Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Meneladani Semangat Kartini oleh ASN Kartini Masa Kini
23 April 2022 12:21 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Anggraeni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Rangkaian kata indah di atas merupakan salah satu kutipan dari buku “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Buku yang berisi kumpulan surat dari sosok pejuang emansipasi wanita, R.A. Kartini kepada sahabatnya yang berada di negeri kincir angin, Rosa Abendanon.
Oleh sahabatnya tersebut, surat-surat Kartini dikumpulkan dan diterbitkan menjadi sebuah buku dengan judul berbahasa Belanda, “Door Duistrnis tot Licht”. Kemudian diterjemahkan oleh Armijn Pane dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang diterbitkan oleh Balai Pustaka.
April, Bulan Emansipasi Wanita
Bulan April kerap identik dengan kesetaraan gender atau emansipasi wanita yang disuarakan oleh RA. Kartini sejak abad ke 18. Di era tersebut, melalui surat-suratnya, Kartini telah menuangkan pemikirannya terkait berbagai permasalahan yang saat itu terjadi. Tradisi feodal yang menindas kaum wanita, seperti pernikahan paksa, poligami bagi perempuan Jawa kelas atas serta pentingnya pendidikan bagi anak perempuan.
ADVERTISEMENT
Menurut Laporan World Economic Forum (WEF) 2020, Indonesia berada pada peringkat 85 dalam urusan gender gap. Sementara itu menurut data yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Pemberdayaan Gender dengan alat ukur menempatkan perempuan sebagai tenaga profesional di Indonesia pada tahun 2019 masih berada pada kisaran antara 35% hingga 55%.
Kesetaraan gender dalam bidang pekerjaan menjadi isu yang selalu hangat diperbincangkan. Banyak wanita yang merasa dikesampingkan dalam karier. Kurangnya kesempatan wanita dalam pekerjaan disinyalir menjadi penyebab ketidaksetaraan ini.
Wanita dan Perannya sebagai Pemimpin
Wanita dengan segala keunikannya, saat ini telah mengalami perkembangan karier yang pesat. Tak sedikit jabatan puncak yang diisi oleh pemimpin wanita. Eksekutif Direktur Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE), Maya Juwita, mengungkapkan Indonesia menduduki peringkat keempat negara yang memiliki pemimpin perempuan terbanyak di dunia dengan persentase sebanyak 37%. Namun sayangnya, hampir 90% laki-laki dan perempuan memiliki semacam bias terhadap perempuan. Hal ini berdasarkan data dari The Gender Social Norms Index, UNDP, 2020.
ADVERTISEMENT
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga menyampaikan “Kepemimpinan perempuan nyatanya sangat esensial bagi kesejahteraan bangsa, bahkan dunia. Hal ini perlu terus menerus kita gelorakan dan gaungkan, sehingga tertanam menjadi persepsi yang baru di dalam masyarakat”. Pernyataan ini disampaikan oleh beliau pada Rakernas Perempuan Pemimpin Indonesia (PPI) I Tahun 2021 dengan tema Kepemimpinan Perempuan Tangguh sebagai Pilar Bangsa Menuju Indonesia Emas Mercusuar Dunia yang diselenggarakan secara virtual.
Keterwakilan perempuan yang minim sebagai pemimpin menyebabkan organisasi maupun institusi kurang memiliki sudut pandang perempuan. Hal ini secara tidak langsung berpengaruh pada penyusunan kebijakan yang berpihak pada perempuan dan berdampak pada rendahnya indeks kesetaraan gender.
Padahal, Bank Dunia pada tahun 2012 telah bersepakat bahwa saat perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang sama untuk aktif secara politik dan membuat berbagai keputusan dan kebijakan, maka akan muncul kebijakan-kebijakan yang lebih representatif dan inklusif untuk mencapai pembangunan yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
ASN Wanita dan Peluang untuk Setara
Berdasarkan data yang dilansir dari situs resmi Badan Kepegawaian Negara (BKN), pertumbuhan PNS dengan jenis kelamin wanita dalam kurun waktu 10 tahun terakhir mengalami peningkatan. Per bulan Desember 2021, rasio perbandingan PNS dengan jenis kelamin wanita mendominasi dengan jumlah 2.105.345 atau sebanyak 53% dari total jumlah PNS yang ada di Indonesia.
Sedangkan jumlah PNS dengan jenis kelamin pria sebanyak 1.890.289 atau sebanyak 47% dari total jumlah PNS se-Indonesia. Kenaikan jumlah PNS wanita ini sudah berlangsung sejak 4 tahun terakhir, cukup signifikan apabila dibandingkan dengan data 5 tahun yang lalu, di mana jumlah PNS pria sangatlah dominan.
Sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), tuntutan pekerjaan kedinasan tidaklah terlepas dari rutinitas, terlebih bagi ASN wanita. Manajemen waktu tentunya sangat diperlukan agar bisa berbagi peran dengan seimbang, baik peran sebagai ASN maupun peran sebagai ibu atau istri. Kemampuan alamiah wanita untuk mengerjakan banyak tugas dalam satu waktu merupakan anugerah yang Tuhan berikan untuk bisa beradaptasi di beragam lingkungan dengan mudah.
ADVERTISEMENT
Di era digital seperti saat ini, pekerjaan dapat dilakukan dari mana saja dan kapan saja. Apalagi semenjak pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia, banyak hal yang kemudian dipermudah oleh teknologi. Kegiatan yang semula hanya dapat dilakukan dengan pertemuan fisik kini cukup dilakukan dari rumah saja. Pilihan jenis aktivitas untuk meningkatkan kompetensi juga banyak bertebaran diberbagai platform digital. Berbagai kemudahan ini merupakan peluang yang semestinya tidak di sia-siakan begitu saja.
Dengan meningkatnya kompetensi yang dimiliki, wanita akan memiliki nilai tambah untuk mendapatkan peluang yang sama dengan pria. Semangat yang diserukan oleh Kartini melalui surat-suratnya, untuk terus maju meraih mimpi menjadi cambuk bagi para ASN Kartini untuk lebih kreatif dan produktif.
Meneladani semangat Kartini era sekarang, bukan lagi sekadar seremonial dengan bersolek dan mempercantik diri dengan kebaya agar terlihat anggun. Akan tetapi lebih dari itu, peringatan hari Kartini adalah momentum untuk terus semangat berproses dan bertumbuh, maju tanpa merisaukan gender namun tetap sadar akan kodratnya sebagai wanita.
ADVERTISEMENT
Selamat Hari Kartini para ASN Wanita Indonesia.