Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Menilik Hegemoni Cina dalam Laut Cina Selatan
12 Januari 2023 12:32 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Anggita Divacitra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kawasan Laut Cina Selatan tak akan pernah dalam keadaan tenang. Perairan yang strategis ini jelas menarik perhatian seluruh negara dunia, terutama Cina. Melalui nama kawasannya saja tentu Cina jadi berbangga hati sebab tercantum nama Cina sebagai center. Tak heran jika negara itu merasa memiliki hak paling tinggi dalam kepemilikan Laut Cina Selatan hingga dianggap sebagai hegemon dalam kawasan tersebut.
ADVERTISEMENT
Tentu kita semua tahu jika berbicara mengenai negara hegemon adikuasa di dunia ini, maka negara tersebut adalah Amerika Serikat. Namun, dalam konteks Laut Cina Selatan, Cina memegang hegemoni ini. Mulai dari jalur perdagangan internasional yang strategis, limpahan kandungan minyak bumi dan gas alam hingga terdapat lebih dari 200 pulau yang kaya akan sumber daya alam tentunya membuat Laut Cina Selatan menjadi surga yang mustahil Cina lepaskan begitu saja, meskipun banyak terjadi perseteruan akan klaim kawasan Laut Cina Selatan. Pangkalan militer Cina yang menguasai pulau-pulau kecil di kawasan juga jadi penanda kuatnya Cina dalam posisi ini.
Melihat secara geografis, posisi Laut Cina Selatan berbatasan dengan negara-negara Asia Tenggara dan Asia Timur, di antaranya Cina, Indonesia, Malaysia, Filipina, Vietnam, Singapura, Taiwan, dan Brunei Darussalam. Akan tetapi, Amerika Serikat terlihat ikut campur ke dalam Laut Cina Selatan. Jelas saja hal ini akan terjadi sebab Amerika Serikat pastinya turut merasa kebangkitan Cina makin menjadi-jadi sehingga diperlukan keterlibatannya guna meredam Cina.
ADVERTISEMENT
Penulis melihat kekhawatiran Amerika Serikat wajar terjadi melihat Cina sendiri relatif seimbang dengan posisi Amerika Serikat bahkan terlihat sangat memungkinkan untuk segera menyalip Amerika. Terlebih lagi jika Cina berhasil menjadi satu-satunya negara yang menguasai Laut Cina Selatan, maka pertumbuhan ekonominya akan melonjak mengingat sibuknya perdagangan yang berlalu-lalang, bisa dilihat melalui fakta bahwa kawasan ini sebagai jalur utama negara-negara industrialisasi untuk melakukan ekspor ke wilayah Asia, Eropa, dan Timur Tengah. Selain itu, kekayaan minyak bumi di dalamnya tentu akan membuat Cina mengurangi impor minyak bumi karena sudah memiliki sumber daya sendiri.
Beralih pada sisi negara-negara lain yang ikut memperebutkan Laut Cina Selatan, Filipina, misalnya. Pulau-pulau yang begitu potensial dan menjadi ikon Laut Cina Selatan, meliputi Spratly dan Paracel, tetapi bagi Filipina, Spratly jauh lebih menarik perhatiannya. Filipina yang memiliki ketergantungan impor minyak jelas ingin memanfaatkan kekayaan minyak bumi di dalam Pulau Spratly. Negara pantai seperti Filipina ini sudah pasti paham betul bagaimana pentingnya Laut Cina Selatan bagi perdagangan global mereka. Dengan begitu, sikap Cina yang cenderung mengarah agresif wajar dilakukan guna mempertahankan kekuasaannya di Laut Cina Selatan memang bisa saja menjadi timbul perpecahan antar negara. Untungnya perang besar tak terjadi dan semoga saja ke depannya pun tak ada masalah serius.
ADVERTISEMENT
Cina sebagai negara dengan kekuatan besar yang tak dapat terelakkan dominasinya jauh di atas negara-negara yang relatif lemah layaknya Filipina tentu akan terus bisa mempertahankan hegemoninya dalam kawasan Laut Cina Selatan. Selain itu, Cina mampu mempertahankan posisinya juga berkat strategi-strategi apik yang dimainkannya mampu menjaga kekuasaan dan kekuatannya dalam kawasan. Meskipun begitu hegemoni Cina tak seutuhnya menjadikan Cina sebagai negara yang menakutkan dan mengancam negara-negara lain dalam lingkup Asia, misalnya.
Cina sendiri memiliki Asian Development Bank (ADB) di mana Cina seperti merasa mempunyai peran untuk bertanggung jawab atas ekonomi Asia dengan begitu hadirnya ADB menjadi angin segar bagi negara-negara Asia karena mereka bisa mendapatkan pinjaman uang dari Cina sehingga adanya peran Cina bagi negara-negara ini juga sebagai penanda bahwa peran Cina penting dan diperlukan. Dengan demikian, ketika berbicara mengenai Laut Cina Selatan, nama Cina akan terus muncul dan menjadi topik utama sebab mulai dari kekuatan, kekuasaan, hingga dominasinya yang sudah tersebar luas dalam Laut Cina Selatan tak akan membuat kita lupa diri untuk melibatkan Cina dalam segala peristiwa maupun konflik yang terjadi dalam kawasan.
ADVERTISEMENT