Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Authoritative Parenting Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak Berkarakter
10 November 2022 10:35 WIB
Tulisan dari Anja Aufa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hubungan antara orang tua dan anak selamanya tidak bisa dipisahkan. Bagaimana kepribadian anak tersebut, dapat dilihat bagaimana pula orang tuanya dalam mengasuh. Secara alami, pola asuh yang dilakukan setiap orang tua akan membentuk kepribadian seseorang, sehingga terjadi suatu perkembangan psikis dan diri individu untuk membentuk kepribadian yang berkarakter.
ADVERTISEMENT
Apabila orang tua menyimpang dalam mengasuh, maka akan berakibat pada proses perkembangan kepribadian anak yang negatif pula. Pola pengasuhan kedua orang tua adalah faktor utama dibentuknya kepribadian yang berkarakter. Lalu pola asuh bagaimana yang harus diterapkan agar anak memiliki kepribadian yang berkarakter? Salah satu pola asuh yang ideal untuk diterapkan adalah authoritative parenting.
Apa Itu Authoritative Parenting?:
Authoritative Parenting biasa dikenal dengan pola asuh otoritatif. Pola asuh ini merupakan pola asuh dengan orang tua yang mengasuh, mendukung, dan resposif terhadap anak, tetapi tetap memberi batasan yang tegas. Dalam pola asuh ini, orang tua membentuk sikap anak dengan cara menjalankan aturan dan berdiskusi untuk bertukar pikiran.
Pola asuh ini menerapkan sikap demokratis di mana anak bebas menentukan pilihannya sendiri namun tetap secara bertanggungjawab. Pola asuh demokratis mampu mendukung terciptanya lingkungan keluarga maupun masyarakat yang harmonis. Orang tua dengan pola asuh ini merupakan pendengar yang baik, meskipun tidak semua pendapat atau permintaan anak diterima. Pola asuh otoritatif dapat mendorong anak tumbuh menjadi pribadi yang bertanggungjawab dan mandiri.
ADVERTISEMENT
Authoritative Parenting dalam Berbagai Perspektif
Sebagaimana yang kita ketahui, pada masa kanak-kanak segala sesuatu yang diajarkan akan sangat membekas pada diri anak. Tentunya orang tua adalah penanggungjawab utama dalam proses pembentukan karakter seorang anak. Sesuai dengan UU No. 1 tahun 1974 pasal 45 ayat (2) yaitu “Orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya. Kewajiban orang tua berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri.” Begitu pula Islam memandang bahwa keluarga adalah lingkungan pertama bagi seorang anak sebelum mereka bersosialisasi di masyarakat. Sebagaimana juga dalam sabda Rasulullah Saw. yang artinya “Ibu adalah tempat belajar yang pertama”. Kepribadian yang berkarakter sangat diperlukan untuk beinteraksi dengan masyarakat. Anak yang saleh tidak dilahirkan secara alami. Pastinya ada orang tua yang membimbing dan mengarahkan secara berkesinambungan.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Cara Menerapkan Authoritative Parenting?
Orang tua dengan pola asuh Authoritative Parenting mengimbangi antara kebebasan dan batasan. Anak diberikan hak kebebasan untuk memilih pilihannya sendiri dan tak lupa disertai dengan rasa kasih sayang dari orang tua, serta mendorong anak untuk tetap mandiri, disiplin, dan bertangungjawab terhadap pilihannya.
Berikut adalah metode-metode untuk para orang tua yang ingin menerapkan pola asuh Authoritative Parenting:
1. Menjadi teman curhat bagi buah hati
Terkadang apa yang dikehendaki orang tua berbeda dengan apa yang dikehendaki anaknya. Agar kedua pendapat bisa diterima satu sama lain maka perlu adanya komunikasi. Komunikasi santai atau sering disebut curhat sangat diperlukan agar satu sama lain saling mengerti dan memahami. Apabila anak tidak mau menerima pilihan orang tua, maka orang tua harus memberikan pengertian dan penjelasan yang ringan agar anak mudah untuk menerima.
ADVERTISEMENT
2. Menetapkan aturan dengan bahasa yang sederhana
Anak adalah anugerah dari tuhan yang memiliki hati yang lembut. Anak tidak dapat menerima aturan atau hukuman dengan perintah-perintah yang tegas. Jadi orang tua harus memberikan cara lain untuk membatasi anak. Misalnya peraturan untuk tidak menonton tv sampai larut malam agar bisa bangun pagi dan tidak terlambat masuk sekolah.
3. Mendiskusikan setiap konsekuensi
Saat orang tua memberikan aturan maka harus disertai dengan konsekuensi agar si buah hati tidak terus menerus melanggar aturan tersebut. Namun konsekuensi harus didiskusikan setiap kali anak melanggar.
4. Memberikan hukuman yang ringan
Apabila Si Kecil melanggar aturan, maka berikan peringatan satu kali terlebih dahulu. kemudian terapkan konsekuensi yang telah ditetapkan bila ia masih melanggarnya. Hindari untuk memarahi Si Kecil secara berulang-ulang.
ADVERTISEMENT
5. Jangan terlalu mekekang
Biarkan anak untuk memilih pilihannya sendiri. Apabila anak memilih dan melakukan hal-hal yang ia sukai, maka anak akan lebih senang dan tidak merasa terkekang. Akan tetapi, orang tua harus tetap harus mengawasi dan memerhatikan setiap hal-hal yang dilakukan buah hati.
Ketika anak beranjak remaja atau sering dikenal dengan masa pubertas, anak akan mengalami fase berontak, mudah marah, dan acuh tak acuh. Namun orang tua tidak perlu khawatir, ini adalah fase yang normal. Orang tua hanya perlu kesabaran yang ekstra dalam menghadapinya dan konsisten dalam menjalani pola asuh ini. Sebuah penelitian menyatakan bahwa anak yang diasuh dengan Authoritative Parenting memiliki nilai akademik yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak mendapatkan pola asuh ini. Selain itu, dengan pola asuh Authoritative Parenting, anak juga bisa menjadi pribadi yang memiliki karakter bertanggungjawab, menghargai orang lain, pantang menyerah dan karakter-karakter positif lainnya.
ADVERTISEMENT
Alo Dokter. (2020). Mengenal Pola Asuh Authoritative Parenting. Diakses pada 19 September 2020, dari https://www.alodokter.com/mengenal-pola-asuh-authoritative-parenting.
Padjrin. (2016). Pola Asuh Anak dalam Perspektif Pendidikan Islam. Intelektualita. Volume 5, No 1.
Hanny Millenia. (2019). Pengaruh Strategi Pola Asuh Orangtua terhadap Pembentukan Karakter Anak dalam Lingkungan Masyarakat. Diakses pada 11 Juni 2019, dari https://www.researchgate.net/publication/333701919.