimbulkan bahaya bagi orang lain, sehingga negara menjadi hakim.
ADVERTISEMENT
Kehidupan setiap manusia diibaratkan dengan lalu lintas di mana setiap manusia selalu ingin berjalan bersamaan dan ingin cepat sampai ke tujuannya masing-masing. Namun dengan adanya perbedaan kepentingan mereka, apabila dalam kehidupan ini tidak ada lalu lintas pastinya akan terjadi tabrakan.
Maka dari itu, pada setiap kehidupan manusia pastinya membutuhkan peraturan atau petunjuk untuk dapat berjalan menuju tujuannya masing-masing dengan jalan dan petunjuk yang benar. Agar manusia tidak mengalami tabrakan tersebut, maka berpeganglah dengan pedoman Rasulullah SAW. (Abd. Rahman L, 2016)
Dalam bidang sosial politik, berbagai upaya telah dilakukan diperuntukkan menentukan cara terbaik untuk menempatkan keberagaman dan kebernegaraan bersama. Sebagai contoh, pasar global dan konflik solidaritas dan kesetiaan keagamaan melampaui nasionalisme dan rasa kemanusiaan. (Fachruddin, n.d.). Namun, ada saat-saat di mana orang lebih mempertahankan agamanya meskipun mereka berada di luar negeri, atau mereka lebih memilih untuk mendukung dan mengabdikan diri kepada partai yang mengusung simbol agama daripada nilai-nilai nasional dan nasional.
ADVERTISEMENT
Negara-negara muslim lainnya, seperti Indonesia, juga mengembangkan pemikiran Islam tentang hubungan antara agama dan negara. Ini masih relevan hingga saat ini dalam diskusi tentang pemikiran Islam. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa topik yang sangat menarik untuk dipelajari secara menyeluruh adalah pemikiran tentang hubungan antara agama dan negara dari sudut pandang Islam.
Masalah ikatan agama dengan suatu negara telah muncul di dalam polemik dan perdebatan selama dewarsa awal abad ini. Revolusi kaum muda Turki tampaknya menjadi titik awal debat ini tahun 1920-an yang dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasya. Ini berakhir dengan penghapusan khilafat, dengan mengadopsi agama Islam sebagai agama nasional dan hukum syariah sebagai hukum utama, Turki adalah negara sekuler yang memisahkan urusan agama dari urusan nasional. (Mardin, 1981)
ADVERTISEMENT
Sebagai agama, Islam adalah rantai wahyu Allah (wahyu Tuhan) yang menyatukan. Hingga akhir zaman, keberadaannya di dunia telah ditunjukkan dengan benar dan lengkap. Berdasarkan prinsip ibadah hanya kepada Allah, ajaran Islam terdiri dari iman dan tindakan. Ajaran tentang tauhid, atau prinsip Tuhan Yang Maha Esa, merupakan sistem kehidupan (manhaj al-hayat), yang dapat digunakan oleh setiap orang yang beragama Islam di mana pun dan kapan pun.
Dengan kata lain, Islam adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipecahkan. Para pemikir muslim telah berdebat tentang konsep negara dan pemerintahan selama bertahun-tahun dan menghasilkan banyak pendapat dan perspektif yang berbeda. Pendapat-pendapat ini tidak hanya meluas ke bidang teoritis dan konseptual tetapi juga ke dunia politik praktis, yang sering menyebabkan pertentangan dan perpecahan di antara umat Islam. (Muslim, 2005)
ADVERTISEMENT
Selain perbedaan Teologi dan faktor sosiokultural dan historis juga memengaruhi. Sumber-sumber Islam tidak memberikan definisi pemerintahan dan negara yang jelas. Beberapa artian yang sering dikaitkan pada konsep suatu negara, termasuk dalam kategori ayat zanniyah yang memungkinkan interpretasi. Karena Al-Quran tidak memberikan gambaran yang lebih baik tentang bagaimana konstitusi, kekuasaan, kedaulatan, dan struktur negara.
