Konten dari Pengguna

Korea Selatan, Korea Utara, dan Globalisasi yang Mengubah Wajah Mereka

Angie Devina
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang
30 Desember 2022 17:46 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Angie Devina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potret suasana perkotaan di tepian Sungai Han, Seoul, Korea Selatan. Sumber : Gambar oleh <a href="https://pixabay.com/id/users/seoulinspired-12152046/?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=4119805">Ethan Brooke</a> dari <a href="https://pixabay.com/id//?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=4119805">Pixabay</a>
zoom-in-whitePerbesar
Potret suasana perkotaan di tepian Sungai Han, Seoul, Korea Selatan. Sumber : Gambar oleh <a href="https://pixabay.com/id/users/seoulinspired-12152046/?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=4119805">Ethan Brooke</a> dari <a href="https://pixabay.com/id//?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=4119805">Pixabay</a>
ADVERTISEMENT
Korea Selatan dan Korea Utara sebelumnya adalah satu wilayah yang dikenal sebagai Semenajung Korea sebelum Korea terbagi menjadi dua kubu dan kubu selatan yang memutuskan untuk mendeklarasikan kemerdekaannya pada tahun 15 Agustus 1945. Pendeklarasian kemerdekaan tersebut dipengaruhi oleh Konferensi Postdam yang dilaksanakan pada Juli—Agustus 1945 antara Uni Soviet, RRC, dan Amerika Serikat serta sekutu.
ADVERTISEMENT
Konferensi tersebut menghasilkan pembagian Korea menjadi dua, yaitu wilayah utara yang dikuasai oleh Uni Soviet dan wilayah selatan yang dikuasai Amerika Serikat serta sekutu. Dikarenakan konferensi tersebut tidak mendapatkan persetujuan dari pihak Korea, hal itu membuat perang saudara pecah pada tahun 1950.
Perang saudara tersebut berakhir pada tahun 1953 dengan ditandatanganinya perjanjian damai antara Amerika Serikat, China, dan Korea Utara pada 27 Juli 1953. Sedangkan, Korea Selatan tetap teguh dengan pendiriannya yang bersikeras tidak mau menandatangani perjanjian tersebut hingga menghasilkan perang dingin di antara kedua Korea tersebut sampai kini.
Selanjutnya pada periode 1970an-1980an di bawah kepemimpinan Kim Il-sung, Korea Utara berada pada kestabilan ekonomi. Kestabilan ekonomi yang diraih oleh Korea Utara adalah hasil dari diplomasi yang dilakukan oleh Kim Il-sung dengan negara-negara komunis lain terutama China dan Uni Soviet.
ADVERTISEMENT
Diplomasi tersebut juga menghasilkan pengadopsian konsep ekonomi sosialisme Stalin oleh Korea Utara. Salah satu praktik dari sistemnya adalah adanya praktik 7 tahun yang mana sistem itu sebelumnya diterapkan oleh Uni Soviet berupa rencana pembangunan 5 tahun. Sistem pembangunan 7 tahun di Korea Utara sendiri bertahan sampai 3 periode dan rencana pembangunan 7 tahun mengalami kegagalan pada tahun 1993 yang ditandai dengan turunnya skala target perdagangan akibat resesi global.
Meskipun tak bertahan lama karena kerja sama ekonomi yang dilakukan oleh Korea Utara hanya dengan Uni Soviet dan China menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cukup besar bagi Korea Utara meski pertumbuhan tersebut harus mengalami kemandekan sejalan dengan memburuknya hubungan antara Uni Soviet dan China.
Keadaan salah satu daerah paling ramai di Kota Seoul, Myeongdong. Sumber: <a href="https://pixabay.com/id/users/tragrpx-187297/?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=326136">tragrpx</a> dari <a href="https://pixabay.com/id//?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=326136">Pixabay</a>
Di sisi lain ada Korea Selatan yang perekonomiannya masih sangat bergantung pada bantuan dari Amerika Serikat. Namun, kemudian Korea Selatan mengalami kemunduran ekonomi karena sifat konsumtifnya. Hal tersebut diperburuk dengan perubahan sistem pemerintahan Korea Selatan yang awalnya demokratis menjadi otokratis meskipun akhirnya sistem tersebut runtuh pada tahun 1960.
ADVERTISEMENT
Namun, hal tersebut membawa dampak yang buruk bagi perekonomian Korea Selatan sekaligus sebagai titik awal berkembangnya perindustrian di negara tersebut. Selanjutnya di bawah pimpinan presiden Park Chung-hee, Korea Selatan mengalami peningkatan ekonomi yang begitu pesat yang ditandai dengan adanya perubahan dari negara agraria yang bergantung pada pertanian menjadi negara industri.
