Konten dari Pengguna

Peran Pendidikan Karakter Remaja di Sekolah dan Layanan Bimbingan dan Konseling

Anisa Yuliastuti
Mahasiswa S-1 Bimbingan dan Konseling Universitas Sebelas Maret Surakarta
5 November 2024 11:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anisa Yuliastuti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi siswa siswi sekolah menengah atas (sumber : www.pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi siswa siswi sekolah menengah atas (sumber : www.pexels.com
ADVERTISEMENT
Pendidikan adalah upaya untuk mengarahkan, mengatur, dan membentuk orang sesuai keinginan mereka. Selain itu, pendidikan dapat membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada suatu negara. Sumber daya manusia yang berkualitas menjadi indikator untuk membangun negara agar dapat maju (Bendesa, 2014; Insani, Furnamasari, & Dewi, 2021; Sudarsana, 2015). Pendidikan memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk karakter, moral, dan etika seorang individu, sehingga karakter seseorang bergantung pada pendidikan yang diterimanya. Pembentukan karakter adalah proses yang panjang dan sulit karena melibatkan kerjasama dari berbagai lingkungan, termasuk lingkungan sekolah yang memiliki pengaruh besar dalam membentuk karakter individu, dengan guru memegang tanggung jawab penting dalam proses ini.
ADVERTISEMENT
Karakter umumnya dapat diartikan sebagai tabiat, kepribadian, dan sifat individu. Karakter melibatkan perpaduan moral, etika, dan akhlak. Aspek moral lebih menekankan pada kualitas tindakan atau perilaku manusia, apakah tindakan tersebut dapat dianggap sebagai sesuatu yang baik atau buruk. Pendidikan karakter adalah tindakan yang sangat krusial dan strategis dalam memulihkan identitas nasional serta membentuk masyarakat Indonesia yang baru. Dengan memasukkan pendidikan karakter ke dalam kerangka pembentukan individu, termasuk peserta didik, pendidik, orang tua, dan masyarakat, diharapkan pemahaman mengenai urgensi pendidikan karakter sebagai alat untuk membentuk panduan perilaku dan memperkaya nilai-nilai individu semakin meningkat.
Pendidikan karakter adalah usaha yang dilaksanakan secara terstruktur dan simultan oleh para pendidik dengan tujuan meningkatkan kualitas nilai-nilai karakter peserta didik melalui penanaman nilai-nilai karakter yang positif (Taufik, 2014; Taulabi & Mustofa, 2019). Terdapat beberapa alasan penting mengapa pendidikan karakter sangat diperlukan di antaranya adalah sebagai cara yang paling sesuai untuk memastikan bahwa peserta didik mengembangkan kepribadian yang baik dalam kehidupan mereka, sebagai sarana dalam meningkatkan pencapaian dalam hal akademi, an sebagai persiapan peserta didik agar mereka bisa menghormati orang lain berinteraksi di masyarakat yang beragam. Selain itu juga sebagai upaya dalam mengatasi akar masalah yang berhubungan dengan masalah moral dan sosial, seperti ketidakpatuhan, ketidakjujuran, kekerasan, kekerasan seksual, dan rendahnya etos belajar. Pendidikan karakter juga menjadi landasan yang tepat untuk menghadapi perilaku di lingkungan kerja dan untuk memahami nilai kemasyarakatan yang merupakan bagian penting dari peradaban.
ADVERTISEMENT
Terdapat prediksi jumlah kenakalan remaja tahun 2020 mencapai 12944,47 kasus. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dari 233 juta penduduk Indonesia 28,6% adalah remaja berusia 10-24 tahun (Casika, Lidia, & Asbari, 2023; Tsoraya, Khasanah, Asbari, & Purwanto, 2023). Dari data tersebut dapat diprediksi jumlah peningkatan angka kenakalan remaja setiap tahunnya selalu meningkat. Prediksi Tahun 2019 mencapai 11685,90 kasus dan pada tahun 2020 mencapai 12944,47 kasus. Mengalami kenaikan tiap tahunnya sebesar 10,7%. Selanjutnya Badan Pusat Statistik (BPS) dari 233 juta jiwa penduduk Indonesia, 28,6% atau 63 juta jiwa adalah remaja berusia 10-24 tahun.
Dengan melihat banyaknya fenomena-fenomena kenakalan remaja yang ditemui dilapangan membuat pendidikan karakter menjadi suatu hal yang harus diutamakan, terlebih lagi pada lingkungan pendidikan. Melalui kegiatan pengembangan karakter, siswa dapat meminimalisir kenakalan remaja. Hal tersebut juga harus dibantu oleh guru BK melalui konseling atau memberikan layanan yang mengarahkan pada pembentukkan karakter siswa di sekolah, misalnya dengan melakukan mentoring pengembangan karakter siswa. Dengan pendidikan karakter siswa akan mengembangkan kecerdasan emosional mereka. Kecerdasan emosional menjadi persiapan yang sangat penting untuk menghadapi masa depan. Dengan kecerdasan emosional seseorang dapat berhasil mengatasi berbagai tantangan termasuk tantangan akademis.
ADVERTISEMENT
Bimbingan dan konseling memegang peran yang sangat penting dalam membentuk karakter dan disiplin siswa dalam konteks pembelajaran di sekolah. Hal ini sangat diharapkan karena bimbingan dan konseling memiliki kontribusi yang krusial dalam sektor pendidikan. Membantu mewujudkan impian siswa, berkontribusi pada peningkatan intelektualitas bangsa melalui berbagai layanan yang ditawarkan kepada siswa yang bertujuan untuk mengoptimalkan perkembangan pribadi dan potensi mereka, dan meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga prestasi belajar yang lebih baik dapat tercapai. Melalui layanan BK yang ditunjang dengan pembiasaan kegiatan positif dari sekolah sangat bermanfaat khususnya dalam penumbuhan karakter positif pada siswa meskipun tetap saja ada siswa yang sulit untuk berubah. Sebagai guru bimbingan dan konseling harus memiliki kemampuan untuk menyampaikan pesan moral sebagai contoh teladan, sehingga siswa dapat mengadopsi apa yang telah disampaikan.
ADVERTISEMENT
Menurut saya pendidikan karakter menjadi aspek penting untuk dimiliki para generasi muda calon penerus bangsa agar mereka mampu memiliki tolak ukur untuk memahami dan bertindak sesuai dengan norma yang berlaku sehingga mereka tidak akan mengambil tindakan-tindakan yang melanggar nilai norma kemasyarakatan. Selain itu penguatan pendidikan karakter pada siswa melalui pelayanan program BK juga sangat membantu siswa dalam menanamkan nilai-nilai karakter yang positif. Melalui pendidikan karakter ini, juga dapat membantu meningkatkan pencapaian akademik mereka serta memperbaiki perilaku mereka agar menjadi lebih baik lagi.
Disusun oleh: Anisa Yuliastuti dan Prof. Dr. Andayani, M.Pd.