Mahabharata, Penuh Pesan dan Pembelajaran Hidup

Anggi Aryela
Mahasiswi Sastra Indonesia Universitas Pamulang.
Konten dari Pengguna
4 Agustus 2023 14:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anggi Aryela tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://unsplash.com/s/photos/pixabay
zoom-in-whitePerbesar
https://unsplash.com/s/photos/pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada saat menduduki semester 5, saya dipertemukan dengan mata kuliah Sastra Wayang yang kemudian mempelajari Epos Mahabharata karya Nyoman S Pendit. Dari beberapa bab yang dibaca ternyata banyak sekali pesan dan pembelajaran hidup di dalamnya, mulai dari nilai pendidikan, pesan moral, adab, etika, nilai agama, dan yang lainnya.
ADVERTISEMENT
Mahabharata sebelumnya pernah disiarkan melalui salah satu channel televisi di Indonesia, saat itu peminatnya cukup banyak namun cenderung dikagumi oleh golongan tua, sedangkan remajanya cenderung lebih menyukai sinetron atau drama yang lebih kekinian yang justru lebih sedikit nilai-nilai yang dapat diambil atau mungkin bisa diterapkan dalam menjalani kehidupan pada masa kini hingga masa mendatang.
pixabay.com
Satu hal yang masih melekat dalam ingatan, bahwa dikisahkan dalam epos mahabharata, jika seorang pemimpin melakukan musyawarah dengan saudara atau bawahannya, maka dia akan menanyakan pendapatnya terlebih dahulu kepada seseorang yang lebih muda dari semua yang hadir pada kegiatan musyawarah. Dalam benak pasti bertanya, loh kok begitu? bukannya pendapat dari yang lebih tua yang diutamakan? ternyata jawabannya adalah ketika yang pertama kali dimintai pendapat adalah seseorang yang lebih tua, maka yang muda tentu tidak berani mengutarakan pendapatnya karena akan menghargai dan menghormati seseorang yang lebih tua. Jika mendahului pendapat yang lebih muda maka akan mendapatkan juga pendapat baru dari yang lebih tua.
ADVERTISEMENT
Jika hal tersebut diterapkan juga dalam kehidupan, maka tentu pilihan yang disepakati akan mengalami keseimbangan dan dapat dipastikan sedikit kemungkinan berakibat tidak tepat atau menimbulkan kesalahpahaman.
Jika kisah mahabharata dikemas dengan sesuatu yang lebih baik atau lebih kekinian dengan tidak menghilangkan sama sekali nilai dan cerita-cerita sungguhan di dalamnya tentu banyak remaja atau bahkan anak kecil yang menikmati, sehingga mereka pun mendapatkan pelajaran yang baik melalui sebuah tontonan.
Jika mahabharata diteliti dengan mencari nilai-nilai pendidikan tentu akan banyak sekali. Beberapa waktu lalu saya meneliti epos mahabharata dari bab 21 sampai bab 40 dengan mencari nilai-nilai pendidikan. Saya menemukan 23 data seperti berikut.
(1) religius,
Yudhistira menjawab, “Saudara-saudaraku, semoga iman kita diteguhkan oleh Yang Kuasa dan semoga Yang Kuasa selalu melindungi kita…
ADVERTISEMENT
Pada kutipan di atas Yudhistira berharap dan berdo’a kepada Yang Kuasa untuk dirinya dan saudaranya agar senantiasa imannya diteguhkan dan selalu dilindungi. Hal ini tentu sangat patut kita contoh dalam menjalani kehidupan sehari-hari bahwa ketika menghadapi ujian atau cobaan hidup, kita harus selalu mengingat Tuhan.
Draupadi mengerahkan kekuatan batinnya, membaca mantra dalam hati, berdoa dan memohon pertolongan Brahma, “Oh Dewata Penguasa Alam Semesta, kepadaMu kuserahkan segala keyakinanku. Jangan biarkan aku dihina seperti ini. Engkaulah satu-satunya tempatku berlindung. Oh Dewata, lindungilah aku.”
Data pada kutipan di atas, kita diajarkan bahwa ketika sedang mengalami musibah yang berasal dari orang lain seperti dihina, maka Tuhan lah yang menjadi sebaik-baik penolong.
