Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Patah Hati dan Rasa Sakit Fisik: Dampak Psikologis dari Sudut Neurosains
19 Desember 2023 12:17 WIB
Tulisan dari Anisa Rahma Auliya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah Anda mengalami rasa sakit yang mendalam saat ditinggal oleh seseorang yang berharga dan/atau sangat Anda cintai dalam hidup Anda? Setidaknya, pasti Anda menganggap bahwa orang tersebut pernah memberikan kesan yang sangat baik sehingga meninggalkan luka yang cukup mendalam disaat kepergiannya. Seolah hari-hari Anda berhenti sejak kepergiannya dan Anda seperti terpikat sebuah belenggu yang semakin berusaha untuk dilepas justru semakin menguat dan menyakiti Anda. Hal-hal seperti wajar dialami oleh manusia sebagai makhluk sosial dan fana. Namun, pernahkah Anda membayangkan bagaimana pandangan neurosains terhadap rasa patah hati tersebut? Apa yang membedakan rasa patah hati dan sakit fisik secara psikologis? Mari simak pembahasan dalam artikel ini.

Karakteristik Patah Hati dan Sakit Fisik yang Timbul
Beberapa gejala seseorang mengalami patah hati biasanya yaitu mengalami penurunan nafsu makan, sering merasa tidak fokus, melamun berkepanjangan sehingga sulit untuk berkonsentrasi, serta hubungan sosial yang melemah. Selain itu, secara emosional orang yang mengalami patah hati cenderung kehilangan kontrol emosi yang baik dalam dirinya sehingga terkadang menjadi pendiam atau justru mudah meledak-ledak emosinya. Sedangkan, rasa sakit fisik merupakan manifestasi dari rasa patah hati seperti gangguan somatik yang muncul akibat rasa sakit fisik atau keinginan menyalurkan rasa patah hati dengan menyakiti diri sendiri (memberi punishment negative, Skinner Theory). Umumnya rasa sakit fisik yang muncul akibat dari patah hati yaitu nyeri di bagian dada, nyeri di beberapa bagian tubuh, dan mual. Tentunya patah hati menimbulkan banyak dampak negatif dalam keseharian manusia diantaranya menurunnya kualitas kerja, memengaruhi interaksi dengan lingkungan, menyebabkan gangguan fisik yang melibatkan otak dan perasaan, dan masih banyak lagi. Meskipun begitu, ada juga yang memilih mengalihkan rasa patah hatinya dengan melakukan suatu hal positif secara berlebihan agar mendapat validasi dari lingkungan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Patah Hati dari Sudut Neurosains
Sistem limbik adalah bagian dari otak yang terdiri dari beberapa komponen seperti hipokampus dan amigdala dan memiliki banyak fungsi di dalam tubuh, termasuk memproses dan mengatur emosi dan memori, menangani rangsangan seksual dan pembelajaran, serta berhubungan dengan perilaku, motivasi, memori jangka panjang, dan indra penciuman. Bagian otak yang bernama Anterior Cingulate Complex (ACC) menjadi hiperaktif saat orang tersebut mengalami patah hati. Selain itu, bagian otak yang bernama secondary somatosensory cortex ikut terpengaruh secara signifikan saat mengalami patah hati.
Tahukah kamu? Kortisol berperan dalam mengatasi rasa stres dalam diri individu. Namun kortisol yang berlebihan akibat aktivitas kelenjar adrenal justru menyebabkan kekebalan tubuh menurun yang berdampak pada kesehatan. Hormon dopamin yang dikenal sebagai hormon yang berperan besar dalam memberikan kebahagiaan untuk seseorang menurun drastis saat patah hati. Hormon ini turut berperan dalam mengontrol fungsi motorik seseorang agar lebih termotivasi. Patah hati juga dipengaruhi oleh hormon oksitosin, yaitu hormon yang mengatur keterikatan secara seksual dan perasaan romantis yang muncul dalam diri seseorang. Itulah sebabnya kita bermalas-malasan saat mengalami patah hati.
Pengaruh Patah Hati terhadap Fisik dan Emosi
ADVERTISEMENT
Akibat dari aktivitas sehari-hari yang menurun kadar produktivitasnya, biasanya orang yang mengalami patah hati cenderung mengalami penurunan berat badan, gangguan tidur, rambut yang mudah rontok, serta broken heart syndrome. Gejala yang biasanya dialami seseorang yang mengalami broken heart syndrome yaitu tekanan darah yang rendah, detak jantung tidak teratur, nyeri di dada seperti tertimbun barang besar, dan nafas yang menjadi lebih pendek. Secara psikologis, mereka mengalami kegagalan dalam memenuhi love and belonging bagian dari social needs (Teori Abraham Maslow mengenai hierarchy of needs) sehingga mudah mengalami kecemasan berlebihan, depresi, dan merasa kesepian.
Langkah untuk Mengatasi Rasa Patah Hati vs Sakit Fisik
Strategi koping yang tepat untuk mengatasi rasa patah hati diantaranya sebagai berikut.
1. Emotion-Focused Coping : Metode yang berfokus pada pengendalian emosi yang tepat dalam diri individu tanpa mengubah situasi. Meski metode ini tidak membantu secara langsung namun seseorang akan lebih mudah mengatur perasaan yang tidak dapat dikontrol. Contoh kegiatan yang mencerminkan metode ini diantaranya yaitu memberi afirmasi positif pada diri sendiri secara teratur, journaling, meditasi, serta mengubah fokus terhadap perasaan yang menyesakkan pada kegiatan yang lebih bermanfaat dan/atau sesuai hobi.
ADVERTISEMENT
2. Mekanisme Koping Aktif : Metode yang memunculkan kesadaran untuk mengatasi rasa stres yang ditimbulkan dari patah hati. Metode ini biasanya disesuaikan dengan kebutuhan individu namun contoh yang dapat diberikan terkait metode ini diantaranya berolahraga dan/atau yoga, relaksasi, aktif dalam berorganisasi, dan membaca buku.
3. Coping Mechanism : Metode mengurangi hormon endorfin dengan melakukan aktivitas fisik yang meningkatkan mood. Metode ini digunakan agar individu dapat beradaptasi pada konflik diri yang dialaminya. Contoh yang kegiatan yang dapat dilakukan yaitu menjalin hubungan dengan orang yang suportif, merawat diri, berbelanja, serta mengurangi rasa kecurigaan yang berlebihan pada orang lain.
Selain itu, terdapat aktivitas yang perlu dihindari agar rasa patah hati semakin menguat yaitu:
ADVERTISEMENT
1. Hindari mendengarkan lagu sedih atau patah hati,
2. Hindari mengingat, melihat, membaca, dan mendengarkan sesuatu yang berhubungan dengan orang yang membuatmu patah hati,
3. Hindari membaca statement yang mendukung rasa sakit yang berlebihan dalam dirimu,
4. Hindari kegiatan menyendiri terlalu lama karena akan memunculkan kembali memori buruk yang berusaha dilupakan,
5. Hindari berinteraksi dengan orang yang mengalami situasi yang sama denganmu namun tidak memiliki keinginan untuk move on.