Konten dari Pengguna

Mudik Tahun 2021

Anindra Guspa
Staff Pengajar Jurusan Psikologi Universitas Negeri Padang
3 Mei 2021 13:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anindra Guspa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Aktivitas mudik/ foto : Aldo fenalosa
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas mudik/ foto : Aldo fenalosa

Mencermati larangan aktivitas khas warga Indonesia menjelang hari besar keagamaan yaitu mudik

ADVERTISEMENT
Tahun 2020 pandemi COVID-19 masuk ke Indonesia dan merambah ke seluruh dunia, ratusan ribu korban pun berjatuhan. Sektor ekonomi, kesehatan, tatanan sosial, pendidikan dan sektor-sektor penting mengalami dampak dari pandemi tersebut. Berbicara masalah pandemi kita tidak akan jauh-jauh dari protokol kesehatan berbagai cara setiap negara lakukan untuk menekan kasus COVID-19 yang terjadi.
ADVERTISEMENT
Kebijakan pemerintah pada tahun 2021 ini adalah melarang mudik bagi seluruh masyarakat. Hal ini bukan yang pertama, namun ini edisi lanjutan yang pernah terjadi di tahun 2020. Pemerintah meyakini bahwa kegiatan mudik ini akan memberikan efek peningkatan kasus COVID-19. Namun, hal ini menuai pro dan kontra di masyarakat. Sebelum membahas pro dan kontra, kita akan mencermati aktivitas mudik itu sendiri.
Mudik berasal dari bahasa jawa yaitu “mulih dilik” yang artinya pulang sebentar. kemudian lama-kelamaan orang mengenal mudik yang artinya yaitu kampung halaman. Mudik merupakan aktivitas khas yang dimiliki bangsa Indonesia, puluhan tahun aktivitas ini sudah dilakukan oleh para perantau di seluruh nusantara. Pemerintah selalu memfasilitasi aktivitas tersebut sehingga dengan mudik membuat masyarakat bisa bertemu dan silaturahmi dengan sanak saudara.
ADVERTISEMENT
Semenjak COVID-19 menjadi pandemi, aktivitas ini justru ditekan. Berkerumun saja tidak boleh apalagi bertemu sanak saudara dari jauh. Aktivitas perjalanan jauh tersebut saat ini mulai dibatasi sebagai bentuk penekanan tingkat kasus COVID-19 dan pemerintah yang memang bertugas melindungi rakyat menerapkan kebijakan dilarang mudik. Tentunya kebijakan ini menuai pro kontra.

Pelarangan mudik cenderung diabaikan masyarakat

Masyarakat yang percaya bahwa COVID-19 ini hanya dibuat-buat, konspirasi dan tidak berbahaya tentunya akan menolak kebijakan pelarangan mudik, mereka pastinya akan mencari berbagai cara agar bisa tetap mudik. Caranya yaitu mudik lebih cepat, jalan tikus atau memalsukan dokumen keluar masuk daerah, ini merupakan indikasi yang mungkin akan dilakukan oleh masyarakat yang nekat untuk tetap mudik. Adanya perilaku abai tersebut ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas perjalanan sebelum pelarangan mudik dimulai.
com-Ilustrasi packing pakaian untuk mudik Foto: Shutterstock

Mematuhi larangan mudik adalah bentuk kedewasaan

Bagi masyarakat yang ikut serta dengan kebijakan pelarangan mudik diyakini sebagai masyarakat yang rasional dan dewasa dalam mencermati kasus yang terjadi akhir-akhir ini. Mereka pasti akan memanfaatkan fasilitas seperti berhubungan jarak jauh, telpon, surat, berkirim parcel lebaran yang mungkin akan menjadi wujud dari silaturahmi pengganti mudik. Hal ini juga menunjukkan bahwa masih ada masyarakat yang ikut serta mendukung kebijakan pemerintah dalam menekan kasus COVID-19.
ADVERTISEMENT

Keseriusan pemerintah

Pemerintah sebagai pengayom bagi masyarakat tentunya akan mendapatkan penerimaan dan penolakan dari masyarakat. Hal tersebut wajar terjadi. Namun, pemerintah harus mencermati bahwa banyak masyarakat yang mengabaikan kebijakan penanggulangan pandemi ini mungkin saja akibat dari kurangnya edukasi dan inkonsistensi pemerintah dalam menanggulangi pandemi yang sering diperlihatkan di media. Mungkin pendapat ini sifatnya asumsi saja namun bagi masyarakat tentunya akan melihat kebijakan dan perilaku pengambil kebijakan dalam menanggapi pandemi sebagai titik acuan mereka dalam bersikap. Misalnya, Presiden menghadiri pernikahan youtuber Atta Halilintar, pemerintah yang tebang pilih dalam penindakan kasus pelanggaran prokes. Pilkada di tengah pandemi dan hal-hal lain yang cenderung diperlihatkan di media, mungkin banyak lagi di level pemerintahan daerah yang mengalami hal yang sama.
ADVERTISEMENT

Mudik akan kembali?

Seyogyanya mudik akan tetap ada di tengah-tengah kita, namun dengan adanya pandemi caranya yang mungkin agak berbeda dari biasanya dan ini perlu adanya adaptasi sebagai kebiasaan baru menjelang hari raya. Semoga mudik tetap selalu ada dan kita selalu sehat untuk bisa tetap mudik.