“Kedua anak Raibhya mempelajari kitab-kitab suci Weda dengan sungguh-sungguh hingga mereka menjadi orang suci yang termasyhur…
ADVERTISEMENT
Data pada kutipan di atas mengajarkan kita bahwa ketika kita mempelajari kitab suci dalam suatu Agama yang kita yakini pasti akan berbuah, sebab kitab suci berisi pedoman hidup di mana manusia harus membacanya untuk mengetahui jalan kehidupan yang mungkin belum atau akan dilalui beserta ajarannya
“Inti kisah ini adalah bahwa manusia dapat mencapai kesempurnaan jika dia selalu tekun dan ikhlas mengerjakan setiap tugas yang dipikulkan kepadanya. Itulah inti sujud kita kepada Yang Mahakuasa.
Data pada kutipan di atas mengajarkan kepada pembaca bahwa jika manusia ingin mencapai kesempurnaan maka harus senantiasa tekun dan ikhlas terhadap tantangan yang dipikulkan kepada kita.
…aku tidak akan turut campur dalam peperangan yang akan memusnahkan segalanya. Keputusan yang menyedihkan ini membuatku tak percaya lagi pada dunia ini. Aku akan pergi bertapa, mengasingkan diri dan berziarah ke tempat-tempat suci.
ADVERTISEMENT
Data pada kutipa di atas lagi-lagi mengajarkan kepada pembaca bahwa setiap tantangan dan ujian yang datang di hidup kita, sulit atau mudah, berserahlah kepada Yang Mahakuasa.
(2) jujur,
…Apa pun pekerjaan seseorang, yang penting dia menjalankannya dengan semangat ketaatan dan kejujuran. Inilah darma yang sesungguhnya. Tanpa disadarinya, Kausika telah belajar tetang hidup sederhana, jujur, setia, tekun dan taat pada pengabdian dari Dharmawyadha, si penjual daging.
Data pada kutipan di atas mengajarkan kepada pembaca bahwa sikap jujur harus diterapkan bagi siapa saja yang menjalani hidup ini, dalam pekerjaaan apa pun, dalam situasi apa pun. Bahkan kejujuran harus dipelajari supaya terbiasa dan menghindari dusta.
(3) disiplin,
“Ada seorang brahmana bernama Kausika. dia sangat taat pada sumpahnya sebagai brahmacharin. Setiap hari dia tekun bekerja, belajar, dan menyiapkan upacara persembahyangan….
ADVERTISEMENT
Disiplin dalam kutipan di atas ialah terletak pada Tokoh Kausika, di mana dia delalu tekun dalam pekerjaan, belajar, bahkan selalu berseda ketika menyiapkan upacara persembahyangan. Hal ini dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari pada masa sekarang, bahwa dalam menjalani hidup manfaatkanlah waktu dengan sebaik mungkin dan sekeras mungkin tidak membuang-buang waktu dengan sesuatu yang tidak bermanfaat.
(4) kerja keras,
Pandawa terus mengembara di dalam hutan, mengunjungi tempat-tempat suci, pertapaan dan bekas pertapaan.
Data pada kutipan di atas sikap kerja keras tercermin pada Pandawa, saat itu dia dihukum karena ditipu oleh saudaranya sendiri untuk tinggal di dalam Hutan selama dua belas tahun, kemudian dua belas bulan melakukan penyamaran. Di dalam menjalani hukumannya meskipun hukuman itu tidak sah, Pandawa tetap menjalaninya dengan sabar, bahkan Pandawa ketika di dalam Hutan, dia mengunjungi tempat-tempat suci bekas pertapaan yang tentuya banyak. Hal itu dilakukannya untuk diambil pembelajaran terkait kehidupan dan cara untuk menyucikan diri juga mengingat-ingat sejarah.
ADVERTISEMENT
Meskipun perjalanan mereka akan makin berat, Bhima berkata bahwa dia dan Gatotkaca masih sanggup memikul Draupadi, Nakula dan Sahadewa. Akhirnya diputuskan untuk menjelajahi hutan itu bersama-sama, apa pun yang terjadi.
Kerja keras dalam kutipan di atas tercermin pada Bhima dan putranya yakni Gatotkaca, ketika menjalani pengasingan di Hutan Bersama saudara-saudaranya dia berusaha untuk menjelajahi hutan itu secara bersama-sama untuk mencari tempat yang layak dipijaki serta membantu untuk memikul saudaranya yang sudah kelelahan.
(5) semangat kebangsaan,
…Arjuna berkata, “Engkau seorang raja. Tak pantas kau memercayai hasutan dan ancaman seperti itu. Kita hadapi nasib kita dengan penuh keberanian dan kita lakukan tugas kita sebaik-baiknya.”
