Konten dari Pengguna

Ngarengkong Pare Gede Tradisi Kasepuhan Cirompang Sebagai Sebuah Kearifan Lokal

Anggita Bunga Pratiwi
Mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
4 September 2024 8:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anggita Bunga Pratiwi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
dokumen pribadi (ngarengkong pare gede)
zoom-in-whitePerbesar
dokumen pribadi (ngarengkong pare gede)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kasepuhan Cirompang merupakan salah satu masyarakat adat yang masih mempertahankan budaya dan tradisi turun temurun. Salah satunya yaitu tradisi ngarengkong pare gede (ngunjal pare gede), suatu kegiatan membawa padi dari sawah olot (ketua adat Kasepuhan Cirompang) yang telah dipanen oleh masyarakat menuju leuit. Sawah yang ditanami jenis padi yang bernama Pare Gede merupakan sawah yang secara turun temurun digarap oleh Kasepuhan Cirompang. Dalam pengelolaannya, sawah tersebut sama sekali tidak menggunakan pupuk anorganik dan alat seperti traktor yang bisa mencemari lingkungan serta menurunkan kualitas tanah. Dalam setahun sawah milik Kasepuhan Adat Cirompang tersebut hanya bisa ditanami satu kali tanam dan dengan jenis padi yang sama yaitu Pare Gede.
ADVERTISEMENT
Setelah kurang lebih enam bulan semenjak masa tanam, Pare Gede sudah bisa dipanen. Masyarakat bergotong royong saling membantu dalam proses panen Pare Gede milik Kasepuhan Cirompang. Setelah dipanen padi tidak langsung dibawa pulang, melainkan disimpan terlebih dahulu di sawah dan menunggu waktu yang ditetapkan oleh ketua adat. Pada hari yang telah ditentukan sesepuh dan masyarakat berbondong-bondong menuju sawah untuk membawa padi menuju leuit. Leuit adalah lumbung padi adat yang digunakan untuk menyimpan padi sebagai cadangan selama masa paceklik atau digunakan dalam acara adat di Kasepuhan Cirompang. Dengan kata lain, padi hasil panen tidak dijual.
Ngarengkong atau ngunjal pare gede salah satu perayaan bersama antara masyarakat, tokoh adat, dan tokoh masyarakat secara turun temurun (Pangestu M R, 2023). Dalam acara adat ini, masyarakat mulai dari anak-anak sampai orang tua berbondong-bondong mengarak padi yang dibawa dengan rengkong menuju leuit. Rengkong yaitu sebuah alat untuk membawa padi terbuat dari bambu yang bisa menghasilkan bunyi apabila dimainkan. Dalam ngunjal pare gede, selama perjalanan dari sawah menuju leuit proses ngarengkong pare diiringi oleh musik tradisional yang dimainkan oleh warga setempat. Sebelum menuju leuit padi terlebih dahulu dibawa ke lapangan untuk diarak dan tentunya pembawa rengkong memainkan alat tersebut dengan penuh kegembiraan.
ADVERTISEMENT
Setelah acara memutari lapangan sambil memainkan alat musik dan rengkong, padi kemudian dibawa menuju leuit kasepuhan. Padi yang telah sampai dibawa kemudian dimasukan ke dalam leuit atau disebut dengan asup leuit, yaitu kegiatan memasukan padi yang sudah dijemur kering atau yang telah dipocong (diikat) ke dalam lumbung padi (leuit) milik kasepuhan ( Sahroniah N, Ribawati E, Putra A P, 2024). Apabila asup leuit telah selesai, masyarakat yang membawa rengkong dan membantu proses ngunjal pare kemudian berkumpul di rumah olot (ketua adat) atau di balai pertemuan untuk makan bersama. Dimana makanan telah disiapkan oleh masyarakat terutama ibu-ibu sebelum acara ngarengkong pare gede dilaksanakan. Dalam acara makan bersama makanan yang pasti dijumpai adalah kinca. Makanan yang terbuat dari beras ketan yang dikukus kemudian dimakan dengan cara mencelupkan ke dalam bubu yang terbuat dari gula aren dicampur dengan kelapa muda.
ADVERTISEMENT
Perayaan ngarengkong pare gede adalah salah satu bentuk kearifan lokal yang harus dilestarikan. Karena dalam perayaan tersebut masyarakat saling bergotong royong dan bekerja sama, sehingga meningkatkan rasa persaudaraan antar warga masyarakat Kasepuhan Cirompang. Selain itu, supaya tercipta budaya yang kokoh maka harus ada generasi penerus yaitu anak cucu, pemuda masyarakat di daerah tersebut. Hal ini supaya budaya yang ada tidak pupus disebabkan karena manusianya atau masyarakat sekitar yang tidak saling mendukung ( Hidayat I, Robandi B, Nuryani P, 2024). Dengan demikian perayaan ngarengkong pare gede sebagai sebuah kearifan lokal yang harus terus didukung dan dilestarikan oleh masyarakat dan generasi muda di Kasepuhan Cirompang. Supaya tradisi yang telah berlangsung selama puluhan tahun tersebut tidak hilang ditelan zaman dan tergerus arus globalisasi.
ADVERTISEMENT