Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Ketegasan Gaya Kepemimpinan Tri Rismaharini: Apakah Patut Dicontoh?
14 Juni 2021 15:18 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Anintha Kinanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kota Surabaya, sebuah kota besar dengan keunikan dan kompleksitas masyarakat yang ada di dalamnya sudah pasti membutuhkan seorang komandan cerdik nan tegas yang mampu memimpin jalannya sebuah perubahan.
ADVERTISEMENT
Mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan nama Ir. Tri Rismaharini, MT atau yang awam disapa dengan Risma, komandan kota Surabaya, yang mampu menjadi Wali Kota wanita pertama sekaligus Menteri Sosial Republik Indonesia.
Keberadaan namanya di kalangan publik serta tindakannya yang selalu berpihak kepada rakyat membuatnya dipercaya oleh publik untuk menjadi Wali Kota Surabaya selama dua periode berturut-turut yakni pada tahun 2010-2015 dan 2016-2020.
Pemimpin visioner jebolan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini juga dikenal dengan gaya blusukannya untuk menelisik permasalahan-permasalahan sosial yang ada di masyarakat.
Dengan gaya blusukannya ini, Risma dinilai mampu menjangkau wilayah yang dipimpinnya sampai lapisan terbawah, ikut merasakan permasalahan tersebut, turut berpartisipasi dalam mencari solusi.
ADVERTISEMENT
Seringkali kita melihat beliau turun ke jalan bercengkrama dengan para tunawisma juga pengemis jalanan. Hal itu dilakukan sebagai wujud kepeduliannya terhadap permasalahan kesejahteraan yang dihadapi rakyatnya.
Selain sifatnya yang hangat dan ramah, keberanian Risma juga terwujud dalam gebrakan-gebrakan yang dilakukannya selama menjabat sebagai Wali Kota Surabaya. Salah satu gebrakan yang dinilai cukup kontroversial di kalangan pejabat negara yakni beliau secara tegas menolak dilakukannya pembangunan Tol Tengah Kota pada tahun 2014.
Padahal, jika dilihat dari keuntungannya, hal itu akan berdampak pada pembangunan yang cukup masif untuk kota Surabaya. Namun, Risma memandang bahwa dengan adanya jalan tol berbayar, hal itu akan mengganggu kesejahteraan masyarakatnya yang bahkan sebagian besar belum mampu untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukannya sehari-hari. Selain itu, ia menilai masyarakat akan kesulitan untuk mendapatkan air bersih.
ADVERTISEMENT
Tindakannya ini dinilai sangat visioner, mengapa? Karena ia mampu memperhitungkan elemen kecil yakni masyarakat sebagai indikator dalam membangun kesejahteraan di wilayah yang dipimpinnya.
Robbins (1996) dalam definisinya mengatakan bahwa pandangan visioner dalam sebuah kepemimpinan adalah di mana seorang pemimpin mampu menciptakan dan mengartikulasikan visi masa depan yang realistis, kredibel, dan menarik bagi organisasi atau unit organisasi yang tumbuh dan berkembang saat ini.
Bahkan, selama menjabat selama 10 tahun sebagai Wali Kota, Risma, terlihat sangat konsisten dalam menyokong pelayanan publik bagi masyarakatnya. Salah satunya yakni pendidikan.
Keseriusannya dalam mematangkan akses pendidikan di kota Surabaya membuat pemerintah kota Surabaya di masa jabatan Risma bersedia mengalokasikan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) sebesar lebih dari 20 persen untuk keperluan pelayanan pendidikan untuk masyarakat.
ADVERTISEMENT
Ia juga berhasil melakukan rehabilitasi terhadap 1.679 gedung sekolah agar letak sekolah tersebut lebih dekat dengan rakyat dengan tujuan untuk mengurangi biaya transportasi.
Namun, dalam melaksanakan tugasnya, walaupun Risma dikenal sebagai pemimpin yang berani dan tegas, tidak sedikit pula yang mengatakan bahwa gaya kepemimpinan Risma terlihat sedikit emosional. Seringkali hal tersebut menimbulkan kritik dari publik dan juga para pejabat tinggi negara lainnya.
Terlepas dari kekurangannya tersebut, keteladanan Risma sebagai seorang pemimpin patut dijadikan contoh untuk para pemimpin besar lainnya. Risma merupakan salah satu pemimpin yang mampu menjaga independensinya. Hal itu ditunjukkan dengan keberhasilannya untuk mampu lepas dari oligarki politik saat ia menjabat sebagai Wali Kota Surabaya selama dua periode.
ADVERTISEMENT
Ketika menjabat sebagai Menteri Sosial RI, usahanya dalam memulihkan nama baik Kementerian Sosial dapat dilihat dengan nyata. Risma secara resmi meluncurkan aplikasi e-Performance pada tanggal 10 Mei 2021.
Aplikasi tersebut merupakan upayanya untuk mampu membangun sebuah sistem pengawasan untuk memantau kinerja dan juga memastikan tidak adanya penyelewengan data dan dana di wilayah institusi Kementerian Sosial.
Referensi
Investigating the Popularity of Surabaya’s Mayor Tri Rismaharini. (2017). Investigating the Popularity of Surabaya's Mayor Tri Rismaharini. https://doi.org/10.1355/9789814786058-002
Iszatt-White, M., & Saunders, C. (2020). Leadership. Oxford University Press.
Robbins, S. P. (1996). Essentials of organizational behavior. Prentice Hall International.
Yukl, G. A. (2013). Leadership in organizations. Pearson.