Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Koromogae, Budaya Fashion Jepang Menurut Musim
18 Oktober 2023 8:53 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Anindita Lilie Devianti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Jepang dikelilingi oleh lautan, serta arus hangat dan dingin mengalir melewati laut di sekitarnya. Hal tersebut membuat laut Jepang kaya akan spesies ikan. Sebagian besar wilayah Jepang terletak di wilayah dengan Zona Temperatur Utara di Bumi dan mempunyai iklim muson yang hangat atau dalam bahasa Jepang dapat disebut juga mosuun. Angin tenggara bertiup dari Samudera Pasifik pada musim panas, dan angin utara bertiup dari benua Eurasia pada musim dingin.
ADVERTISEMENT
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa Jepang mempunyai empat musim, yaitu: musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin.
Kondisi geografis Jepang yang membuat Jepang memiliki empat musim, menuntut masyarakatnya untuk beradaptasi di setiap musim. Musim panas di Jepang sangatlah panas dan musim dingin yang dingin sekali. Karena itu terciptalah koromogae, yaitu budaya mengganti pakaian berdasarkan iklim.
Koromogae berasa dari dua kata yaitu koromo dan gae. Koromo berasal dari kanji (衣) yang memiliki arti ‘pakaian’. Sedangkan gae diambil dari kata kaeru (替える) yang memiliki arti ‘mengganti’.
Berdasarkan catatan sejarah, koromogae diperkenalkan oleh Tiongkok sekitar abad kedelapan saat periode Heian. Berawal dari Keshogunan Tokugawa pada abad ke-17 yang mengharuskan samurai berganti pakaian empat kali dalam setahun.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut berubah karena pengaruh pakaian barat yang mulai masuk ke Jepang seiring berjalannya waktu membuat pemerintah Meiji mengubah koromogae menjadi dua kali dalam setahun. Peraturan tersebut menyebutkan untuk mengganti pakaian setiap tanggal satu bulan Juni dan hari pertama bulan Oktober.
Sebelum tanggal satu Juni, masyarakat Jepang sudah mulai mempersiapkan pakaian musim panas atau juga bisa disebut natsugi (夏着). Lalu umumnya mereka mencuci bersih pakaian musim dingin mereka atau bisa disebut juga fuyugi (冬着) dan disimpan kembali untuk musim dingin selanjutnya.
Umumnya setiap satu Juni, pelajar Jepang, karyawan toko, serta pegawai pemerintah mengganti seragamnya menjadi seragam musim semi atau musim panas dan memakai kembali seragam musim gugur dan dingin pada tanggal 1 Oktober.
ADVERTISEMENT
Fuyugi cenderung berwarna gelap dan tentu saja menggunakan kain yang tebal. Sedangkan natsugi lebih tipis dan ringan, serta cenderung berwarna cerah. Pegawai dan petugas pelayanan publik mengenakan pakaian minimalis dengan pakaian berwarna gelap, kemeja, dasi, celana. Pada tanggal 1 Oktober, orang-orang memakai jaket dan kain yang lebih tahan terhadap dingin.
Untuk pelajar, ada beberapa jenis perubahan seragam yang ditetapkan sekolah masing-masing. Gakuran adalah sebutan untuk seragam siswa SMP dan SMA. Di sebagian besar sekolah di Jepang mewajibkan muridnya untuk memiliki jaket dengan kerah berkancing dan celana panjang lurus.
Pada musim panas, mereka beralih dari kemeja putih panjang ke kemeja lengan pendek dan beberapa sekolah tidak mewajibkan untuk memakai jaket gakuran saat musim panas. Seragamnya mungkin sedikit berbeda tergantung pada sekolah tempat anda bersekolah. Sedangkan seifuku merupakan sebutan untuk seragam sekolah siswi Jepang.
ADVERTISEMENT
Mereka mengenakan rok lipat dan blus dengan kerah pelaut dan pita. Pada tanggal 1 Juni, mereka dapat melepas sweater biru tua dan hanya mengenakan kemeja putih lengan pendek. Untuk jenis seragam yang menggunakan blazer, biasanya dari pihak sekolah memperbolehkan tidak menggunakannya saat musim panas.
Umumnya siswi Jepang akan memakai kaus kaki panjang dan tebal saat musim gugur dan dingin, lalu berganti menjadi kaus kaki pendek saat musim panas. Perubahan seragam pelajar di Jepang berbeda-beda jenisnya tergantung kebijakan sekolah masing-masing.
Terkait dengan koromogae, tidak luput dengan wakafu atau istilah umum untuk semua jenis pakaian tradisional Jepang. Istilah ini mulai digunakan saat periode Meiji untuk membedakan pakaian tradisional Jepang dengan pakaian barat.