Semangat kebangsaan pada kutipan di atas tercermin pada Arjuna yang berkata demikian, bahwa seorang raja atau pemimpin tidak pantas memercayai hasutan dan ancaman dari orang lain, justru harus dihadapi dengan keberanian dengan tidak melupakan tugas sebagai seorang pemimpin.
ADVERTISEMENT
(6) menghargai prestasi,
Mahaguru itu berkata kepadanya, “Wahai, putra Dewi Kunti, engkau kini bergelar Maharajadiraja. Sungguh gelar yang pantas sekali bagimu. Kudoakan, semoga bangsa Kuru yang masyhur ini mencapai kemuliaannya melalui engkau. Sekarang, aku akan kembali ke pertapaanku.”
Data pada kutipan di atas penghargaan diberikan kepada Yudisthira dengan gelar Maharajadiraja.
Wirata sungguh tidak menyangka bahwa orang-orang yang selama ini telah bekerja keras mengabdi kepadanya tiada lain adalah Pandawa. Wirata segera meminta maaf dan di hadapan para tamu, dia memeluk Kangka. Kemudian, secara resmi dia mengumumkan bahwa dia menyerahkan Negeri Matsya kepada Pandawa karena jasa-jasa mereka. Wirata juga menyerahkan putrinya, Dewi Uttari, kepada Arjuna untuk diperistri.
Pada kutipan di atas, penghargaan diberikan kepada Pandawa karena telah membantu Wirata ketika berperang menghadapi musuh dan mencapai kemenangan meskipun Pandawa saat itu sedang menyamar. Sebagai bentuk penghargaan, Wirata menyerahkan Negeri Matsya, Negeri yang dipimpinnya selama ini kepada Pandawa juga menyerahkan Putrinya kepada Arjuna untuk diperistri.
ADVERTISEMENT
(7) bersahabat/komunikatif,
Mendengar kata-kata Bhima, Dharmaputra memeluknya dengan kasih sayang seorang saudara. Lalu..., untuk menahan ketidaksabaran Bhima, dia berkata, “Saudaraku tercinta, segera sesudah tiga belas tahun itu terlampaui, Arjuna dengan senjata Gandiwa dan engkau dengan gadamu akan bertempur dan membunuh Duryodhana. Bersabarlah sampai waktu itu tiba.
Dharmaputra mencoba menenangkan Bhima yang tidak terima untuk menerima hukuman yang tidak sah, sebab Pandawa dijebak oleh saudaranya sendiri. Dharmaputra memiliki sikap yang bersahabat dan komunikatif ketika mencoba menenangkan Bhima yang sedang dimabuk emosi.
Kemudian dia mengembuskan napas dan berdiri di depan Bhima. Badannya kembali mengecil, kembali ke ukuran biasa. Hanuman kemudian memeluk Bhimasena. Ketika berpelukan, dua bersaudara itu masing-masing merasa mendapat kekuatan berlipat ganda.
ADVERTISEMENT
Hanuman dan Bhima adalah saudara yang sangat lama tidak bertemu, ketika bertemu, mereka berpelukan karena tidak menyangka dipertemukan sekaligus mengobati rindu. Dengan begitu, mereka merasakan kekuatan mereka bertambah berlipat ganda.
(8) cinta damai,
Aku bersumpah, aku tidak akan bicara lemah dan kasar kepada saudara-saudara dan sanak kerabatku selama tiga belas tahun. Aku akan menghindari segala hal yang mungkin menimbulkan sengketa. Aku tidak akan pernah marah, sebab kemarahan adalah pangkal permusuhan. Semoga kita diberi jalan terbaik setelah mengetahui peringatan dari Bhagawan Wyasa.
Yudhistira berkata demikian pada kutipan di atas, Yudhistira memiliki rasa cinta damai, dia tidak ingin pertengkaran terjadi dan kemarahan timbul, sebab menurutnya kemarahan adalah pangkal permusuhan. Maka beliau mencegah itu dengan cara tidak berbicara kasar dan lemah kepada saudara-saudaranya.
ADVERTISEMENT
….Aku akan berusaha sebaik mungkin agar apa yang kau cita-citakan tercapai, yaitu penyelesaian tanpa perang. Memang, kemungkinan itu sangat kecil dan situasi sekarang ini membuahkan firasat buruk. Tetapi, kewajiban kita untuk selalu mengusahakan perdamaian.”
Penyelesaian tanpa perang adalah yang diinginkan Yudhistira, dia sangat cinta damai meskipun saudaranya telah menipunya dalam permainan dadu dan merampas semua kerajaan beserta desa, rakyat, juga fasilitasnya, Yudhistira hanya ingin menenmpuh jalan perdamaian.
