Konten dari Pengguna
Lebih dari Sekadar Bahasa: Darijah dan Identitas Budaya Maroko
6 Juli 2025 0:17 WIB
·
waktu baca 4 menitKiriman Pengguna
Lebih dari Sekadar Bahasa: Darijah dan Identitas Budaya Maroko
Eksplorasi mendalam tentang Darijah, dialek Arab Maroko yang mencerminkan identitas, sejarah, dan keragaman budaya masyarakat Maroko.Anja Aufa

Tulisan dari Anja Aufa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kalau mendengar istilah bahasa Arab, kebanyakan dari kita langsung membayangkan bahasa kitab suci atau percakapan khas Timur Tengah seperti yang sering kita dengar di film-film Mesir atau sinetron Ramadan. Tapi di Maroko, bahasa Arab punya wajah yang lain seperti liar, lincah, dan penuh kejutan. Dialek ini dikenal sebagai Darijah, dan ia bukan sekadar alat komunikasi, melainkan cerminan sejarah dan identitas masyarakat Maroko yang sangat beragam.
ADVERTISEMENT
Di jalanan Casablanca atau Marrakesh, orang bisa menyapa dengan campuran Arab, Prancis, bahkan Spanyol. Bukan karena mereka tak bisa bahasa Arab “standar”, tetapi karena Darijah memang hidup dari percampuran itu sendiri. Dialek ini adalah produk dari berabad-abad pengaruh budaya dan politik yang membentuk Maroko menjadi salah satu negara paling kosmopolitan di Afrika Utara.
Darijah (الدارجة), secara harfiah berarti “yang umum digunakan” atau “yang berjalan di lidah sehari-hari”. Ia adalah dialek Arab yang digunakan secara luas di Maroko, berbeda cukup jauh dari Arab Fusha atau bahasa Arab standar modern yang biasa dipelajari di sekolah atau digunakan dalam konteks resmi dan keagamaan. Ciri khas Darijah adalah kecepatannya dalam pengucapan, banyaknya singkatan, dan pencampuran kata-kata dari berbagai bahasa asing. Bahkan, banyak penutur Arab dari negara lain seperti Mesir atau Yaman merasa kesulitan memahami Darijah karena struktur dan kosa katanya yang sangat berbeda dari Arab resmi.
ADVERTISEMENT
Darijah tak lahir dalam ruang hampa. Ia merupakan hasil akumulasi sejarah panjang Maroko sebagai titik temu peradaban. Selain bahasa Arab, masyarakat Maroko juga mewarisi bahasa Amazigh, bahasa asli etnis Berber yang masih digunakan secara luas hingga kini. Lalu, datanglah kolonialisme Prancis dan Spanyol yang meninggalkan jejak kuat dalam pendidikan, birokrasi, hingga bahasa sehari-hari. Akibatnya, Darijah mengadopsi banyak kosakata dari Prancis dan Spanyol.
Beberapa contoh kata pinjaman yang umum digunakan: tomobil (طوموبيل) dari Prancis automobile yang berarti mobil, servi (سيرفي) dari servir yang berarti menyajikan, dan sobrino (صوبرينو) dari Spanyol yang berarti keponakan. Tidak heran jika Darijah terdengar seperti bahasa Arab yang disisipi Prancis dan Spanyol, dengan struktur yang longgar dan fleksibel. Namun justru inilah yang membuatnya begitu khas.
ADVERTISEMENT
Meskipun Darijah digunakan oleh hampir seluruh rakyat Maroko, secara hukum negara ini hanya mengakui dua bahasa resmi: Arab Fusha dan Amazigh. Bahasa Arab standar digunakan dalam dokumen resmi, pendidikan, dan media cetak, sementara Amazigh mendapatkan pengakuan dalam upaya pelestarian budaya lokal. Darijah sendiri tidak memiliki status resmi, tetapi mendominasi ruang publik secara defacto. Ia menjadi bahasa pasar, obrolan keluarga, media sosial, dan bahkan muncul dalam konten hiburan arus utama.
Dalam beberapa tahun terakhir, muncul perdebatan mengenai peran Darijah dalam dunia pendidikan dan media. Ketika salah satu saluran TV nasional mencoba menayangkan program berita ringan dalam Darijah, reaksi publik pun terbelah. Sebagian menyambutnya sebagai langkah inklusif yang mengakui bahasa rakyat, sementara yang lain menilainya sebagai penurunan standar bahasa nasional. Kritik serupa juga muncul saat ada wacana menjadikan Darijah sebagai bahasa pengantar di sekolah dasar. Pihak pro berpendapat bahwa anak-anak akan lebih mudah belajar dalam bahasa yang mereka pahami sehari-hari. Sementara pihak kontra khawatir hal ini akan menggerus kemampuan berbahasa Arab resmi dan mengurangi keterhubungan Maroko dengan dunia Arab secara luas.
ADVERTISEMENT
Menariknya, Darijah kini justru berkembang pesat di dunia digital. Di YouTube, TikTok, dan Spotify, generasi muda Maroko lebih sering menggunakan Darijah dalam video blog, musik, dan sketsa humor. Bahasa ini menjadi alat ekspresi yang dianggap lebih natural, modern, dan relatable. Musisi seperti Manal dan grup hip-hop Shayfeen menggunakan Darijah dalam lirik lagu mereka dan mendapatkan jutaan pendengar, baik di Maroko maupun di kalangan diaspora.
Lebih dari sekadar alat komunikasi, Darijah menjadi simbol identitas budaya yang dinamis. Ia menunjukkan bahwa menjadi Maroko tak harus tunduk pada satu bahasa, satu sejarah, atau satu identitas. Justru sebaliknya, menjadi Maroko adalah merayakan keberagaman dalam satu suara yang penuh warna. Darijah menjadi penghubung antara masa lalu dan masa kini, antara yang lokal dan global.
ADVERTISEMENT
Kini, beberapa aktivis dan akademisi mulai mendorong agar Darijah diakui secara formal sebagai bahasa tersendiri. Buku anak-anak, novel populer, dan bahkan materi edukatif sudah mulai ditulis dalam Darijah. Proyek digital seperti kamus daring Darija dan kanal YouTube edukatif berbahasa Darijah menunjukkan bahwa bahasa ini punya potensi besar untuk dikembangkan dan dilestarikan.
Meski statusnya belum resmi, Darijah terus tumbuh dan menegaskan perannya sebagai bahasa rakyat. Ia bukan hanya cerminan dari siapa orang Maroko hari ini, tapi juga bukti bahwa bahasa bisa menjadi ruang untuk merundingkan identitas dan masa depan.
Bahasa tidak pernah netral. Ia membawa sejarah, perjuangan, dan bahkan luka. Dalam Darijah, kita bisa mendengar gema penjajahan, percampuran budaya, resistensi, dan kreativitas. Bahasa ini lahir dari kekacauan, tumbuh di jalanan, dan kini menuntut untuk diakui. Mungkin sudah saatnya kita berhenti melihatnya sebagai sekadar dialek, dan mulai merayakannya sebagai bahasa penuh martabat, yang berbicara dengan suara sendiri.
ADVERTISEMENT