ADVERTISEMENT
Sejak masuknya budaya barat, istilah kimono yang dulu dibuat untuk menyebut semua jenis pakaian, menyempit dan merujuk pada pakaian tradisional Jepang yang berbentuk ‘T’. Budaya barat sangat mempengaruhi perubahan kimono yang kini banyak ragamnya seperti jenis Kimono Awase, Hitoe, Usumono dan masih banyak lagi.
Orang Jepang memilih kimono mana yang akan dikenakan bergantung pada musim dan acara. Misalnya, mereka memakainya pada bulan Oktober hingga Mei, memakai Hitoe pada bulan Juni dan September, memakai Usumono pada bulan Juli dan Agustus. Kimono memiliki dua jenis metode penjahitan, Awase dan Hitoe. Awase memiliki lapisan tubuh yang disebut Doura dan Uraji.
Sebaliknya, Hitoe tidak memilikinya. Awase adalah yang paling populer dan waktu pakainya lama. Umumnya hitoe dipakai pada bulan Juni hingga September. Terutama di musim panas, dari bulan Juli hingga Agustus, mereka mengenakan Kimono Usumono.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, masyarakat Jepang dapat menggunakan jenis kimono mereka secara fleksibel berdasarkan cuaca atau suhu pada hari itu. Misalnya di bulan Mei, kadang panas seperti musim panas, jadi lebih baik memakai hitoe dan serasi dengan bahan kimono dan han eri.
Jika suhunya di bawah 10 derajat, diperlukan lapisan tebal pada kimono awase. Dari 10 hingga 15 derajat, haori dan michiyuki akan diperlukan. Dari 10 hingga 25 derajat, tidak terlalu membutuhkan haori. Lebih dari 25 derajat, sudah waktunya memakai hitoe. Lebih dari 28 derajat, usumono sangat sempurna untuk dipakai.
Terkadang sulit untuk memilih karena tergantung di mana masyarakat Jepang tinggal. Misalnya, kimono awase tidak diperlukan di Okinawa tetapi akan dibutuhkan mulai bulan September di Tohoku dan Hokkaido.
Koromogae juga sangat berkaitan dengan budaya tradisional Jepang, salah satunya adalah upacara minum teh (お茶の会). Dalam suasana formal upacara minum teh, kita juga harus memperhatikan perubahan musim pada saat upacara berlangsung.
ADVERTISEMENT
Pola dan warna kimono yang dikenakan berbeda setiap musim agar membangun suasana yang sesuai. Tidak hanya itu, perabotan yang digunakan untuk upacara minum teh pun juga disesuaikan. Hal tersebut dipercaya agar orang-orang dapat menghargai pergantian musim di Jepang.
Koromogae tidak hanya berpusat pada pergantian jenis pakaian, namun juga berkaitan dengan cara menyuci dan menyimpan pakaian agar menghindari kerusakan dan dapat digunakan kembali di musim yang akan datang.
Masyarakat Jepang biasanya menyimpan pakaian musim sebelumnya di dalam kotak yang berisi pengusir ngengat, lalu mengeluarkan pakaian yang akan dikenakan dari kotak untuk disortir ke dalam lemari. Terkadang hal ini mungkin juga melibatkan pembersihan rumah karena orang Jepang biasanya menyesuaikan perabotan yang digunakan sesuai dengan musim.
Shinmura (1991) menyebutkan bahwa masyarakat Jepang memegang teguh budaya mottainai (物の本体を失する) atau yang dapat diartikan ‘menghilangkan atau membuang benda’. Arti mottainai dapat dijelaskan menjadi penyesalan ketika ada sesuatu yang dibuang.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, orang Jepang khususnya saat ini menghindari mottainai dengan memperbaiki barang atau mendaur ulang barang-barang yang masih bisa digunakan.
Ketentuan yang memaksa setiap masyarakat Jepang, terutama warga Jepang yang diharuskan memakai seragam seperti pegawai dan pelajar, harus mengikuti aturan untuk mengganti pakaian sesuai dengan waktu, bentuk, dan kesopanan, atau kenyamanan.
Saat ini masyarakat Jepang memilih pakaian yang simpel dan kasual, dengan ukuran pakaian yang besar namun tetap nyaman digunakan sehari-hari.
Koromogae memanglah budaya tradisional Jepang, namun kini budaya ini mulai melemah. Pemanasan global membuat empat musim di Jepang berantakan, orang Jepang merasa jangka waktu musim semi dan musim gugur lebih pendek. Selain itu, gaya hidup menjadi lebih nyaman dengan AC baik di musim panas maupun di musim dingin tanpa perlu berganti pakaian.
ADVERTISEMENT
Selain itu, koromogae tidak ada hubungannya dengan penjualan toko-toko di Jepang. Banyak toko mengadakan obral di bulan Januari dan Juni. Kain musim semi dijual mulai awal April hingga akhir Mei.
Pakaian musim panas dijual mulai awal Juli hingga akhir Agustus. Kain musim gugur dijual pada akhir Oktober hingga akhir November. Pakaian musim dingin dijual mulai awal Desember hingga akhir Januari.