Konten dari Pengguna

Keterlekatan Dalam Sosiologi Ekonomi

Anjani Septya Anggraeni
Mahasiswi Prodi Pendidikan Ekonomi Universitas Pamulang
9 Oktober 2024 9:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anjani Septya Anggraeni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Konsep yang paling terkenal dalam sosiologi ekonomi saat ini sejauh ini adalah keterlekatan (embeddedness). Meski terma tersebut bisa ditemukan dalam karya Karl Polanyi, namun terma tersebut jarang digunakan olehnya dan harus menunggu hingga 1980-an di mana Mark Granovetter mempopulerkannya. Meski sentralitas keterlekatan (embeddedness) terhadap apa yang saat ini disebut sebagai "sosiologi ekonomi baru" (pertengahan 1980-an) tidak lagi diragukan, namun status analitisnya, di sisi lain, dipertentangkan. Meski beberapa kalangan melihatnya sebagai piranti yang bermanfaat yang dengannya kita bisa melihat apa yang khas dalam pendekatan sosiologis, namun sejumlah ahli sosiologi ekonomi juga mempertanyakan kegunaannya.
Embeddedness. Sumber: freepik.com
Salah satu hal yang membuat konsep keterlekatan (embeddedness) sangat kontroversial barangkali adalah konsep ini memiliki banyak makna, mulai dari sebuah slogan yang menyatakan superioritas pendekatan sosiologis atas pendekatan ekonomi hingga visi yang lebih analitis, seperti dalam karya Granovetter (Granovetter 1985; cf. Granovetter 1992). Polanyi menggunakan konsep keterlekatan (embeddedness) sebagai bagian dari serangannya terhadap liberalisme dan pendekatan berorientasi pasar yang lebih umum. Bagian pertama argumennya sangat terkenal: masyarakat pra kapitalis ekonomi diintegrasikan ke dalam (atau dilekatkan seluruh masyarakat, terutama pada institusi politik dan religius; namun dengan bangkitnya kapitalisme ekonomi dipisahkan dan mendominasi seluruh masyarakat. Bagian kedua argumen Polanyi kurang terkenal, namun secara logika mengikuti bagian pertama argumennya: agar masyarakat bisa sehat kembali, ekonomi harus dilekatkan atau diintegrasikan ke dalam masyarakat. Institusi politik dan institusi kolektif lainnya harus menjadi preseden atas pasar.
ADVERTISEMENT
Melalui sebuah artikel yang sering dikutip pada pertengahan 1980-an, Granovetter memperkenalkan sebuah konsep keterlekatan yang berbeda dan secara analitis lebih bermanfaat (Granovetter 1985). Pertama-tama, dia menentang dimensi politik dari gagasan Polanyi dengan menyatakan bahwa ekonomi pra kapitalis sama terlekatnya seperti halnya ekonomi kapitalis, dalam arti bahwa keduanya bersifat sosial atau terlekat dalam struktur sosial. Kedua, dia membawa kedalaman analitis kepada konsep keterlekatan dengan menegaskan bahwa seluruh tindakan ekonomi terlekat dalam jaringan relasi sosial. Dalam hal ini, tidak terdapat keterlekatan ekonomi secara umum; seluruh tindakan ekonomi mengambil ekspresi interpersonal; dan berkat teori jaringan, ekspresi ini bisa dilacak dengan tepat.
Kita pada akhirnya barangkali juga akan berbicara tentang jalan ketiga di mana dalam terma tersebut konsep keterlekatan juga digunakan. Ini barangkali merupakan makna paling populer (dan kurang menarik), karena dalam hal ini konsep keterlekatan hanya sinonim dengan kata "sosial." Permusuhan umum yang dirasakan para sosiolog terhadap analisis ekonomi barangkali menjadi latar dari pemaknaan tersebut. Apapun alasannya, konten analitis dari makna tersebut mendekati nol.
ADVERTISEMENT