Konten dari Pengguna

Teknologi dalam Pendidikan: Saatnya Beraksi, Bukan Hanya Berefleksi

Anita Dwiyanti
Mahasiswi Universitas Boyolali Pecinta literasi digital dan teknologi pendidikan. Menulis tentang bagaimana inovasi dapat meningkatkan akses dan kualitas pembelajaran bagi generasi muda.
2 Mei 2025 16:04 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anita Dwiyanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Dok. Pribadi – Foto oleh Anita Dwiyanti diambil langsung dengan kamera pribadi. Siswa-siswa ini tengah mendalami teknologi dalam ruang kelas berbasis komputer, membuka peluang pendidikan yang lebih modern dan inklusif.
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Dok. Pribadi – Foto oleh Anita Dwiyanti diambil langsung dengan kamera pribadi. Siswa-siswa ini tengah mendalami teknologi dalam ruang kelas berbasis komputer, membuka peluang pendidikan yang lebih modern dan inklusif.
ADVERTISEMENT
Hari Pendidikan Nasional bukan hanya sekadar peringatan, tetapi juga refleksi tentang bagaimana pendidikan terus berkembang di tengah kemajuan teknologi. Dulu, belajar berarti duduk di kelas dengan buku dan papan tulis sebagai alat utama. Sekarang, layar digital telah menjadi jendela baru menuju ilmu pengetahuan. Informasi dari berbagai belahan dunia dapat diakses dalam hitungan detik, membuka peluang besar bagi siapa pun yang ingin belajar.
ADVERTISEMENT
Namun, kemajuan ini membawa tantangan baru. Ketergantungan terhadap teknologi tanpa pemahaman yang cukup bisa menjadi penghalang bagi pembelajaran yang berkualitas. Teknologi adalah alat, tetapi bukan pengganti proses belajar itu sendiri. Siswa yang terlalu bergantung pada digitalisasi tanpa literasi yang kuat dapat kehilangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
Di Indonesia, kesenjangan akses terhadap teknologi masih menjadi isu utama. Sejauh mana teknologi telah diintegrasikan dalam proses pembelajaran di sekolah? Apakah semua sekolah memiliki infrastruktur yang memadai akses internet yang stabil, perangkat pembelajaran yang cukup? Bagaimana kompetensi guru dan siswa dalam memanfaatkan teknologi sebagai bagian dari strategi pembelajaran?
Meskipun banyak sekolah di kota besar sudah mulai beradaptasi, masih ada sekolah di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) yang belum memiliki akses internet yang layak. Sebelum tahun 2024, sekitar 20–30% sekolah di wilayah ini masih mengalami kesenjangan digital yang signifikan. Digital divide ini menjadi tantangan besar yang perlu segera diatasi agar pendidikan di Indonesia semakin inklusif.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Kabupaten Boyolali telah mengambil langkah nyata untuk menghadapi tantangan ini. Digitalisasi sekolah terus diperkuat, termasuk melalui Program Sekolah Penggerak, di mana sekolah-sekolah menerima insentif untuk pengadaan perangkat TIK dan pelatihan guru. Website sekolah mulai dioptimalkan sebagai sumber pembelajaran digital, seperti yang dilakukan oleh SMPN 1 Juwangi selama pandemi.
Selain itu, akses internet di wilayah terpencil mulai ditingkatkan, seperti inisiatif Pemerintah Desa Pranggong di Kecamatan Andong yang menyediakan fasilitas internet gratis bagi siswa untuk mendukung pembelajaran jarak jauh. Madrasah seperti MAN 1 Boyolali juga mulai mengembangkan platform pembelajaran digital, bekerja sama dengan Geschool untuk menerapkan analisis hasil belajar siswa. SMPN 3 Cepogo menghadirkan MBOLALI METAL, Media Belajar Online yang membantu meningkatkan literasi digital siswa.
ADVERTISEMENT
Teknologi dalam pendidikan bukan sekadar soal akses, tetapi juga kompetensi digital yang perlu terus dikembangkan. Pelatihan guru menjadi prioritas, agar mereka tidak hanya memahami cara menggunakan teknologi, tetapi juga mampu mengintegrasikannya ke dalam strategi pembelajaran yang efektif. Gedung Smart City Center di Boyolali kini menjadi pusat layanan digital terpadu, mendukung transformasi teknologi di berbagai sektor, termasuk pendidikan.
Generasi muda memiliki peran besar dalam membentuk masa depan pendidikan digital. Hardiknas di era digital bukan hanya tentang bagaimana kita diajar, tetapi juga bagaimana kita belajar untuk mengajar dan berbagi. Pendidikan bukan lagi hanya tentang sekolah dan kelas, tetapi tentang bagaimana setiap individu bisa terus belajar dan berkembang dengan cara yang paling sesuai bagi mereka.
ADVERTISEMENT
Di Hari Pendidikan Nasional ini, refleksi saja tidak cukup. Teknologi harus dimanfaatkan dengan bijak dan secara inklusif, memastikan bahwa setiap individu memiliki akses dan kesempatan yang sama untuk belajar serta berinovasi. Saatnya beraksi, bukan hanya berefleksi.
Penulis : Anita Dwiyanti dan Doa Rintan Desta Permata Hati