Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
Konten dari Pengguna
Konfrontasi Indonesia-Malaysia 1963-1966
6 Juni 2022 14:49 WIB
Tulisan dari Anis Safitri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Adam Malik bersama Tun Abdul Razaq menandatangani perjanjian normalisasi hubungan antara Indonesia dengan Malaysia. Sumber: https://www.instagram.com/p/CBXzzSbFISe/?igshid=MDJmNzVkMjY=](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/018134581dc2f80b948f156e399eeda9.jpg)
ADVERTISEMENT
Indonesia dan Malaysia seringkali mengalami berbagai konflik, baik dari segi budaya, wilayah, maupun tenaga kerja. Titik awal mula dari konflik Indonesia dengan Malaysia ini terjadi tahun 1963-1966. Hal ini yang menyebabkan terjadinya konfrontasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Situasi di Indonesia saat masa konfrontasi ini adalah Indonesia menganggap bahwa Malaysia menjadi kepentingan dari Inggris di Asia Tenggara dengan mengambil wilayah Sabah, Sarawak dan Brunei untuk bergabung dengan Federasi Malaysia sebagai tindakan melawan Indonesia.
Sebelum terjadinya konfrontasi, Indonesia, Malaysia, dan Filipina telah membuat perjanjian kesepakatan yang dinamakan dengan Persekutuan Malaysia, Filipina dan Indonesia atau MAPHILINDO, yang disebut juga dengan Manila Accord. Perjanjian itu ditandatangi oleh Presiden Ir. Soekarno, PM Malaysia Tengku Abdul Rahman, dan Presiden Filipina Pangan Macapagal Aroyo.
Pelanggaran kesepakatan Manilla Accord yang dilakukan secara sengaja oleh Malaysia karena Malaysia masih mendukung Inggris dan disatu sisi Indonesia menganggap Malaysia telah melanggar kesepakatan dan memandang Inggris membentuk Federasi Malaya sebagai bentuk kolonial gaya baru (Neo kolonialisme), hal ini dapat menimbulkan ancaman bagi kemerdekaan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pada 20 Januari 1963, Menteri Luar Negeri Indonesia Soebandrio menyatakan sikap bermusuhan terhadap Malaysia. Pernyataan itu kemudian dilanjutkan oleh Jenderal Nasution dengan mengirimkan tentara dengan menyeberangi perbatasan Sarawak.
Kemudian pada 17 September 1963, Indonesia memutuskan hubungan diplomatik terhadap Malaysia. Pada tanggal yang sama, para demonstran Malaysia menyuarakan anti Indonesia di Kuala Lumpur karena Indonesia pada saat itu melancarkan konfrontasi terhadap Malaysia dan pasukan tidak resmi Indonesia menyerang Malaysia pada saat itu.
Soekarno marah dengan adanya tindakan demonstrasi anti Indonesia di Malaysia dengan cara menginjak-injak lambang negara Indonesia dan Soekarno melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan nama Ganyang Malaysia. Konfrontasi tersebut membuat perekonomian yang berada disekitar perbatasan lumpuh dan hubungan diplomatik terputus.
ADVERTISEMENT
Gerakan militer yang dilancarkan di Kalimantan membuat kestabilan keamanan di Asia Tenggara mengalami krisis. Pada tahun 1964, Indonesia melancarkan penyerangan untuk menggagalkan pembentukan Federasi Malaysia yang dikenal dengan Dwi Komando Rakyat (DWIKORA). Selama konfrontasi berlangsung, di Malaysia para agen Indonesia ditangkap dan massa menyerang kedutaan Indonesia di Kuala Lumpur. Perbatasan Kalimantan juga menjadi pusat peperangan.
Selama 3 tahun konfrontasi, pada tahun 1966, Malaysia mulai melakukan normalisasi dengan Indonesia dari konflik yang berlangsung. Hal itu juga menjadi awal meredamnya ketegangan antara kedua negara, karena adanya masalah domestik yang terjadi di Indonesia pada tanggal 30 September 1965 yang dikenal dengan G30S PKI, hal itu pula yang menjadi keinginan Indonesia untuk melanjutkan peperangan.
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 28 Mei 1966, Malaysia dan Indonesia menyelesaikan perselisihan melalui Konferensi Bangkok dengan tujuan untuk mendapatkan kembali kedaulatan atas negara-negara yang bertikai.
Pada Konferensi Bangkok dicapai kesepakatan untuk menyelesaikan konflik kedua negara dalam rangka menjaga keseimbangan dan memulihkan hubungan kedua negara dalam hal hubungan diplomatik, politik, pendidikan, sosial, budaya dan ekonomi.
Status dan kehormatan masing-masing negara di kawasan yaitu Asia Tenggara. Kekerasan dalam konflik berakhir pada bulan Juni, dan perjanjian damai ditandatangani pada 11 Agustus 1966, dan secara resmi ditandatangani dua hari kemudian. Setelah konfrontasi dengan Malaysia, kondisi ekonomi di daerah perbatasan mulai kembali normal, namun penyelundupan masih terjadi walaupun lebih sedikit daripada selama konfrontasi.
ADVERTISEMENT
Dengan dimulainya kembali hubungan diplomatik dan ekonomi, peran dunia internasional tentu menyambut baik perdamaian di kawasan Asia Tenggara, khususnya konflik dengan Thailand yang siap menjadi tuan rumah penyelesaian konflik antara Indonesia dan Malaysia, khususnya Indonesia. Indonesia menyelesaikan Malaysia, semua konflik yang terjadi dilupakan, dan hubungan antar daerah kembali normal.
Referensi
Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut. 2013. Sejarah Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut 1965-1985.
Yahya A. Muahimin. 2005. Perkembangan Militer Dalam Politik di Indonesia 1945-1966. UGM Press, Yogyakarta
Efantino, F., Arifin SN. 2009. Ganyang Malaysia: Hubungan Indonesia-Malaysia Sejak Konfrontasi sampai Konflik Ambalat. Yogyakarta: Bio Pustaka.
Ken, C. Farah. 2013. Konfrontasi Indonesia-Malaysia 1963-1966. (Online), (https://eprints.uny.ac.id/21660/5/5.BAB III.pdf) diakses pada tanggal 12 April 2022.
ADVERTISEMENT
Kurniawan, Ade. 2021. Sejarah Konfrontasi Antara Indonesa dan Malaysia. (Online), (https://www.merdeka.com/histori/sejarah-konfrontasi-antara-indonesia-dan-malaysia.html) diakses pada tanggal 12 April 2022
Konczal, Marcin. 2015. The Origins of konfrontasi: Main Reasons of Indonesian-Malaysian Armed Conflict over the Future of the Borneo Island between 1963 and 1966. Pozna: Uniwersytet im. Adama Mickiewicza