Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Menghidupkan Sejarah Sungai Batanghari
17 September 2022 20:42 WIB
Tulisan dari Anggy Wira Pambudi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejarah Peradaban Manusia di Sungai Batanghari
Sungai menyediakan air dan makanan yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk bertahan hidup, hal ini kemudian menjadikan sungai sebagai sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Sebagai sumber kehidupan, banyak makhluk yang datang dan menetap di sekitar wilayah Daerah Aliran Sungai seperti manusia yang datang dan membangun peradaban di sekitar wilayah daerah aliran sungai. Sungai Batanghari yang membentang di dua lokasi yaitu Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Barat, telah menjadi bagian dari sumber kehidupan masyarakat yang menetap di sekitar wilayah Daerah Aliran Sungai Batanghari.
ADVERTISEMENT
Daerah Aliran Sungai Batanghari memiliki luas sekitar 4,9 juta ha yang sebagian besar membentang di wilayah Provinsi Jambi dan sisanya berada di Provinsi Sumatera Barat dan Riau. Dengan luas 4,9 juta ha, kemudian menjadikan Daerah Aliran Sungai Batanghari sebagai daerah tangkapan air terbesar kedua di Indonesia. Manusia telah telah lama memanfaatkan sungai Batanghari sebagai sumber kehidupan, hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya berbagai jejak peradaban yang ditemukan di sekitar Daerah Aliran Sungai Batanghari seperti berbagai bentuk benda dan bangunan bersejarah.
Berdasarkan beberapa catatan sejarah, menunjukan bahwa sungai Batanghari memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat di sekitar provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Barat. Di masa lampau, sebagian besar wilayah sungai Batanghari merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Melayu, dan sebagian kecil merupakan bagian dari Kerajaan Sriwijaya, dan juga sebagian kecil menjadi bagian dari Kerajaan Dharmasraya, beberapa Kerajaan tersebut memanfaatkan sungai Batanghari sebagai jalur perdagangan dan jalur transportasi. Jejak peradaban lainya yang ditemukan di sungai Batanghari adalah Candi Muaro Jambi.
Candi Muaro Jambi merupakan kompleks percandian yang terletak di tepian sungai Batanghari, Candi tersebut kemungkinan merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Candi Muaro Jambi memiliki luas 3981 hektar, Candi Muaro Jambi pada masanya merupakan pusat pendidikan Hindu-Buddha, serta pusat pendidikan berbagai ilmu disiplin seperti kedokteran, obat-obatan, filsafat, arsitektur, dan seni.
ADVERTISEMENT
Dalam tulisan yang dibuat oleh Biksu I-Tsing, dalam perjalanan Biksu I-Tsing menuju pusat pembelajaran agama Buddha di India, Biksu I-Tsing sempat singgah di Jambi untuk memperdalam bahasa Sansekerta, diduga tempat singgah yang diceritakan oleh Biksu I-Tsing dalam tulisannya adalah Candi Muaro Jambi. Berbagai bentuk jejak peradaban manusia yang ditemukan di sungai Batanghari, menunjukan bahwa manusia telah lama hidup berdampingan dengan alam.
Sungai Batanghari merupakan bagian dari alam yang menyediakan beragam manfaat yang dapat dimanfaatkan manusia dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena itu penting bagi manusia untuk dapat hidup harmonis dengan alam termasuk dengan menjaga kelestarian sungai dengan baik sehingga kondisi sungai dapat terjaga dengan baik guna dimanfaatkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Kerusakan Sungai Batanghari
Hingga saat ini, peradaban manusia masih dapat ditemukan di Daerah Aliran Sungai Batanghari, namun peradaban manusia di Daerah Aliran Sungai Batanghari kini sudah tidak harmonis dengan alam sekitar. Ketidakharmonisan manusia dan alam dapat terlihat dari kerusakan sungai Batanghari yang diakibatkan oleh berbagai bentuk aktivitas manusia seperti penebangan pohon, konversi lahan dan pembuangan limbah yang dilakukan di sekitar Daerah Aliran Sungai Batanghari.
Adanya aktivitas penebangan pohon dan konversi lahan telah merusak Daerah Aliran Sungai Batanghari menyebabkan berkurangnya berkurangnya cadangan air resapan yang kemudian menyebabkan penurunan ketinggian permukaan air sungai Batanghari. Dalam Undang-Undang Tata Ruang, telah diatur batas minimal penggunaan Daerah Aliran Sungai sebagai daerah resapan air minimal sebesar 30 persen, namun adanya aktivitas penebangan pohon dan konversi lahan membuat daerah resapan di Daerah Aliran Sungai Batanghari semakin berkurang dibawah ketentuan yang telah diatur Undang-Undang Tata Ruang.