Hubungan agama dalam Islam menjadi topik diskusi yang sering dibahas oleh para ahli hingga saat ini. Bahkan menurut dari pandangan Assumardi Azra, bahwa perdebatan ini telah berlangsung hampir seribu tahun dan terus berlanjut. Ketegangan Diskusi hubungan agama dan negara disebabkan karena hubungan yang masih tidak jelas antara agama dan negara.
Ulama sunni sering menyatakan bahwa Islam pada dasarnya tidak memisahkan agama dari negara, sehingga hubungan antara agama dan politik (siyasah) di kalangan umat Islam, terutama di kalangan sunni, pada dasarnya bersifat ambigü. Namun, ada ketegangan dalam hubungan antara agama dan politik secara konseptual dan pragmatis.
ADVERTISEMENT
Sehubungan dengan hubungan yang tidak teratur di atas, pengertian din (agama) sebatas hal yang berkaitan dengan ilahiyah, yang mana dianggap sakral namun politik kenegaraan, juga dikenal dengan musyawarah yang biasanya lebih berpacu pada urusan duniawi.
Selain itu sebelumnya, Al-Quran dan Hadist juga merupakan sumber inspirasi untuk berbagai macam pemahaman. Selain itu, dalam Al-Quran disebutkan bahwa dunya (dunia) dan din (agama), sehingga menunjukkan bahwa Al-Quran menunjukkan hubungan dikotomis antara urusan dunia dan akhirat, atau antara agama dan negara, yang mungkin menjadi subjek perdebatan para ahli. Ada tiga aliran yang berbicara tentang hubungan Islam dengan negara, menurut Munawir Sjadzali.
Yang pertama berpendapat bahwa Islam adalah agama yang sempurna yang menangani masalah apa pun, termasuk masalah negara, sehingga agama dan negara tidak dapat dipisahkan. Sebagian orang berpendapat bahwa Islam tidak memiliki hubungan dengan negara karena tidak memiliki kendali atas pemerintahan atau kehidupan masyarakat, sehingga urusan agama dan negara adalah satu sama lain. Pendapat lain berpendapat bahwasannya Islam tidak memiliki hubungan pada negara dikarenakan tidak mengontrol pemerintahan.
Ilustrasi berdoa umat islam. Foto: Shutterstock
Dari Pendapat ini bahwa Rasulullah dianggap tidak bermaksud mendirikan suatu negara. Menurut aliran ketiga, Islam mencakup berbagai prinsip dan nilai moral yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat, termasuk kehidupan negara. Oleh karena itu, orang-orang yang beragama Di mana pun Islam diajarkan, nilai-nilai dan etikanya harus dikembangkan dan diterapkan. Hussein Muhammad menjelaskan dua contoh hubungan Islam antara agama dan negara. Ada dua model simbiosis: integralistik dan mutualistik.
ADVERTISEMENT
Agama dan negara menjadi satu dan tidak dapat dipisahkan dalam hubungan integralistik. Kedua lembaga tersebut bergabung dalam satu organisasi. Selain itu, ini menunjukkan bahwa negara adalah lembaga agama dan politik. Ide ini menegaskan lagi bahwasannya membedakan antara negara, agama, atau politik.
Model pada hubungan adalah suatu simbolis mutualism. karena hubungan yang saling diperlukan antara agama dan negara ditunjukkan oleh Hussein Muhammad dalam model hubungan agama dan negara. Sebagian orang mengatakan bahwa Agama harus dilakukan dengan baik dan tertib dan hanya negara yang dapat melakukannya. Namun, negara juga tidak boleh melakukannya diam tanpa agama. Karena agama tidak ada, negara pasti akan rusak dan amoral karena tidak memiliki dasar.
Sehubungan dengan perbedaan antara demokrasi dan Islam, berbagai kelompok kepentingan memiliki pemahaman yang berbeda tentang demokrasi kontemporer. Sebenarnya, ini bukan sesuatu yang perlu ditakutkan, meskipun keragaman konsep terkadang dipengaruhi oleh pendapat orang yang merumuskannya.
