Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Nasib Penjual Makanan di Kantin Sekolah Selama Masa Pandemi Covid-19
30 Oktober 2020 9:33 WIB
Tulisan dari Anisah Wening tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak suka ke kantin saat masih sekolah? Selain bisa dijadikan tempat makan, kantin juga bisa dijadikan tempat nongkrong untuk mengobrol seputar sekolah. Tidak jarang beberapa anak kenal dekat dengan penjual yang ada di kantin sekolah. Ibu Yayuk (52), salah satu penjual makanan ringan dan minuman kemasan di kantin SMP Muhammadiyah 6 Yogyakarta yang cukup disukai oleh murid-murid sekolah tersebut.
ADVERTISEMENT
Ibu Yayuk mulai berjualan di kantin SMP Muhammadiyah 6 Yogyakarta pada Januari 2016. “Kondisi normal bisa dapet sekitar kurang lebih 1 juta perhari (omset kotor), tapi pas sistem zonasi udah berlaku yaa omset jadi turun sekitar 50% dari omset sebelumnya. Yang awalnya ada 4 kelas jadi turun 2 kelas,” keluh Ibu Yayuk. “Tapi alhamdulillahnya dari omset yang ada saya bisa mewujudkan beberapa keinginan saya,” lanjut Ibu Yayuk penuh syukur.
Di tahun 2020 ini, Ibu Yayuk pun memiliki beberapa keinginan untuk diwujudkan. Namun, tanpa diduga pandemi Covid-19 mulai ada di Yogyakarta saat bulan Maret. Mau tidak mau Ibu Yayuk harus menutup kantinnya sampai waktu yang tidak ditentukan. Beliau mengatakan bahwa di tahun ini sebenarnya jumlah kelas yang didapatkan melalui pendaftaran online cukup banyak dan menghasilkan 5 kelas. Hal tersebut tentu saja merupakan prospek yang bagus untuk meningkatkan omset berjualannya.
ADVERTISEMENT
“Selama pandemi kantin tutup full dari pertengahan Maret sampai sekarang (Oktober) yaa karena Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara daring atau tidak ada tatap muka,” jelas Bu Yayuk mengenai kantin yang sudah lama tutup. Dari awal, sekolah pun hanya memberi wacana akan memulai KBM pada tahun ajaran baru atau tahun depan. Hal tersebut juga mempertimbangkan perkembangan kasus yang ada di Yogyakarta.
“Sehari sebelum diumumkan sekolah akan diliburkan, saya baru saja kulakan untuk kebutuhan kantin 3 sampai 4 hari ke depan untuk stok barang. Ternyata satu hari setelahnya sekolah akan diliburkan hingga waktu yang tidak ditentukan karena pandemi Covid-19. Otomatis sekolah akan berlangsung secara online atau tidak tatap muka kan, mbak. Bisa dibayangkan ga mbak yang saya rasakan waktu itu? Yaa saya cuma bisa pasrah aja, tapi tentu tidak ada yang sia-sia mbak, tinggal gimana aja makanan yang udah ada itu bisa berguna bagi yang membutuhkan,” ujar Ibu Yayuk sambil bercerita mengeluarkan keluh kesahnya.
ADVERTISEMENT
Dengan stok makanan ringan yang ada, Ibu Yayuk berusaha mencari jalan keluar agar makanan yang ada tidak mubazir. Biasanya saat ramadhan beliau akan membungkus beberapa makanan untuk dibagikan ke anak anak yang sholat tarawih. Namun, dengan adanya pandemi ini sholat tarawih di kampung beliau pun ditiadakan. Dengan begitu, beliau membagikan makanan yang ada kepada teman teman anaknya dan ke anak-anak tetangga sekitar.
Sebelum ada pandemi, Ibu Yayuk sudah memiliki usaha sampingan, yaitu menjual peralatan rumah tangga dan baju muslim sesuai pesanan. Penjualan tersebut dilakukan dari rumah. Maka dari itu, walaupun pandemi ini cukup mengganggu perekonomian keluarga beliau, Ibu Yayuk masih memiliki pemasukan dari usaha sampingannya tersebut.
“Ternyata di pandemi ini, penjualan saya di bidang yang lain justru melonjak. Dari hasil tersebut saya bisa membantu perekonomian keluarga dengan membeli beberapa alat rumah tangga. Sebenernya ini, menunjukkan bahwa rejeki itu ada dari berbagai cara gitu lo, dari kondisi kantin yang engga ada omset sama sekali beberapa bulan ini ternyata rejekinya di tempat lain. Bapak juga pekerjaannya terbatas karena di luar kota, otomatis pendapatan tidak seperti biasa,” jelas Ibu Yayuk. “Di awal pandemi kemarin bapak juga sempat dioperasi dengan keadaan perekonomian keluarga yang tidak terlalu mendukung. Tapi ya alhamdulillah selalu ada jalannya ya mbak yang namanya rejeki. Intinya harus selalu optimis karena kalo udah optimis pasti akan selalu ada jalannya,” lanjut Ibu Yayuk bercerita saat ditemui di kediamannya pada Rabu kemarin (28/10)
ADVERTISEMENT
Sebelum adanya pandemi, kegiatan di kantin berlangsung dari pagi hari sampai sore hari dan kegiatan berjualan peralatan rumah tangga serta baju di sela sela jam itu. Semenjak pandemi, Ibu Yayuk tentu saja lebih fokus dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Selain berjualan, tentu saja beliau melakukan pekerjaan rumah tangga seperti ibu lainnya.
Ibu Yayuk bersyukur masih mempunyai usaha sampingan untuk menopang perekonomian keluarganya. Lain hal dengan rekannya yang menjadikan kantin sebagai mata pencaharian utama. Tentu saja mereka diharuskan untuk memutar otak memulai usaha baru. Dengan begitu beliau berharap pandemi cepat berlalu agar rekan-rekannya yang berjualan di kantin bisa kembali berjualan.