Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Flexing Akademis Di Era Digital: Memahami Pengaruh, Dampak Sosial, dan Solusi
14 Agustus 2024 17:14 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Anisa Nur Asyah J tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Era digital saat ini telah membawa kita pada sebuah perkembangan yang sangat pesat, banyak orang menggunakan platform media sosial untuk saling membagikan momen disetiap kehidupan yang mereka jalani. Perkembangan yang kian cepat dan pesat ini, tak menutup celah munculnya berbagai fenomena sosial yang baru, salah satu yang kerap ramai diperbincangkan yaitu “flexing”.
ADVERTISEMENT
Flexing dalam bermedia sosial sering kali dikaitkan dengan menunjukkan kekayaan atau pencapaian pribadi berupa prestasi, kebahagiaan, dan gaya hidup secara terang-terangan dan berlebihan di media sosial. Flexing tidak serta merta hanya membagikan momen di media sosisl, tetapi lebih menonjolkan diri atas pencapaian yang diraih dengan tujuan mendapatkan perhatian dan pengakuan.
Saat ini, fenomena flexing tidak hanya terbatas pada barang-barang mewah dan gaya hidup glamor. Flexing juga kian menyentuh ranah akademis. Dalam konteks akademis, flexing merujuk pada sebuah tingkah laku kebiasaan seseorang berupa membanggakan diri atas pencapaian pendidikan dan prestasi intelektual secara terbuka.
Fenomena ini populer di kalangan pelajar, mahasiswa, dan professional muda yang saling menunjukkan keunggulan akademik mereka di platform media sosial pribadinya.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini akan mengeksplorasi pengaruh dan dampak sosial fenomena flexing akademis, serta mencoba memberikan solusi bagaimana menghadapinya secara lebih seimbang, sehat, dan positif.
Alasan Orang Melakukan Flexing Akademis di Era Digital
1. Mencari pengakuan dan pujian
Perilaku flexing sering kali dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan dan pujian. Di era digital yang semakin menunjukkan sisi kompetitif ini, tak sedikit seseorang merasa terdorong untuk menunjukkan pencapaian mereka sebagai cara untuk menunjukkan eksistensi diri. Media sosial memiliki peran besar dalam mendorong fenomena perilaku ini. Platform digital seperti Instagram, Linkedln, TikTok, dan sejenisnya memungkinkan orang untuk berbagai sertifikat, penghargaan, durasi belajar, hasil ujian, dan gelar yang dimiliki kepada publik yang luas, meski sebagian orang melakukannya dengan niat sekadar berbagi dan menginspirasi namun, seringkali tindakan ini dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan pujian atau meningkatkan reputasi mereka di kalangan teman sebaya.
ADVERTISEMENT
2. Memotivasi diri untuk membangun citra pribadi
Beberapa postingan berupa pencapaian dalam prestasi akademis yang diunggah di media sosial menggunakan flexing sebagai sarana untuk memotivasi diri sendiri untuk membangun citra pribadi. Seseorang melakukan flexing akademis juga bisa berasal dari kebutuhan untuk membuktikan diri di tengah besarnya tekanan sosial dan akademik. Hal ini memicu seseorang merasa tidak aman tentang pencapaian mereka dan merasa perlu untuk menunjukkan prestasi diri dan mendapatkan validasi dari orang lain. Tekanan dari lingkungan sekitar, baik dari keluarga, teman, atau lembaga pendidikan, dapat memperburuk dorongan ini.
Pengaruh Flexing Akademis di Era Digital
Flexing akademis tidak hanya menimbulkan dampak pada orang yang melakukannya, tetapi juga pada orang-orang di sekitar mereka. Flexing akademis ini memiliki dua sisi pengaruh baik dari sisi positif maupun negatif.
ADVERTISEMENT
Pencapaian yang dibagikan di media sosial secara terbuka dapat memotivasi orang lain untuk senantiasa berusaha lebih keras dan berjuan mencapai tujuan mereka sendiri. Misalnya, pelajar yang berhasil masuk ke universitas bergengsi atau mendapatkan penghargaan akademik dapat menginspirasi orang lain termasuk teman-teman mereka untuk dapat mengikuti jejak yang serupa, sehingga menciptakan suasana yang memotivasi di lingkungan akademis dan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan.
Di sisi lain, flexing akademis ini memiliki dampak negatif yang signifikan. Salah satu dampak yang paling jelas ialah timbulnya perasaan ketidakcukupan pada mereka yang merasa tertinggal. Saat melihat orang lain sering memamerkan pencapaian akademik mereka, tentu bisa membuat seseorang merasa bahwa dirinya tidak cukup baik. Hal ini berdampak negatif pada kesehatan mental dan rasa percaya diri seseorang. Usaha untuk mencapai standar yang tampak tinggi serta ketidakmampuan mencapainya dapat menciptakan stress dan kecemasan, terutama di kalangan pelajar dan mahasiswa yang juga menghadapi tekanan berat.
ADVERTISEMENT
Flexing akademis juga dapat memicu timbulnya persaingan yang tidak sehat dan tekanan sosial. Ketika pencapaian akademik menjadi tolak ukur utama status sosial, hubungan individu dapat menjadi tegang dan sangat kompetitif. Ini dapat menyebabkan tingginya tingkat individualitas dan berpotensi mengurangi tingkat kesadaran akan kemampuan berkolaborasi yang tak kalah penting.
Dampak Sosial dari Flexing Akademis di Era Digital
Dampak sosial yang timbul dari fenomena flexing akademis ini sangat beragam dan sensitif. Dalam hubungan sosial, flexing akademis dapat mengubah gaya interaksi seseorang. Meskipun fenomena ini memiliki beberapa manfaat, seperti memotivasi orang lain, sering kali persaingan dan perbandingan dapat merusak solidaritas. Perasaan terasing atau bahkan tertekan yang dirasakan seseorang tentu dapat merusak hubungan yang harmonis, susasana kompetitif yang timbul juga menjadi tidak sehat.
ADVERTISEMENT
Flexing akademis juga bisa menjadi bentuk coping mekanism untuk mengatasi rasa kurang percaya diri seperti insecure atau masalah pribadi lainnya. Namun, jika dilakukan secara berlebihan, ini bisa memicu kecemasan atau perasaan tidak puas terhadap diri sendiri.
Menghadapi Fenomena Flexing Akademis di Era Digital
Penting bagi kita untuk memiliki pemahaman yang seimbang untuk dapat menghadapi fenomena flexing akademis ini. Pemanfaatan media online secara bijaksana adalah langkah yang sangat penting. Alih-alih hanya membagikan pencapaian akademik sebagai cara untuk mendapatkan validasi, kita dapat menggunakan platform ini untuk menyebarkan informasi yang membangun dan mendorong diskusi positif tentang pencapaian dan tantangan akademik.
Memberikan penekanan keseimbangan antara prestasi dan kesehatan mental, dapat mengurangi tingkat munculnya stress dan tekanan sosial yang dirasakan serta tetap dapat mempromosikan diri dengan pendekatan yang lebih sehat terhadap pencapaian akademik yang dimiliki.
ADVERTISEMENT
Di samping dapat memotivasi dan menginspirasi, flexing akademis juga dapat menciptakan timbulnya ketidakcukupan dam persaingan yang tidak sehat. Maka dari itu, penting bagi kita untuk mengeksplorasi pengaruh dan dampak sosial fenomena flexing akademis, dan mengambil sikap untuk menciptakan lingkungan akademik yang sehat dan positif secara bijaksana.