ADVERTISEMENT
Karena perbedaan pendapat adalah dasar demokrasi. Salah satu prinsip dasar demokrasi adalah kesetaraan manusia, yang berarti bahwa hak kebebasan setiap orang harus dilindungi. Adanya kesepakatan untuk kebaikan bersama adalah dasar demokrasi. Pada dasarnya, konsep demokrasi mengatakan bahwa agama secara filosofis dan sosiologis mendukung demokratisasi.
Agama dibangun untuk menjaga suatu harkat manusia. Maka dari itu, meskipun agama tidak eksplisit menawarkan instruksi tentang cara menerapkan demokratis, agama memberikan prinsip dan semangat yang mendukung kehidupan demokratis. (Gunawan, 2014)
Perlindungan hidup mencakup hak hidup dan hak kebebasan. Islam menganggap manusia merupakan Makhluk Allah SWT yang paling sempurna atau mulia dari semua makhluk. Akibatnya, beberapa ayat Al-quran menyatakan bahwa pembunuhan, baik diri sendiri maupun orang lain, dilarang oleh agama Islam. Karena kepentingan penting untuk menyelamatkan nyawa, Al-Quran menunjukkan dengan jelas bahwa “barang siapa yang menyelamatkan jiwa seseorang, maka seolah-olah dia menyelamatkan manusia seluruhnya”.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, di mana bertanggung jawab untuk menyediakan dan membantu individu untuk bertahan hidup selama krisis ekonomi berlangsung adalah tugas dari pemerintah dan juga orang yang mampu. Memenuhi salah satu syarat Islam yang paling penting berarti menghormati hak hidup, dan orang yang melakukannya akan diberi pahala oleh Tuhan.
Hak untuk pendidikan dan kebebasan berpikir dan berpendapat adalah bagian dari perlindungan akal. Tuhan memberi manusia akal untuk memilih antara kebaikan dan keburukan untuk kepentingan mereka sendiri. Tidak ada satu pun dari prinsip-prinsip utama yang dipegang oleh agama Islam yang bertentangan dengan hak asasi manusia.
Tuhan menciptakan manusia dan memberi mereka sumber daya. Akibatnya, tujuan pemikiran Islam adalah untuk meningkatkan sumber daya manusia, atau mengembangkan potensi setiap orang. Ini menunjukkan bahwa orang terlibat dalam hal-hal yang mereka anggap paling bermanfaat. Dalam Islam, kebebasan berpendapat sangat penting sehingga para penguasa diharuskan untuk bermusyawarah untuk memastikan bahwa setiap orang dapat memanfaatkan potensi mereka untuk kepentingan diri dan orang lain.(Sadzali, 2020)
ADVERTISEMENT

Kesimpulan

Dari uraian yang terpapar di atas, ada kemungkinan untuk memahami bahwa penelitian Islam tentang hubungan antara agama dan negara terutama dalam hal ketatanegaraan, demokrasi, dan hak asasi manusia, dikatakan bahwa Islam memberikan prinsip-prinsip untuk pembentukan negara, dengan adanya konsep khalifah.
Prinsip yang integratif, simbiotik, dan sekularistik membentuk tiga perspektif tentang negara dan agama Islam. Islam menekankan prinsip-prinsip penting seperti demokrasi, kebenaran, dan keadilan. dalam hubungan antara agama dan demokrasi.
Dengan demokrasi seperti ini, ada kemungkinan untuk mencapai aturan dalam politik, hal tersebut dikarenakan konsep demokrasi sudah sesuai dengan agama Islam karena selalu lebih memprioritaskan nilai kebenaran dan keadilan, serta hubungan antar agama dan hak asasi manusia. Akibatnya, Islam sangat menekankan pentingnya hak asasi manusia.
ADVERTISEMENT