(9) peduli lingkungan,
Rasa kasihnya kepada binatang-binatang hutan mendorongnya mengambil keputusan untuk meninggalkan hutan itu.
Lagi-lagi Yudhistira, dia bermimpi bahwa binatang-binatang itu meminta tolong kepadanya karena takut dibunuh. Setelah bermimpi, kemudian Yudhistira bangun untuk pergi mencari tempat lain di Hutan guna melindungi binatang-binatang tersebut, tidak lupa juga dia mengajak saudaranya juga Istrinya.
ADVERTISEMENT
…Kangka, sanyasin, yang sehari-hari melayani Wirata, berkata kepada raja, “Tuanku tak perlu khawatir. Walaupun aku ini pertapa atau sanyasin, sesungguhnya aku juga ahli pertempuran. Aku akan bertempur untuk Tuanku. Aku akan mengendarai kereta bersenjata lengkap dan mengusir musuh-musuh Tuanku. Sudilah Tuanku memerintahkan Walala, juru masak istana, Dharmagranti, si tukang kuda, dan Tantripala, si gembala sapi, untuk membantu menghadapi musuh. Kudengar mereka pernah menjadi kesatria perang. Kalau mereka bisa dikumpulkan dan dipersenjatai, musuh-musuh Tuanku pasti akan hancur.”
Tidak lain dan tidak bukan, kangka, sanyasin, Walala, Dharmaganti, dan Tatripala adalah Pandawa yang sedang menyamar, dia membantu Wirata untuk melawan musuh di Selatan yang sedang menyerang, hal ini dilakukan karena Pandawa peduli dan tak tega terhadap rakyat apabila Negerti Matsya hancur.
ADVERTISEMENT
“Tuanku Putri Uttari, negeri kita ditimpa malapetaka besar. Jika saudaramu tidak bisa mendapat sais kereta, panggil saja Brihannala si guru tari. Aku dengar, dia pernah menjadi pengemudi kereta di Negeri Indraprastha dan pernah melayani Arjuna. dia banyak belajar dari Arjuna tentang siasat perang dan pertarungan.”
Brihannala ialah Arjuna yang sedang menyamar, dia membatu Putri Uttari untuk melawan musuh yang menyerang di Utara.
(10) peduli sosial,
Arjuna menjawab, “Wahai Raja segala dewata, aku tidak menginginkan kesenangan, atau dunia yang lebih tinggi. Aku datang ke sini meninggalkan Panchali dan saudara-saudaraku di hutan. Aku hanya menginginkan senjata.”
Dalam data kutipan di atas, sikap peduli tercermin pada sosok Arjuna, dia dating ke Gunung Himalaya untuk meminta senjata kepada dewata, dan demi itu dia telah meninggalkan Panchali beserta saudaranya. Hal itu dilakukan karena untuk perlengkapan berperang juga atas perintah yang dituakan.
ADVERTISEMENT
Tetapi Yudhistira menjawab, “Saudaraku tercinta, ini bukan saat yang tepat bagi kita untuk bergembira. Kaurawa adalah kerabat kita, keturunan mereka adalah keturunan kita juga. Sekarang mereka sedang mendapat malu, dan itu berarti tamparan bagi kita juga. Kita tidak boleh membiarkan penghinaan ini. Kita harus membantu saudara-saudara kita.”
Yudhistira, sosok yang tetap peduli pada Kaurawa, saudaranya meski telah ditipu dan dirampas semua miliknya oleh Kaurawa. Yudhistira tidak membiarkan Kaurawa terancam habis oleh Raksasa yang ditemui Kaurawa di Hutan ketika mereka mencoba mencari Pandawa untuk mengolok-olok.
(11) tanggung jawab.
"Urusan sehari-hari kerajaan dilaksanakan oleh Ugrasena. Walaupun sudah lanjut usia, dengan sekuat tenaga Ugrasena mempertahankan ibukota Dwaraka dari serangan Salwa."
Ugrasena, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi. Meskipun sudah lanjut usia, beliau tetap berusaha sekuat tenaga untuk mempertahanka Ibukota Dwaraka dari serangan Salwa. Itulah tanggung jawab yang patut dicontoh dan diterapkan oleh manusia pada zaman ini, jika sudah mengemban suatu tugas, maka harus selalu bertanggung jawab bagaimanapun kondisinya.
ADVERTISEMENT