Pengalamanku Menjadi Sukarelawan di TCS New York City Marathon

Anggi Jenie
A diplomat with a love for the arts, food, music, and travel.
Konten dari Pengguna
26 November 2019 10:46 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anggi Jenie tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Memang benar bahwa lari adalah olahraga individu. Tujuan seorang pelari adalah menempuh garis finish untuk mengalahkan pelari lainnya dan menjadi yang tercepat di antara sekelompok orang. Intinya, tidak ada kerja tim dalam berlari.
ADVERTISEMENT
Namun di TCS New York City Marathon, lomba lari maraton terbesar di dunia, saya belajar mengenai teamwork dan bagaimana manusia dapat mencapai sesuatu yang hebat dengan saling membantu.
Finish line TCS NYC Marathon 2017 (Foto: koleksi pribadi/Anggi Jenie)
Pada tahun 2017, saya mendapatkan kesempatan luar biasa untuk menjadi bagian dari TCS New York City Marathon. Sebenarnya saya tidak ikut menjadi pelari di maraton itu, tetapi saya berpartisipasi dengan cara lain.
Waktu itu saya telah berada di New York selama dua tahun sebagai diplomat. Ada satu masa saya merasa sangat bosan dengan rutinitas sehari-hari sehingga tidak dapat menikmati lingkungan di sekitar lagi, dan saya merasa tidak berguna.
Bulan Januari 2017, saya menerima email tentang kesempatan untuk menjadi sukarelawan pada TCS New York City Marathon. Saya langsung mendaftar, mungkin karena penasaran, tetapi juga karena saya ingin melakukan sesuatu yang beda dan berguna di luar rutinitas kerja sehari-hari.
Sesi orientasi untuk para sukarelawan TCS NYC Marathon (Foto: koleksi pribadi/ Anggi Jenie)
Panitia akhirnya mengontak saya bulan Oktober 2017 dan meminta saya hadir pada sesi orientasi. Ternyata maraton di New York merupakan maraton terbesar di dunia, dengan jumlah pelari lebih dari 50.000 orang dan penonton yang datang bisa sekitar 2 juta orang. Rute maraton ini melewati kelima bagian kota New York mulai dari Staten Island dan berakhir di Central Park di Manhattan.
ADVERTISEMENT
Jumlah sukarelawan pun mencapai 10.000 orang yang bertugas sepanjang jalur maraton. Kami sebagai sukarelawan membantu mempersiapkan lapangan, membagikan minuman, membersihkan jalanan, dan yang paling penting: Memberikan semangat kepada para pelari.
Hari yang dinanti tiba pada 5 November. Kami dibagi dalam grup, setiap grup ada 15 orang. Saya bertugas di kelompok yang membantu di area garis finish. Kami berkumpul pada pukul 6:30 pagi di sekolah terdekat untuk menerima instruksi tentang apa yang harus dilakukan di lapangan.
Para sukarelawan berkumpul pagi hari sebelum jalan ke Central Park (Foto: koleksi pribadi/Anggi Jenie)
Tugas utama saya di area garis finish adalah mengarahkan para finishers ke lokasi pengambilan paket hadiah untuk semua pelari.
Bisa dibayangkan para pelari yang kelelahan dan kehabisan energi karena telah lari berjam-jam menempuh jarak 42,2 km. Sebagian besar dari mereka hampir tidak ada energi untuk senyum. Banyak yang merasa sakit. Bahkan ada yang tidak bisa membuka botol minum karena kelelahan.
ADVERTISEMENT
Saya berusaha membantu semua kesulitan yang mereka hadapi. Kadang-kadang saya harus memanggil petugas medis untuk yang cedera dan yang pingsan. Terkadang yang mereka butuhkan hanyalah semangat dari para sukarelawan. Saya berikan support kepada mereka dengan mengucapkan selamat dan mengatakan bahwa mereka luar biasa.
Mengarahkan para pelari ke lokasi pengambilan paket hadiah (Foto: koleksi pribadi/Anggi Jenie)
Di lapangan, saya dipasangkan dengan seorang sukarelawan berusia 88 tahun bernama Heidi yang berasal dari Jerman. Bekerja dengannya membuka mata saya terhadap ketangguhan jiwa manusia. Heidi selalu senyum meskipun hari itu dirinya bekerja dari jam 8 pagi sampai 6:30 malam. Saya jauh lebih muda darinya dan saya pun merasa kelelahan. Hari itu hujan dan sangat dingin. Kegiatan hari itu pasti lebih sulit bagi Heidi, tetapi dirinya tidak pernah mengeluh.
ADVERTISEMENT
Saya juga terkejut dengan kebaikan para pelari. Banyak dari mereka mengucapkan terima kasih kepada kami, para relawan. Ada juga beberapa yang memberi saya tos dan memeluk saya sebagai ungkapan rasa terima kasih. Pengalaman itu sangat menyentuh hati saya karena kita saling menghargai.
Para volunteer menuju lokasi tugas di Central Park (Foto: koleksi pribadi/ Anggi Jenie)
Mungkin apa yang para volunteer lakukan hari itu tidak terlalu luar biasa, tetapi saya pikir semua perbuatan baik, sekecil apapun, ketika dilakukan bersama dapat menjadi sesuatu yang inspiratif dan hebat.
Saya kembali ke poin awal bahwa berlari adalah olahraga individu. Tetapi saya juga belajar bahwa di bawah permukaan kejayaan individu, ada sekelompok orang yang bekerja bersama untuk mendukungnya.
Para sukarelawan area garis finish (Foto: koleksi pribadi/Anggi Jenie)
Menjadi sukarelawan di maraton itu membuat saya merasa berguna dan memberikan saya pelajaran penting. Semua orang di TCS New York City Marathon bekerja sama secara harmonis dan saling membantu untuk menciptakan pengalaman yang mengharukan bagi para pelari. Menurut pendapat saya, itu adalah bagian yang paling berkesan tentang acara itu.
ADVERTISEMENT
Apabila ada kesempatan menjadi relawan di acara seperti itu lagi, I will take it in a heartbeat.