Konten dari Pengguna

Urban Farming dan Pertanian Vertikal sebagai Inovasi Pangan

Anggia Tifany Safitri
Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota di Universitas Sebelas Maret
26 November 2024 16:54 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anggia Tifany Safitri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Unsplash
ADVERTISEMENT
Urbanisasi yang sering terjadi di kota-kota besar di seluruh dunia menghadirkan tantangan serius dalam berbagai aspek, terut
ADVERTISEMENT
ama dalam hal penyediaan pangan dan pemanfaatan lahan yang terbatas. Dengan populasi yang terus bertambah, kota-kota dihadapkan pada kebutuhan mendesak untuk mencari cara inovatif agar tetap mampu menyediakan makanan segar bagi penduduknya. Pada saat yang sama, lahan perkotaan makin sempit karena lebih banyak dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur, perumahan, dan fasilitas publik. Dalam situasi seperti ini, urban farming dan pertanian vertikal muncul sebagai dua solusi potensial yang menggabungkan teknologi dan konsep ramah lingkungan untuk memaksimalkan penggunaan lahan terbatas di perkotaan. Kedua pendekatan ini tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan pangan lokal tetapi juga memberikan manfaat lingkungan dan ekonomi yang signifikan.

Urban Farming dan Pertanian Vertikal sebagai Solusi Inovatif

Dikutip dari Dr. Dickson Despommier dalam tulisan ilmiahnya “The Vertical Farm”, Urban farming dan pertanian vertikal merupakan dua pendekatan yang menawarkan solusi unik untuk mengatasi keterbatasan lahan perkotaan dan masalah ketahanan pangan. Urban farming melibatkan pemanfaatan lahan-lahan kosong di perkotaan, seperti halaman rumah, taman kota, dan atap gedung untuk menanam tanaman pangan. Tanaman yang umumnya ditanam dalam metode urban farming adalah sayuran, buah-buahan, dan rempah-rempah yang bisa langsung dikonsumsi oleh masyarakat perkotaan. Di berbagai kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung, urban farming mulai mendapat perhatian serius, di mana berbagai komunitas mengubah lahan kosong menjadi kebun produktif yang tidak hanya menyediakan pangan lokal tetapi juga membantu memperbaiki kualitas udara di sekitar.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, pertanian vertikal merupakan pendekatan yang mengoptimalkan ruang dengan menanam tanaman secara bertingkat dalam struktur bangunan atau gedung bertingkat. Menggunakan teknologi seperti hidroponik, akuaponik, dan pencahayaan LED, pertanian vertikal memungkinkan tanaman tumbuh dalam lingkungan yang terkendali tanpa tergantung pada kondisi cuaca luar yang tidak menentu. Metode ini dikenal karena kemampuannya untuk menghemat penggunaan air dibandingkan dengan metode pertanian lainnya, menjadikannya solusi yang cocok untuk daerah perkotaan dengan akses terbatas terhadap sumber daya alam. Di Singapura, misalnya, pertanian vertikal telah menjadi bagian integral dari upaya ketahanan pangan, dengan banyak gedung tinggi yang mengalokasikan ruang untuk menanam sayuran dan buah secara vertikal guna mengurangi ketergantungan pada impor pangan.
Kombinasi kedua metode ini memberikan manfaat ganda bagi masyarakat perkotaan. Dengan adanya urban farming, masyarakat memiliki akses lebih mudah ke makanan segar dan sehat. Selain itu, pertanian vertikal memungkinkan kota untuk memenuhi kebutuhan pangan dengan lebih stabil karena tanaman dapat tumbuh sepanjang tahun dalam kondisi yang dikendalikan. Kedua pendekatan ini juga menciptakan peluang ekonomi, seperti membuka lapangan kerja baru dalam bidang pertanian perkotaan, serta meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penjualan produk-produk pangan lokal.
ADVERTISEMENT
Selain kontribusinya terhadap ketahanan pangan, urban farming dan pertanian vertikal juga membawa dampak positif terhadap lingkungan perkotaan. Dengan meningkatkan jumlah tanaman hijau di kota, kedua metode ini membantu menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen, yang dapat memperbaiki kualitas udara. Kehadiran lahan hijau di perkotaan juga mampu menurunkan suhu sekitar, membantu mengurangi efek urban heat island yang sering menjadi masalah di kota-kota besar. Selain itu, urban farming dapat memperkuat ikatan sosial di antara warga. Masyarakat yang terlibat dalam kegiatan bercocok tanam bersama biasanya memiliki kesempatan untuk saling berinteraksi, berbagi pengetahuan, dan bekerja sama dalam mengelola kebun perkotaan mereka.
Pertanian vertikal juga memainkan peran penting dalam penghematan air dan penggunaan lahan yang lebih efisien. Dalam sistem hidroponik dan akuaponik, air yang digunakan untuk menumbuhkan tanaman dapat didaur ulang, mengurangi kebutuhan air secara signifikan dibandingkan dengan metode pertanian tradisional. Selain itu, dengan menanam tanaman dalam struktur vertikal, pertanian ini memungkinkan pemanfaatan ruang yang lebih optimal di kota-kota yang padat penduduk. Dengan meminimalkan kebutuhan lahan horizontal, pertanian vertikal juga mengurangi konversi lahan hijau atau lahan pertanian tradisional di luar kota, sehingga mendukung pelestarian ekosistem alami di sekitarnya.
ADVERTISEMENT

