Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Rantai Pasok Global Terguncang Akibat Perang AS-Tiongkok, Apa Dampaknya?
7 Mei 2025 18:44 WIB
ยท
waktu baca 3 menitTulisan dari Anisa Camellia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang kembali memanas pada tahun 2025 telah menyebabkan gangguan signifikan dalam berbagai sektor rantai pasok global. Sektor-sektor seperti elektronik, otomotif, tekstil, energi, dan mineral kritis mengalami disrupsi yang berdampak luas, terutama bagi negara-negara berkembang yang sangat bergantung pada stabilitas perdagangan internasional.
ADVERTISEMENT
Apa Saja Industri yang Terdampak?
Dalam industri elektronik, tarif tinggi dan pembatasan ekspor yang diberlakukan oleh kedua negara telah mengganggu pasokan komponen penting seperti semikonduktor dan papan sirkuit. Hal ini menyebabkan keterlambatan produksi dan peningkatan biaya bagi produsen di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, yang selama ini mengandalkan impor komponen dari Tiongkok. Menurut laporan MarketsandMarkets, tarif yang diberlakukan setelah era Trump telah memicu realokasi strategis dalam industri semikonduktor global, mengungkapkan ketergantungan yang berlebihan pada beberapa wilayah kritis dan mendorong sektor publik dan swasta untuk mengevaluasi ulang bagaimana dan di mana semikonduktor dirancang, diproduksi, dan didistribusikan.
Sektor otomotif juga tidak luput dari dampak perang dagang AS-Tiongkok. Kekurangan mineral kritis seperti litium dan nikel, yang sebagian besar dipasok oleh Tiongkok, telah memperlambat produksi kendaraan listrik (EV) secara global. Pembatasan ekspor yang diberlakukan oleh Tiongkok terhadap mineral-mineral ini telah menyebabkan peningkatan biaya dan penundaan dalam produksi EV, memaksa produsen untuk mencari sumber alternatif dan menyesuaikan strategi rantai pasok mereka.
ADVERTISEMENT
Industri tekstil dan garmen, yang menjadi andalan banyak negara berkembang, mengalami tekanan akibat gangguan pasokan bahan baku dari Tiongkok. Negara-negara seperti Bangladesh, Vietnam, dan Indonesia yang selama ini menjadi pusat produksi tekstil global menghadapi kesulitan dalam memperoleh kain dan pewarna, yang berdampak pada penurunan ekspor dan potensi kehilangan lapangan kerja.
Di sektor energi dan mineral, harga mineral seperti tantalum melonjak hingga mencapai $105 per pon, tertinggi dalam dua tahun terakhir, akibat konflik di Republik Demokratik Kongo, produsen utama mineral tersebut. Gangguan ini memaksa smelter Barat untuk mencari pemasok alternatif seperti Burundi dan Ethiopia, meskipun kapasitas produksi mereka jauh lebih kecil.
Gangguan dalam rantai pasok ini juga tercermin dalam penurunan aktivitas pelabuhan. Di Amerika Serikat, pelabuhan Los Angeles melaporkan penurunan volume impor sebesar 31% akibat peningkatan tarif dan penurunan permintaan, yang menyebabkan lonjakan pembatalan pengiriman (blank sailings) hingga 28% . Fenomena ini menjadi indikator awal dari tekanan ekonomi yang lebih luas.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, disrupsi dalam rantai pasok global pada tahun 2025 menyoroti kerentanan sistem perdagangan internasional terhadap ketegangan geopolitik. Negara-negara berkembang, yang sangat bergantung pada ekspor dan investasi asing, menjadi pihak yang paling terdampak. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan strategi diversifikasi mitra dagang, penguatan pasar domestik, dan investasi dalam teknologi untuk meningkatkan ketahanan rantai pasok di masa depan.