Konten dari Pengguna

Pengaruh Media Sosial terhadap Kebiasaan Berbahasa pada Remaja

Anindita Elok Pekerti
Mahasiswi Universitas Pamulang, Prodi S1 Akuntansi
11 Juni 2022 17:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anindita Elok Pekerti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Source: Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Source: Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Media sosial merupakan wadah atau tempat yang digunakan untuk memfasilitasi masyarakat berinteraksi jarak jauh secara online, media sosial juga sebagai tempat dimana para penggunanya dapat mengekspresikan dirinya sedangkan bahasa merupakan sesuatu yang digunakan untuk berinteraksi dengan masyarakat lainnya dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini penggunaan media sosial sedang marak-maraknya yang disebabkan oleh masa pandemi yang segala pekerjaan dan pendidikan dilakukan secara online. Meluasnya penggunaan media sosial di masyarakat telah memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan bahasa Indonesia baik ke arah positif maupun negatif.
Hal ini masuk akal mengingat pengguna media sosial berasal dari berbagai kebangsaan dengan bahasa yang berbeda karena dalam media sosial tidak adanya batasan sosial sehingga dengan media sosial, kita tidak hanya dapat kemudahan untuk mendapat informasi dalam negeri saja, tetapi luar negeri juga. Dengan kemudahan mencakup informasi luar negeri, berdampak pada perilaku masyarakat yang menggunakan media sosialnya dalam mencari teman yang tidak hanya dari dalam negeri melainkan dari luar negeri, dengan berbagai bahasa yang cukup asing ditelinga kita.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini tentu mempengaruhi kebiasaan berbahasa penggunanya. Sebagai bukti telah terjadi perubahan bahasa Indonesia akibat pengaruh jejaring sosial, terdapat fenomena munculnya bahasa gaul di kalangan remaja, mencemari bahasa baku Indonesia sebagai bahasa resmi dan bahasa persatuan yang harus dihormati.
Menurut beberapa pustakawan, terjadinya pencemaran dalam berbahasa lantaran adanya pemeberontakan pada dirinya terhadap tata bahasa. Remaja mempunyai kepekaan terhadap istilah-istilah yang memiliki banyak arti, mereka lebih suka menggunakan metafora, sindiran, dan bermain istilah-istilah untuk mengutarakan pendapat dan pikirannya. Selain itu, remaja juga sangat kreatif saat bermain dengan kata-kata.
Cepatnya perkembangan media sosial yang diuraikan di atas tentunya membawa konsekuensi yang sangat dilematis bagi penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara. Bahasa yang digunakan di media sosial semakin mendapatkan ruang di kalangan remaja. Sebut saja “fenomena bahasa gaul”, yang justru menjadi bahasa favoritnya ketimbang bahasa itu sendiri. Hal ini terjadi karena kaum muda membutuhkan pengakuan atas eksistensinya. Jika ada remaja yang tidak menggunakan bahasa alay, maka dia akan disebut sebagai remaja yang tidak gaul. (Meyerhofff, 2006:108).
ADVERTISEMENT