Korea Selatan juga menerapkan program pembangunan lima tahun sama seperti program yang dijalankan oleh saudaranya, Korea Utara. Namun, hasil yang diraih oleh Korea Selatan berbeda dengan hasil Korea Utara, melalui program tersebut ekonomi Korea Selatan terus mengalami peningkatan hingga dapat mencapai modernisasi industri lewat ekspor.
Sebagai negara yang demokratis dan telah mencapai modernisasi, Korea Selatan dengan cepat berkembang menjadi negara yang maju karena industrinya dan mendapatkan sumbangan kekayaan terbesar dari industri tersebut. Selain industri barang, Korea selatan juga terkenal akan industri hiburan yang membuatnya semakin dikenal dunia dengan k-culture dan k-pop yang diusungnya.
ADVERTISEMENT
K-culture dan k-pop dengan cepat menyebar ke seluruh dunia karena tampilannya yang mampu menarik banyak orang dan hal itu biasa disebut dengan k-wave atau dalam bahasa Korea disebut hallyu. K-wave sendiri tidak hanya digandrungi oleh remaja tetapi disukai juga oleh orang dewasa karena pembawaannya yang menarik dan ceria. Menglobalnya budaya tersebut tentu membawa dampak yang sangat menguntungkan Korea Selatan terutama dalam bidang ekonomi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan berdirinya kantor perwakilan dari salah satu agensi SM Entertainment di berbagai negara seperti Indonesia, Jepang, Thailand, dan Amerika Serikat.
Selain itu, konser-konser dari idol-idol Korea Selatan juga selalu mendapatkan antusias yang tinggi. Bukan hanya konser saja, idol atau artis Korea Selatan kini juga banyak digunakan sebagai Brand Ambassador produk-produk lokal maupun brand besar internasional lainnya. Hal itu cukup menjadi bukti bahwa industri hiburan Korea Selatan mendapatkan antusias dan perhatian besar dunia. Faktor-faktor tersebutlah yang membuat Korea Selatan kini menjadi negara maju dan sebagai salah satu negara dengan perkembangan ekonomi yang tinggi.
Potret patung presiden pertama Korea Utara, Kim Il-sung. Sumber: <a href="https://pixabay.com/id/users/alex_berlin-8756058/?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=3340884">Alexander</a> dari <a href="https://pixabay.com/id//?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=3340884">Pixabay</a>
Di sisi lain ada negara tetangganya yang masih jauh dari kata modern, Korea Utara, sama seperti negara komunis pada umumnya yang memiliki sifat tertutup dan sangat terbatas. Korea Utara memiliki kebijakan luar negeri yang isolasionis membuat hubungan diplomasi dan kerja sama pun hanya dilakukan dengan negara-negara komunis saja dan cenderung tertutup dari globalisasi. Bahkan kediktatoran penguasanya membuat Korea Selatan terisolasi dari dunia global.
ADVERTISEMENT
Mungkin jika dilihat dari sudut pandang penguasa Korea Utara hal tersebut dilakukan untuk melindungi warganya dari propaganda dan pengaruh buruk dunia luar. Namun, kebijakan tersebut menunujukkan hasil yang berbeda karena kenyataannya warga Korea Utara sangat kekurangan informasi bahkan aksesnya pun sangat dibatasi oleh pemerintah. Bahkan media dalam negerinya pun sangat dikendalikan oleh pemerintah dan hanya boleh menayangkan berita-berita dan informasi dalam negeri saja.
Dikarenakan ketertutupannya dari dunia global, Korea Utara hanya merasakan sedikit dampak globalisasi. Bahkan saking tertutupnya, Korea Utara menganggap keberhasilan Korea Selatan merupakan ancaman baginya karena banyak warga Korea Utara yang melanggar aturan demi melihat drama atau pun hiburan lain dari Korea Selatan. Hal tersebut lah yang akhirnya membuat warga Korea Utara memilih untuk membelot dan melarikan diri ke negara lain
ADVERTISEMENT
Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan kehidupan di Korea Utara dan Korea Selatan bermula dari cara mereka menyikapi datangnya globalisasi. Dari pernyataan tersebut juga terlihat bahwa sikap keterbukaan Korea Selatan membuatnya semakin maju dan ekonominya juga ikut terkatrol seiring dengan terbukanya sistem pasar akibat dampak globalisasi. Sedangkan, ketertutupan Korea Utara membuat mobilitasnya hanya terbatas dengan negara-negara komunis saja. Hal tersebut juga menjadi salah satu faktor pasar Korea Utara tidak berkembang dan hanya terbatas di pasar-pasar domestik.