Konten dari Pengguna

Pola Perilaku Suporter PSS Sleman (Slemania)

Aninda Larasati
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan
25 Mei 2022 11:45 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aninda Larasati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Secara turun temurun, Slemania memberikan dukunganya kepada PSS Sleman.
zoom-in-whitePerbesar
Secara turun temurun, Slemania memberikan dukunganya kepada PSS Sleman.
ADVERTISEMENT
Perserikatan Sepak Bola Sleman (PSS) merupakan sebuah klub sepak bola yang bermain di liga Indonesia dan berbasis di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. PSS berdiri pada 20 Mei 1976. PSS memiliki julukan Super Elang Jawa. Selain itu PSS juga memiliki julukan Laskar Sembada merujuk pada tempat berdirinya klub di Kabupaten Sleman. PSS berkompetisi di Liga 1 Indonesia. Stadion utama PSS adalah Stadion Maguwoharjo, setelah pindah dari Stadion Tridadi pada tahun 2007. PSS memiliki kelompok suporter yang bernama Slemania dan Brigata Curva Sud (BCS).
ADVERTISEMENT
PSS Sleman adalah salah satunya klub yang bermarkas di Stadion Maguwoharjo Sleman itu sejak musim 2019 telah menembus kasta tertinggi atau Liga 1. Di balik sukses itu tak lepas dari 'kegilaan' para suporternya. PSS Sleman memiliki julukan Super Elang Jawa. Adapun sebutan Slemania, Brigata Curva Sud (BCS), ataupun Sleman Fan merupakan bahan bakar Super Elang Jawa dan mampu berbicara banyak di kompetisi Indonesia.
Awal mula terbentuknya Slemania adalah respons atas aksi pemukulan suporter PSS saat berlaga di Divisi I Liga Indonesia. Kemudian para tetua suporter mengadakan rapat di Griya Kedaulatan Rakyat, pada 9 Desember 2000 untuk membentuk suatu wadah suporter agar terorganisir. Rapat ini memutuskan digelarnya 'Sayembara Nama Wadah Suporter PSS'. Pelatih PSS Pasang Badan dan beragam nama di dapatkan dalam sayembara tersebut, seperti Slemania, Slemanisti (Sleman Mania Sejati), dan Baladamania (Barisan Pecinta Laskar Sembada). Ada pula usulan nama Papesanda (Pasukan Pendukung Laskar Sembada), Lambada (Laskar Sleman Sembada), Patram (Pasukan Putra Merapi), dan masih banyak lagi. Akhirnya nama Slemania dipilih sebagai pemenang pada 22 Desember 2000. Ditetapkan pula oleh Panitia dan Pengurus PSS sebagai nama wadah suporter PSS.
ADVERTISEMENT
Keterikatan masyarakat Sleman dengan sepak bola diyakini berjalan dengan semakin populernya cabang olahraga sepak bola diantara para pengguna bahasa Jawa atau penduduk Yogyakarta. Sepak bola di Yogyakarta tidak akan lepas dari PSS Sleman yang lahir dan berkembang di Kota Sleman, Yogyakarta. Secara turun temurun, Slemania memberikan dukunganya kepada PSS Sleman. Mereka tersebar tidak hanya di Sleman dan sekitarnya, namun juga hingga Yogyakarta dan banyak tempat lainnya di luar daerah.
Berdasarkan hasil wawancara dari salah satu suporter PSS Sleman yakni Daffa Amru Rahmanta, bawasannya ia mengatakan bahwa "Sebagian besar dari mereka yang menjadi bagian dari Slemania karena faktor kedekatan emosi. Karena saya lahir dan tumbuh besar di Kabupaten Sleman. Mendukung PSS Sleman menjadi seperti sebuah amanah yang diembankan". Beberapa dari mereka mengatakan bahwa mendukung PSS Sleman merupakan budaya turun temurun, dimana faktor lingkungan juga memberi pengaruh. Terdapat juga keuntungan bagi seorang supporter untuk selalu mengikuti kegiatan klub tersebut, yang di dapat tentu saja kebanggan terhadap kesuksesan dari klub itu sendiri serta, terciptanya relasi pertemanan dengan sesama pendemen PSS Sleman. Slemania pun sempat mendapat penghargaan sebagai suporter terbaik se-Indonesia versi ANTV pada 2005 atau saat berlaga di Divisi Utama. Mengalahkan Laskar Benteng Viola (Persita Tangerang) dan The Macz Man (PSM Makassar). Namun, pasang surut bukan hanya dialami oleh tim. Kelompok suporter juga turut mengalami hal itu. Slemania sendiri memiliki perilaku BIRFing (Basking In Spite of Reflected Failure) dan CORSing (Cutting Off Reflected Success).
