Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Point Blank, Game yang Bikin Sadino Rindu
16 Desember 2017 19:47 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
Tulisan dari Anissa Sadino tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Jam menunjukkan pukul 19.00 WIB, dan aku duduk di ruang tamu rumahku sambil menatap fenomena alam atau hujan yang membasahi pagar rumahku. Angin pun berhembus, membekukan tulang-belulang, sampai ke sanubari hatiku. Lagu "Kasih" milik Ermy Kullit mengalun dari laptop-ku, dan tiba-tiba aku merasa rindu pada sesuatu.
ADVERTISEMENT
AKU KANGEN MAIN POINT BLANK.
Point Blank (PB) ini salah satu game FPS favorit gue. Dan serunya pake banget, soalnya PB itu tempat aku merilis stres. Kayaknya kalo udah nge-jeder orang tuh, puas banget rasanya.
Dulu, gue suka main PB sama mantan gue. Dennis namanya, Dennis Sapulete. Kayaknya, gue mulai main PB pas gue pacaran sama dia, deh.
Dulu kita adu score. Dan pernah berantem gara-gara PB. Jadi waktu itu, Dennis bilang dia mau tidur. Nah, sejam kemudian, gue log in PB, mau main. Eh, ID-nya Dennis online. Gue diemin tuh, gue main aja. Enggak lama, handphone gue geter.
"Maafin aku. Aku enggak bisa tidur," bunyi SMS Dennis waktu itu. Terus gue ngakak, deh.
ADVERTISEMENT
Enggak mau mikir panjang lagi, gue langsung ngecek Twitter dan nyari-nyari postingan gue yang terdahulu soal PB. Gila, gue dulu aktif banget main PB. Gue akuin, gue memang sampe enggak tidur sih, buat mainin game ini. Dan gue suka main sama temen gue, janjian, terus main, deh.
Dan ini yang gue temukan. Karena gue orangnya sombong, jadi gue post aja biar lo semua tahu perasaan gue.




Anyway, gue biasanya main tempat yang kecil-kecil, kayak di Burning Hall, Crackdown, atau enggak MStation. Mentok paling gede, Library sama Uptown. Atau bomb mission di Luxville.
Senjatanya? Karena gue jarang punya duit, gue biasanya make senjata orang yang udah mati. Biasanya make senjata standar, sih. Dan gue anti banget pake Kris. Ganggu.
ADVERTISEMENT
Dari semua death match yang ada, gue paling suka shotgun match. Makanya gue suka main di Crackdown atau Burning Hall buat shotgun match. Lagi-lagi, karena gue sombong, ini buktinya.




Buat PB, gue enggak pernah beli-beli senjatan atau karakter pake duit. Gue bener-bener main sebisa gue, seniat gue. Paling gue belik pake points. Udah, itu aja. Dan gue mainnya juga enggak di warnet, gue mainnya di rumah. Untung koneksi cepet, jadi enggak masalah.
Ada pelajaran bermakna yang gue ambil dari PB. Game ini melatih ketangkasan dan kelincahan jari, pola pikir-- strategi apa yang harus gue gunakan supaya menang, refleksi, dan yang paling penting, kehidupan.
Jadi gini toh, cara umat manusia berlomba-lomba untuk mendapatkan kekuasaan?
ADVERTISEMENT
Gini toh, cara kami untuk mendapatkan sebuah gelar dalam kehidupan? Harus berulang kali mati, dihidupkan kembali untuk meraih gelar tersebut dengan segala rintangan yang ada? Dengan berlumuran darah, begini toh, kerasnya kehidupan?
Dan sampai detik ini, gue enggak tahu apakah kesimpulan ini nyambung sama cerita gue di atas.
Intinya, Point Blank adalah game online yang seru dan keren. Cuma, sekarang udah banyak cheat, dan gue enggak tahu masih ada yang mainin apa enggak game-nya.
Satu hal lagi, lobby music-nya Point Blank itu keren. Ini dia.