Review Film Bisikan Jenazah: Racikan Horor Indonesia karya Aldi Taher

Anggie Clarestya
Seorang filmmaker sekaligus penonton film yang baru saja lulus studi dari Institut Kesenian Jakarta
Konten dari Pengguna
26 November 2022 12:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anggie Clarestya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Cuplikan adegan film Bisikan Jenazah. Foto: Youtube Bersahaja Entertaiment
zoom-in-whitePerbesar
Cuplikan adegan film Bisikan Jenazah. Foto: Youtube Bersahaja Entertaiment
ADVERTISEMENT
Gelar Lord sepertinya sudah pantas kita sematkan kepada Aldi Taher. Saat ini, profesinya bukan hanya sebagai seorang aktor, pelawak, penyanyi, presenter, sekaligus konten kreator. Ia kini berani merambat diri menjadi seorang pembuat film. Tidak tanggung-tanggung, ia berani terjun langsung memproduksi sebuah film horor panjang dan berhasil tayang di bioskop Indonesia. Bahkan, filmnya yang kini dapat kita akses di youtube telah mencapai 1,9 juta penonton per oktober 2022 ini.
ADVERTISEMENT
Film ini menceritakan tentang sepasang suami isteri yang tampaknya baru menikah dan hendak berbulan madu. Mereka kemudian menemukan sebuah penginapan gratis dan memutuskan untuk tinggal selama tiga hari disana. Baru beberapa lama, mereka sudah merasakan keanehan-keanehan dari rumah tersebut. Akankah jenazah berbisik menakuti mereka?
Hal pertama yang saya sadari saat menonton film ini adalah Aldi Taher menggunakan formulasi cerita yang biasa digunakan oleh film-film horor kebanyakan, seperti penggunaan pola kedatangan sebagai pembuka cerita serta karakter yang denial. Mari kita kupas satu-satu racikan horor Aldi Taher.
Pola kedatangan adalah sebuah pola opening film dimana cerita dimulai dengan tokoh protagonis yang mendatangi sebuah tempat/daerah untuk pertama kalinya. Pola ini biasanya digunakan agar latar bisa dengan detail ditampilkan sehingga tidak ada informasi yang terlewat bagi penonton. Pola ini paling sering digunakan di film bergenre horor, fantasi, dan juga petualangan.
ADVERTISEMENT
Hal mendasar mengapa pola ini sering digunakan dalam film-film horror adalah karena manusia pasti akan selalu memiliki ketakutan saat mencoba keluar dari zona nyamannya serta berada di situasi yang baru. Selain itu, pola ini juga bisa membuat penonton menjadi penasaran karena kita diajak untuk mempelajari situasi tempat yang akan dihadapi oleh protagonis yang harusnya ‘tidak kita ketahui’. Namun, karena sudah sering digunakan, penonton jadi gampang menebak situasi apa yang akan terjadi. Penonton pasti menebak pasti akan ada kehadiran-kehadiran tidak mengenakkan di tempat tersebut.
Aldi Taher mengambil latar sebuah penginapan sebagai setting ceritanya. Selain tempat yang sudah mainstream digunakan, penggambaran akan penginapan tersebut juga tidak ada horor-horornya. Padahal, jika mengandalkan pola kedatangan dalam cerita, setting harus dibangun dengan kuat agar penonton bisa percaya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pasti akan selalu ada karakter yang denial dalam film horor atau bisa disebut sebagai karakter tematik sudut pandang penonton. Karakter tematik biasanya dihadirkan terkait dengan tema film. Karakter tematik terdiri dari dua kategori, yaitu karakter tematik penyeimbang dan karakter tematik sudut pandang penonton. Karakter tematik penyeimbang biasanya digunakan di film-film yang memiliki tema yang sensitif. Kehadiran karakter ini digunakan agar film terhindar dari generalisasi akan prasangka-prasangka buruk mengenai suatu suku, agama maupun kepercayaan.
Sedangkan karakter tematik sudut pandang penonton biasanya digunakan di film yang berhubungan dengan sesuatu di luar nalar manusia, seperti keberadaan alien, monster, bahkan hantu. Hal ini karena penonton cenderung skeptis terhadap sesuatu yang tidak masuk akal. Oleh karena itu, kehadiran karakter tematik sudut pandang penonton, diharapkan mampu menggiring dan mengubah pandangan penonton.
ADVERTISEMENT
Film bisikan jenazah hanya dimainkan oleh dua pemeran, Aldi dan Emma. Emma harusnya adalah protagonis di dalam film ini karena Emma adalah sosok yang diganggu oleh makhluk halus dalam film. Namun, fokus banyak teralihkan ke sosok Aldi, karena dia mengambil terlalu banyak dialog di dalam film. Ketidak konsistenan karakter ini yang kemudian menjadi salah hal yang menganggu saya saat menonton film.
Saat mereka memasuki rumah tersebut, Aldi sudah merasakan ketakutan akan hantu dalam rumah tersebut. Namun, Emma meledeknya dan meyakinkan Aldi bahwa tidak ada hal yang perlu ditakutkan. Situasi mulai berganti ditengah-tengah film saat Emma mulai diganggu oleh sosok yang tidak jelas. Saat Emma mulai ketakutan, sosok Aldi malah menjadi denial. Padahal di awal film, Aldi adalah sosok yang pertama kali ketakutan. Namun dengan percaya diri ia meyakinkan Emma bahwa tidak ada yang namanya hantu. Perubahan karakter ini pada akhirnya tampak tidak meyakinkan bagi penonton. Perubahan karakter sebaiknya tidak berulang-ulang karena dapat menyebabkan terjadinya tumpang tindih yang pada akhirnya mengganggu penonton.
ADVERTISEMENT
Kemudian hal yang cukup mengganggu saya adalah keberadaan sosok hantu yang tidak jelas rupanya. Jika mengacu pada judul, harusnya sosok yang mengganggu karakter adalah sosok jenazah. Namun, hantu dalam film ini justru digambarkan melalui sosok perempuan berambut panjang serta berbaju putih dan juga sosok anak kecil. Lagi-lagi formulasi ini adalah formulasi hantu yang sering sekali digunakan di film horor kebanyakan.
Karena keberadaan sosok hantu yang tidak jelas rupanya ini, jumpscare di film jadi seperti terompet di malam tahun baru, cukup menganggu. Alih-alih ketakutan, penonton malah menjadi kesal karena jumpscare hanya prank semata. Dan ini dilakukan berkali-kali sehingga saat sosok hantu terlihat, penonton jadi sudah tidak terantisipasi lagi dengan keberadaannya.
Ketegangan dalam film horror Aldi Taher hanya terasa melalui backsound filmnya. Secara cerita, masih banyak sebab akibat yang tidak jelas yang justru menjadi penganggu utama saat menonton filmnya. Banyak film horor-horor lain Indonesia yang hanya berfokus menghadirkan sosok hantu yang mencekam daripada memikirkan kausalitas cerita yang meyakinkan. Hal ini masih menjadi PR perfilman kita, apalagi melihat pangsa horror di Indonesia yang terus meningkat.
ADVERTISEMENT