Percobaan Kudeta Kepemimpinan Adolf Hitler

Anindra Guspa
Staff Pengajar Jurusan Psikologi Universitas Negeri Padang
Konten dari Pengguna
14 April 2021 15:15 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anindra Guspa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: facebook.com/Stauffenberg44
zoom-in-whitePerbesar
Foto: facebook.com/Stauffenberg44

Peristiwa Kudeta Gagal oleh Kolonel Stauffenberg bersama para jenderal.

ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini kita dipanaskan oleh berita tentang kudeta. Sebelum memulai, kita harus mengetahui apa itu kudeta. Menurut kbbi.web.id Kudeta adalah perebutan kekuasaan (pemerintahan) dengan paksa, kemudian mengudeta adalah melakukan perebutan kekuasaan dengan paksa dan tidak secara sah. Jadi dapat disimpulkan kudeta itu sendiri adalah usaha untuk merebut sebuah kepemimpinan dengan cara paksa dan tanpa ada proses yang sah.
ADVERTISEMENT
Di awal tahun 2021 ini kita disibukkan dengan pemberitaan media yang menyorot setidaknya 2 peristiwa politik yang terkait dengan kata "KUDETA". Pertama, peristiwa Myanmar, Militer berusaha melakukan perebutan kekuasaan dengan paksa dan tidak secara sah pada tanggal 1 Februari yang pada saat itu di pimpin oleh Aung san Su Kyi. Sampai saat ini pun banyak demonstran yang menolak proses kudeta tersebut dan pun banyak korban jiwa dari pihak sipil akibat dari kudeta tersebut. Sungguh peristiwa yang cukup menggemparkan dunia di awal tahun. Peristiwa kedua yaitu, di dalam negeri, sebuah partai berlambang bintang mercy "DEMOKRAT" melalui ketua umumnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) melemparkan ke ruang publik bahwa ada percobaan kudeta di tubuh partai yang dipimpinnya.
ADVERTISEMENT
Salah satu cerita menarik tentang kudeta terjadi juga di saat perang dunia II, peristiwa ini terjadi di negara Jerman yang saat itu dipimpin oleh Fuhrer Adolf Hitler. Peristiwa bersejarah tentang kudeta tersebut dituliskan dengan peristiwa "Plot 20 Juli".
Adolf Hitler. Foto: Getty Images/Hulton Archive
PERISTIWA PLOT 20 JULI
Sebuah bom meledak di saat pertemuan petinggi NAZI pada Kamis 20 Juli 1944 di Wolf's Lair (Wolfsschanze) dijuluki Sarang Serigala. Bom tersebut telah dipasang oleh perwira NAZI Stauffenberg dengan memasukkan bom di dalam tas yang dibawanya. seketika bom meledak dan Stauffenberg bersama ajudan berhasil kabur dan langsung terbang ke Berlin. Stauffenberg sangat yakin bahwa Hitler tewas di pertemuan tersebut. Kemudian Stauffenberg bersama Jenderal yang melawan arus seperti Jenderal Olbricht dan lain-lain segera mengaktifkan kode sandi Valkyre. Sandi tersebut mengaktifkan pasukan cadangan untuk mengamankan unit-unit militer dan pemerintahan setelah Hitler tewas.
ADVERTISEMENT
Namun, di saat para pasukan mengamankan Menteri Propaganda Nazi Joseph Goebbels, komandan tentara cadangan Mayor Remer disambungkan Goebbels kepada Hitler melalui sambungan telepon dan dia mendengar sendiri bahwa Hitler masih hidup. Seketika Stauffenberg dan kawan-kawan ditangkap. Eksekusi mati dilakukan langsung pada sekitar tanggal 21 Juli 1944. Kolonel Stauffenberg dieksekusi, dengan gagah menghadapi regu tembak, peluru menembus jantung yang mengakhiri riwayat hidup Kolonel Stauffenberg. Selain itu 4.980 orang dihukum mati akibat peristiwa pembersihan yang dilakukan Hitler.
Seiring perjalanan panjang Jerman, Kolonel Stauffenberg dan kawan-kawan dengan paham konservatif dan nasionalis dan penentangnya terhadap rezim Hitler dan NAZI dikagumi dan dihormati karena keberaniannya dalam melawan arus saat itu.
Point penting dari cerita sejarah tersebut adalah kadang penting melawan arus dengan cara apa pun, namun tetap ada yang di korbankan. Hanya saja di era modern dengan konstitusi yang legal dan penyampaian pendapat yang bebas, seharusnya tidak ada kudeta yang terjadi. Jika kudeta terlanjur dijalankan, hanya jalannya peradaban yang bisa menilai aksi tersebut apakah untuk lebih baik? Ataukah makin memburuk?
ADVERTISEMENT