Konten dari Pengguna

Paradigma Komunikasi Kritis, Merdeka Dalam Berkomunikasi

Anggi Yessika Situmorang
Mahasiswa S1 Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara
29 Oktober 2022 18:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anggi Yessika Situmorang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.freepik.com/free-vector/hand-drawn-business-communication-concept_19822797.htm#query=thinking%20dan%20communication&position=37&from_view=search&track=ais
zoom-in-whitePerbesar
https://www.freepik.com/free-vector/hand-drawn-business-communication-concept_19822797.htm#query=thinking%20dan%20communication&position=37&from_view=search&track=ais
ADVERTISEMENT
Paradigma memainkan peran yang sangat penting dalam mempengaruhi teori, analisis, dan perilaku seseorang. Menurut Khun (1970) paradigma menentukan apa yang tidak kita pilih, tidak ingin kita lihat, dan tidak ingin kita ketahui. Paradigma pun berperan untuk memengaruhi pandangan seseorang terhadap apa yang baik dan buruk, atau adil dan yang tidak adil. Pandangan yang berbeda ini pun dikarenakan perbedaan paradigma yang dimiliki seseorang, yang secara otomatis memengaruhi persepsi dan tindak komunikasinya.
ADVERTISEMENT
Ilmu komunikasi memang menerapkan beragam paradigma. Paradigma memberikan pandangan umum tentang komunikasi antar manusia, sedangkan teori merupakan deskripsi perilaku komunikasi tertentu yang lebih spesifik.
Selama ini, paradigma positivisme merupakan paradigma yang dipakai secara umum oleh masyarakat dan ilmuan sosial khususnya ilmuan komunikasi di Indonesia dan sampai sekarang masih sangat kuat dan dominan. Paradigma ini pun sering dianggap dengan pendekatan yang terbaik, ilmiah, sah, sementara yang lain tidak ilmiah, tidak sah, lemah, salah dan sebagainya. Hal ini menurut Mulyana (2002), disebabkan oleh beberapa hal; pertama, mereka tidak memahami dasar-dasar filsafat ilmu. Kedua, mereka telah merasa nyaman dengan pengetahuan yang mereka ketahui. Ketiga, mereka menganggap paradigma yang mereka anut, seolah-olah yang paling benar.
ADVERTISEMENT
PARADIGMA KOMUNIKASI KRITIS
Secara epistemologi, paradigma kritis pada dasarnya membenahi pandangan yang diterima secara umum. Dengan masuknya paradigma kritis dalam studi ilmu komunikasi menjanjikan bahwa komunikasi dapat menjadi tantangan reflektif terhadap wacana ketidakadilan yang berkembang dalam perilaku komunikasi masyarakat.
Paradigma kritis di sini pada dasarnya dari pemikiran mashab Frankfurt. Media dijadikan pemerintahan alat untuk mengendalikan publik dan media dapat dikuasai oleh kelompok dominan sehingga media bukan merupakan entitas yang netral. Oleh karena itu, kekuatan yang berada dalam masyarakat untuk mengontrol komunikasi selalu menjadi pertanyaan dalam paradigma kritis.
Dengan berkembangnya industri media yang isinya sangat dipengaruhi oleh kekuatan pemilik, dan kekuatan global, maka perlu diwujudkannya media yang demokratis untuk dapat mendidik publik/masyarakat. Untuk memiliki media yang demokratis, kita juga membutuhkan masyarakat yang kritis. Demokratisasi media tentu dapat tercapai jika kita dapat menerapkan prinsip-prinsip yang meliputi : keberagaman dalam isi (diversity of content), keberagaman kepemilikan media (diversity of ownership) dan pemberian kekuasaan bagi publik dalam mengatur dan memanfaatkan media sebagai ruang publik. Kepentingan dan ruang publik inilah yang belum kita temukan dalam media.
ADVERTISEMENT
Pencipataan ruang publik yang bebas dari eksploitasi, distorsi, hegemoni, dan bentuk-bentuk ketidakadilan lainnya menjadi utama paradigma kritis, di mana komunikasi menjalankan fungsi utamanya. Syarat utama untuk menciptakan ruang publik ini adalah komunikasi itu sendiri harus bersifat kebebasan. Oleh karena itu, paradigma kritis dan tindakan komunikasi dalam praktiknya (practice) tidak dapat dipisahkan.
Dari sini juga dijelaskan, untuk menghilangkan praktik ketidakadilan sudah menjadi tugas paradigma kritis. Ada beberapa cara untuk melakukannya yaitu, pertama, teori sosial-komunikasi harus mampu menjelaskan bagaimana situasi dan sistem sosial yang ada telah melahirkan dan melanggengkan bentuk pemahaman palsu tentang realitas sosial yang diterima masyarakat. Kedua, teori sosial-komunikasi juga harus mendorong munculnya visi alternatif tentang hubungan sosial yang bebas dari segala bentuk penindasan, eksploitasi, dan ketidakadilan
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, penggunaan paradigma kritis dalam ilmu komunikasi khususnya dalam penelitian dan praktik keseharian mampu dinilai mampu melakukan tugas paradigma dan teori komunikasi. Yaitu untuk memanusiakan kembali manusia yang telah lama mengalami dehumanisasi, baik yang menindas maupun yang tertindas Selain itu, penggunaan paradigma ini sebagai bentuk untuk menentang dominasi paradigma lainnya.
Semoga dengan adanya perubahan paradigma kita ke yang lebih kritis, kita dapat menjadi manusia yang bebas, merdeka dalam melakukan komunikasi. Kemerdekaan komunikasi melibatkan partisipasi aktif pihak komunikasi dalam posisi yang sama. Kesamaan itu akan mengarahkan pada dialog, yang pada gilirannya akan membuka segala sekat dalam berkomunikasi. Komunikasi merdeka adalah suatu perilaku komunikatif yang terjadi ketika apa yang dikatakan dikatakan tanpa paksaan, rasa rendah diri, kecemasan, atau kepura-puraan. Sejalan dengan itu, komunikasi yang merdeka juga senantiasa dilandasi oleh semangat saling berbagi. Begitulah, esensi komunikasi dengan pendekatan kritis sebagai komunikasi yang memberdayakan bukan memperdayakan
ADVERTISEMENT