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini, meskipun PSS Sleman mengalami kegagalan dalam pertandingan, Slemania sebagai suporter akan terus mendukung secara moril dan material kemudian tidak lepas untuk terus memberi semangat. Mereka akan tetap bersenang-senang, menjalin persahabatan dan kesetiaan terhadap PSS Sleman. Melalui perilaku BIRFing, Slemania mengelola citra diri mereka melalui karakter positif sesama Slemania. Kegagalan PSS Sleman membuat Slemania menyoroti aspek positif lainnya untuk dapat mengelola citra mereka agar terhindar dari perkataan bahwa mereka menjadi suporter hanya disaat kemenangan PSS Sleman saja. Pola perilaku ini dapat dianggap sebagai perilaku loyalis, dimana Slemania tetap mendukung dan setia terhadap PSS Sleman terlepas dari kegagalan yang dialami. Saat PSS Sleman mengalami kegagalan, Slemania tetap melihat PSS Sleman sebagai pemenang karena kesetiaan mereka sebagai suporter sejati. Perilaku BIRFing ini termasuk ke dalam perilaku suporter yang kurang umum.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, untuk perilaku CORSing, elemen utamanya adalah keinginan suporter untuk memiliki hal-hal yang tetap seperti sebelumnya. Slemania memiliki preferensi yang tinggi untuk konsistensi dan rendah kerentanan terhadap pengaruh interpersonal. Dalam hal ini, ketika PSS Sleman mendapat kemenangan dari sebuah pertandingan, Slemania akan memisahkan diri dari mereka. Slemania kemungkinan memiliki rasa takut akan kesuksesan yang dialami oleh PSS Sleman karena ketika PSS Sleman mencapai kesuksesan yang lebih tinggi, hal tersebut menyiratkan kesempatan untuk jatuh akan lebih besar. Slemania tidak ingin dikaitkan dengan era baru kemenangan, namun mereka lebih menyukai bertahan dengan hal yang sudah PSS Sleman capai. Terdapat juga mengenai bentuk timbal balik dari PSS Sleman kepada para Slemania, tentu saja PSS sleman membutuhkan fans, tidak ada sepakbola tanpa fans. PSS Sleman pasti akan berupaya lebih untuk meraih prestasi untuk menyenangkan hati fansnya. Bisa dengan cara merekrut pelatih & pemain berkualitas, membangun tim akademi yang berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Pola komunikasi yang dijalin oleh Slemania sangat lancar. datang ketika pertandingan dan mendukung langsung di stadion sebelum adanya pembatasan kegiatan pada masa pandemi beberapa tahun terakhir ini, tidak hanya itu mendukung finansial klub secara langsung juga bisa menjadi salah satu bentuk apresiasi untuk menjaga relasi antar fans dan klub kemudian tidak lupa juga untuk membeli produk original klub, membeli tiket, dan sebagainya. Mereka bahkan membuat banyak grup chat untuk mengkoordinasi setiap anggotanya. Hubungan kekeluargaan mereka pun sangat erat. Ketika pertandingan home atau away, mereka selalu bertegur sapa, mengobrol, bahkan mereka sering berkumpul di luar stadion. Slemania juga akan saling membantu dan saling menjaga. Hal ini dijadikan sebagai strategi mereka dalam membangun hubungan yang baik sesama Slemania.
ADVERTISEMENT
“Media komunikasi yang kita gunakan, seperti Instagram, WhatsApp, dan Telegram, kemudian tiap komunitas & laskar juga punya akun twitter, dan biasanya digunakan untuk interaksi antar sesama komunitas maupun laskar.”, ujar Daffa melalui wawancara google meet.
Slemania termasuk ke dalam suporter yang fanatik. Hal tersebut dapat dilihat dalam setiap pertandingan yang diadakan. Seluruhnya dipenuhi oleh Slemania. Bahkan saat pertandingan away, dimana PSS Sleman ikut serta dalam sebuah pertandingan sepak bola, selalu ada Slemania. Apapun akan dilakukan oleh Slemania untuk mendukung PSS Sleman kebanggaan mereka, selama itu baik. Namun, terkadang banyak juga aksi-aksi yang merusak nama baik Slemania sebagai akibat dari fanatisme itu sendiri. Hal yang mungkin dapat mereka lakukan agar sikap fanatisme mereka tidak merusak nama baik Slemania, yaitu dengan memberikan edukasi. Beberapa orang terpercaya, seperti ketua atau panglima untuk lebih mengayomi setiap anggotanya agar mereka kembali satu arah dalam mendukung PSS Sleman.
ADVERTISEMENT