ADVERTISEMENT
Adanya penurunan tinggi permukaan air, kemudian dapat menyebabkan sungai Batanghari menjadi surut. Surutnya air sungai Batanghari dapat menyebabkan kerusakan ekosistem sungai, dan juga menyebabkan aktivitas transportasi serta penangkapan ikan yang dilakukan masyarakat dengan memanfaatkan sungai Batanghari menjadi terganggu. Selain aktivitas penebangan pohon dan konversi lahan, aktivitas pembuangan limbah juga turut merusak sungai Batanghari.
Setiap harinya, masyarakat banyak membuang berbagai bentuk limbah ke sungai Batanghari seperti limbah cair pabrik karet, sawit, merkuri yang dihasilkan dari aktivitas penambangan emas, limbah perhotelan, limbah industri, limbah padat, limbah rumah tangga, limbah pasar, pertanian dan pertokoan. Aktivitas pembuangan limbah yang dilakukan masyarakat ke sungai Batanghari, kemudian telah mencemarkan sungai Batanghari yang banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber air minum dan berdampak pada kerusakan ekosistem sungai seperti terkontaminasinya ikan dengan berbagai zat berbahaya, hal ini kemudian juga akan membahayakan masyarakat yang banyak mengkonsumsi ikan yang ditangkap dari sungai Batanghari.
ADVERTISEMENT
Upaya Menjaga Kelestarian Sungai Batanghari
Terjadinya kerusakan sungai Batanghari telah menunjukan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kelestarian sungai Batanghari, hal ini sekaligus menunjukan ketidakharmonisan hubungan manusia dengan alam. Dahulu, sungai Batanghari merupakan sumber kehidupan bagi peradaban manusia yang tinggal dan menetap di sekitar wilayah Daerah Aliran Sungai Batanghari. Sebagai sumber kehidupan, sungai Batanghari dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti sebagai jalur transportasi yang menghubungkan antar wilayah, serta digunakan sebagai pusat peradaban tempat dimana berbagai kegiatan masyarakat dilakukan.
Namun terjadinya perkembangan zaman telah menyebabkan pergeseran nilai, yang dimana kini pemanfaatan sungai Batanghari dalam kehidupan sehari-hari cenderung dilakukan dengan mengeksploitasi keberadaan sungai Batanghari untuk kepentingan tertentu. Saat ini, masyarakat melupakan bagaimana leluhur hidup harmonis dengan alam dengan menjadikan sungai Batanghari sebagai sumber kehidupan untuk membangun peradaban.
ADVERTISEMENT
Menjadi penting untuk kembali menghidupkan sejarah masa lampau guna mengingatkan masyarakat pada saat ini bagaimana para leluhur hidup harmonis dengan memanfaatkan sungai Batanghari dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat menciptakan kesadaran untuk menghargai kehidupan harmonis dengan alam seperti dengan adanya kesadaran untuk menjaga kelestarian sungai Batanghari.
Upaya untuk menghidupkan sejarah masa lampau dapat dilakukan melalui berbagai cara, guna membantu masyarakat untuk mengingat serta menjadikan sejarah masa lampau tersebut sebagai suatu pedoman dalam berperilaku khususnya dalam menjalin kehidupan harmonis dengan alam. Sejarah masa lampau terkait peran penting sungai Batanghari bagi peradaban manusia dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat pada saat ini, untuk mengingatkan bahwa sungai Batanghari merupakan sumber kehidupan yang memiliki peran penting dalam perkembangan peradaban manusia yang menetap dan tinggal di sekitar Daerah Aliran Sungai Batanghari.
ADVERTISEMENT
Menjadi penting untuk dapat hidup harmonis dengan alam, sehingga alam dapat terus dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk membantu perkembangan peradaban manusia di setiap perkembangan zaman, hal ini dikarenakan alam memiliki berbagai bentuk sumber daya yang dapat dimanfaatkan manusia dalam kehidupan sehari-hari seperti halnya sungai Batanghari yang dapat dimanfaatkan manusia untuk pemenuhan kebutuhan transportasi serta berbagai sumber daya yang dibutuhkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.