Siswa Tetap Giat Belajar Walau Terkendala Oleh Keterbatasan Kepemilikan Gawai

Anisa Agustin
Social student at Universitas Pendidikan Indonesia
Konten dari Pengguna
25 Desember 2020 6:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anisa Agustin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar ilustrasi gawai. Sumber: lifewire
zoom-in-whitePerbesar
Gambar ilustrasi gawai. Sumber: lifewire
ADVERTISEMENT
Pandemik COVID-19 di Indonesia saat ini sudah memasuki bulan ke 9, begitupun pembelajaran Pendidikan Jarak Jauh atau biasa disingkat PJJ yang di terapkan di seluruh jenjang pendidikan di Indonesia. PJJ atau school from home merupakan pembelajaran yang seluruh aktivitasnya dilakukan secara daring yang dilaksanakan di rumah peserta didik masing-masing. PJJ diimplementasikan oleh kementrian pendidikan bermaksud sebagai upaya untuk meminimalisir penyebaran COVID-19. Kebijakan belajar dari rumah tersebut mulai diterapkan pada tanggal 9 Maret 2020 setelah menteri pendidikan dan kebudayaan mengeluarkan surat edaran nomor 2 tahun 2020 dan nomor 3 tahun 2020 tentang pembelajaran secara daring dan bekerja dari rumah dalam rangka pencegahan penyebaran COVID-19.
ADVERTISEMENT
Tak jarang kendala yang dialami oleh siswa dalam PJJ ini adalah akses internet dan biaya. Bahkan yang lebihnya lagi yaitu kepemilikan gawai yang terbatas dalam satu keluarga tertentu sehingga kondisi tersebut terasa kurang memungkinkan anak untuk ikut pembelajaran daring. Seperti yang terjadi di salah satu sekolah dasar di Kota Cimahi, tepatnya dialami oleh beberapa siswa di SDN Cigugur Tengah Mandiri 2 yang pembelajarannya di dampingi oleh penulis yang saat itu sedang melaksanakan kegiatan KKN dari Universitas Pendidikan Indonesia. Mayoritas permasalahan PJJ bagi siswa dan orang tua yang turut serta terlibat adalah keterbatasan kepemilikan gawai. Faktanya, sang anak harus menggunakan gawai secara bergiliran, mengingat dalam keluarga tersebut terdiri lebih dari satu saudara kakak beradik sedangkan gawai yang dimiliki hanya satu dan itupun milik orangtua, ditambah lagi orang tua yang harus pergi berkerja sehingga mereka tidak dapat memberikan gawai tersebut kepada sang anak.
ADVERTISEMENT
Namun keterbatasan kepemilikan gawai tidak menghambat semangat dan giat belajar siswa dalam mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh ini. Nyatanya mereka tetap ikut serta dan tidak lalai dalam pengumpulan tugas yang diberikan oleh sang guru. Seperti wawancara yang telah dilakukan kepada salah seorang guru di sekolah terkait bahwa terdapat siswa yang pada setiap pagi hari selalu membantu orang tuanya berkerja sebagai pedagang kaki lima sehingga siswa tersebut tidak dapat mengikuti pembelajaran secara tepat waktu karena hanya orang tuanya yang memiliki gawai. Namun ia selalu aktif bertanya pada guru untuk memastikan pembelajaran atau materi apa yang harus ia tempuh di hari yang sama, walaupun memang sebelumnya sudah ada kesepakatan dengan gurunya perihal kompensasi pengumpulan tugas yang di switch menjadi malam hari mengingat kondisi kepemilikan gawai di keluarganya yang kurang mendukung untuk sang anak mengikuti pembelajaran secara tepat waktu bersama teman-temannya.
ADVERTISEMENT
Dari adanya kasus tersebut mungkin dapat menjadi solusi atau jalan keluar bagi pendidik dan peserta didik yang lainnya bahwa keterbatasan kepemilkan gawai yang dialami oleh siswa dapat teratasi dengan cara mengswitch waktu pengumpulan tugas sesuai dengan kondisi keluarga siswa, namun tetap dikumpulkan di hari yang sama sesuai dengan kesepakatan yang dibuat antara pendidik-peserta didik-orang tua, karena nyatanya keterbatasan kepemilikan gawai tidak membuat sang anak tidak giat belajar, justru membuat ia semakin semangat belajar dan aktif berkomunikasi guru sehingga pendampingan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan orang tua akan lebih bermakna.