Tantangan dan Hambatan dalam Implementasi

Walaupun urban farming dan pertanian vertikal memiliki banyak keuntungan, keduanya menghadapi beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satu hambatan terbesar adalah biaya awal yang tinggi untuk memulai inisiatif ini. Infrastruktur yang dibutuhkan, terutama dalam pertanian vertikal, memerlukan investasi besar, seperti pembangunan struktur bertingkat, pemasangan sistem pencahayaan LED, dan teknologi cerdas. Selain itu, urban farming juga memerlukan lahan dan sumber daya yang memadai, yang sering kali sulit didapat di wilayah perkotaan yang padat akan penduduk.
Tantangan lain adalah keterbatasan akses terhadap teknologi di beberapa negara berkembang. Beberapa negara mungkin belum memiliki teknologi yang memadai untuk mendukung pertanian vertikal atau sistem hidroponik canggih. Selain itu, masyarakat umum mungkin masih memiliki pemahaman yang terbatas mengenai manfaat dan praktik urban farming dan pertanian vertikal, yang dapat menghambat adopsi kedua metode ini dalam skala yang lebih luas. Diperlukan program edukasi yang efektif dan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan komunitas lokal untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya pertanian perkotaan dalam memastikan ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan.
ADVERTISEMENT

Potensi Masa Depan

Ke depannya, urban farming dan pertanian vertikal memiliki potensi untuk menjadi bagian penting dari sistem pangan perkotaan yang berkelanjutan. Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, kedua metode ini dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi keterbatasan lahan dan menyediakan pangan yang cukup bagi populasi perkotaan yang terus berkembang. Peran pemerintah sangat penting dalam memberikan regulasi yang mendukung, serta investasi dalam teknologi dan infrastruktur yang diperlukan untuk mendukung pertanian perkotaan. Di samping itu, sektor swasta juga memiliki peluang besar untuk berkontribusi melalui inovasi dan investasi dalam teknologi pertanian yang ramah lingkungan.
Di masa depan, urban farming dan pertanian vertikal mungkin akan menjadi bagian dari konsep smart cities, di mana teknologi dan infrastruktur perkotaan saling terintegrasi untuk menciptakan lingkungan yang lebih hijau, lebih sehat, dan lebih mandiri dalam hal pangan. Dengan menggunakan pendekatan yang berkelanjutan dan berbasis teknologi, kota-kota besar dapat mengurangi ketergantungan pada impor pangan dan menjadi lebih resilient terhadap perubahan iklim serta gangguan rantai pasokan global.
ADVERTISEMENT
Urban farming dan pertanian vertikal menawarkan solusi inovatif yang relevan dalam menghadapi tantangan perkotaan modern, khususnya dalam penyediaan pangan dan pemanfaatan lahan yang terbatas. Dengan menggabungkan teknologi canggih dan praktik ramah lingkungan, kedua pendekatan ini memberikan dampak positif tidak hanya dalam aspek ketahanan pangan, tetapi juga dalam bidang lingkungan dan sosial. Meskipun ada tantangan dalam hal biaya dan akses teknologi, kolaborasi antara pemerintah, komunitas lokal, dan sektor swasta dapat membantu mengatasi hambatan ini. Dengan begitu, urban farming dan pertanian vertikal dapat menjadi kunci bagi kota-kota di masa depan untuk menciptakan ekosistem perkotaan yang lebih berkelanjutan dan mandiri dalam hal pangan.