Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Modul Nusantara 1: Pluralisme dan Multikulturalisme Menciptakan Toleransi
21 September 2022 16:37 WIB
Tulisan dari anisa halimatu sadiah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bangsa Indonesia dikaruniai oleh berbagai macam perbedaan seperti perbedaan suku bangsa, ras, agama, bahasa dan profesi. Sering kali perbedaan tersebut menjadi pembahasan ataupun perdebatan dikalangan masyarakat. Berbicara terkait perbedaan tidak bisa dilepaskan dari adanya pluralisme dan multikulturalisme yang sudah benar adanya dimasyarakat. Mulai dari mimbar-mimbar akademik sampai obrolan tak bertopik di warung-warung kopi muncul seruan dan ajakan untuk saling menghargai dan menghormati perbedaan.
ADVERTISEMENT
Multikulturalisme dan plurasime adalah dua istilah kunci yang sama-sama mengingatkan kita pada realitas keberagamaan dalam hidup bersama. Bedanya, multikulturalisme lebih dipahami berkaitan soal keragaman budaya, sedangkan pluralisme lebih cenderung dikaitkan dengan keragaman agama. Pluralisme agama menjadi wacana yang khas karena bersentuhan dengan fenomena adikodrati yang masuk dengan pengaruh dalam kehidupan manusia. Pendekannya pun bukan ajakan sosial biasa, tetapi ajakan yang memperkenalkan kita pada suatu realitas keberagaman. Pluralisme agama menyerukan kepada kita untuk menerima yang lainnya dengan segala keberlainannya, bukan sebagai alter ego. Multikultural lebih mengajak kita untuk memehami dan menerima yang lainnya, sejauh perbedaan itu terjadi karena proses kultural.
Toleransi
Toleransi berasal dari kata “tolerare” yang berasal dari Latin yang berarti dengan sabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas adalah suatu sikap atau prilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang dilakukan orang lain.
ADVERTISEMENT
Melihat dari pengertian toleransi yang lebih dalam dari pemikiran filsuf Nietzsche. Bagi Nietzsche, toleransi yang tetap besandar pada kepastian moralnya sendiri hanyalah toleransi di bibir belaka (Chattering tolerance), dangkal dan tidak serius. Toleransi yang serius menuntut reduksi dan serentak ekspansi standar moral seseorang. Menghadapi kebenaran yang berbeda, seseorang ditantang untuk melihat dari mata pihak lain, dan dengan begitu menemukan keterbatasan standar yang selama ini diyakini pribadi. Namun pada saat yang sama ia juga diperkenalkan pada kemungkinan-kemungkinan baru yang lebih luas. Maka toleransi di sini menjadi momen koreksi sekaligus perluasan wawasan.
Setelah birdiskusi membahas terkait adanya pluralisme dan multikulturalisme yang menciptakan toleransi, mahasiswa Pertukaran Mahasiswa Merdeka Universitas Samudra diajak untuk makan dan minum kopi yang merupakan kebiasaan masyarakat Aceh.
Dilanjutkan dengan perjalanan ke hutan mangrove yang merupakan salah satu hutan mangrove terbesar di Asia Tenggara. Setidaknya, ada sekitar 38 jenis mangrove hidup diokasi tersebut. sayangnya mahasiswa Pertukaran Mahasiswa Merdeka Universitas Samudra tidak bisa masuk dikarnakan adanya perbaikan di hutan mangrove tersebut.
ADVERTISEMENT
Anisa Halimatu Sa'diah, Mahasiswi Pertukaran Mahasiwa Merdeka Universitas Samudra