Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Masuk Kampus: Realita Pahit di Balik Imajinasi Anak SMA
24 April 2025 13:50 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari ANIN NUR ASMARA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Setelah tutup buku SMA, imajinasi soal kuliah biasanya terasa manis dengan baju bebas, nggak ada guru yang penuh aturan, dan bisa nongkrong kapan aja. “kuliah bisa bangun siang, nggak perlu bawa buku banyak, apalagi full day di kelas”, gambaran kira-kira yang ada di kepala anak SMA. Akan tetapi, realitanya, masuk kuliah jauh dari kata gampang.
ADVERTISEMENT
Saat telah tiba waktunya menentukan pondasi dasar masa depan, banyak siswa dan orang tua yang memilih opsi kuliah. Hal ini yang membuat beberapa jalur untuk masuk perguruan tinggi terjadi persaingan yang ketat di seluruh Indonesia.
SNBP:Simpel, tetapi dalam Persaingan Ketat
Salah satu jalur masuk kuliah yang bisa dibilang paling simpel adalah jalur “SNBP”. Jalur ini menekankan nilai rapor dari semester 1-5 sebagai pilar untuk keberhasilan. Tapi jangan salah, yang dinilai bukan cuma angka. Terbukti pada tahun 2024 tercatat 702.812 siswa yang mendaftar, namun hanya 156.029 yang berhasil lolos, atau sekitar 22,24% saja yang mampu menembus seleksi ketat SNBP.
Beberapa hal yang menjadi sorotan seperti akreditasi sekolah, jumlah alumni yang telah masuk di kampus dan jurusan yang sama, bobot nilai mata pelajaran yang relevan dengan jurusan, serta passing grade jurusan itu sendiri juga menjadi persaingan berat untuk lolos. Sudah menjadi sebuah tradisi tiba musim SNBP, warna ‘merah’ jadi musuh bebuyutan. Sementara ‘biru’ jadi warna paling dinanti.
ADVERTISEMENT
SNBT:Satu Angka Penentu Masa Depan
Bicara tentang “SNBT” yang jadi alternatif selanjutnya. Namun, membutuhkan effort lebih dari SNBP, tentu saja mengharuskan bersungguh-sungguh untuk bisa lolos dengan maksimal. Nilai dari ujian ini adalah penentu utama seseorang bisa masuk kampus negeri favorit atau tidak. Selain hal itu yang menjadi alat lolosnya kita, selisih nilai walaupun hanya satu dua angka perbandingannya dan juga kuota per jurusan yang terbatas, jadi makin sulit buat tembus kalau peminatnya tinggi.
Nilai Tinggi Tapi Nggak Dapat Kata Selamat
Nilai dari SNBT bisa dibawa ke jalur “Mandiri” jika selisihnya tidak jauh dari nilai yang ditentukan jurusan untuk bisa lolos. Tapi jika nilainya jauh dari standar, peserta bisa ikut ujian mandiri. Nah, di sinilah masuk kampus sering kali bukan cuma soal nilai, tapi juga soal biaya. Hal yang menjadi pemberat sebagian peserta yaitu uang tambahan alias “uang bangunan” dengan nominal yang lumayan besar dan dibayarkan di awal masuk ketika memang dinyatakan lolos. Uang bangunan jalur mandiri kadang bisa bikin orang tua langsung diskusi ulang soal rencana keluarga kecil bahagia.
ADVERTISEMENT
Antara Takdir, Usaha, dan Harapan Orang Tua
Berhasil tidaknya kita, sesuai harapan tidaknya kita tergantung seberapa besar usaha dan takdir. Selebihnya, kadang hidup kasih arah yang nggak kita sangka. Terlebih dari semua itu, jangan lupa antara keinginan kita dengan keinginan orang tua juga pasti menjadi rintangan baru. Itulah dunia perkuliahan di pintu “selamat datang”, jika lolos akan melihat imajinasi kalian selama masa SMA bersama plus minusnya. Jika gagal masih banyak pintu-pintu lain yang menjadi peluang.
Jadi sebenarnya, kuliah itu sebagai wadah baru untuk kita tumbuh, berjuang, bertanggung jawab untuk diri kalian versi lebih dewasa. Seindah-indahnya imajinasi kalian tetap saja nggak lepas dari realita yang ada. Jalur mana pun yang akan kalian tempuh untuk masuk kampus semua punya cerita dan rintangan masing-masing. Kuncinya hanya jangan berhenti di satu pintu untuk menemukan jalan masa depan.
ADVERTISEMENT