Konten dari Pengguna

Mengulas Kisah di Balik Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka

ANJELIA RATU OASIS
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
25 Oktober 2022 19:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ANJELIA RATU OASIS tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Cover Novel "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck" Karya Hamka Cetakan ke-16 (Sumber: dokumen pribadi).
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Cover Novel "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck" Karya Hamka Cetakan ke-16 (Sumber: dokumen pribadi).
ADVERTISEMENT
Identitas Novel:
a. Judul Buku: Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
ADVERTISEMENT
b. Penulis: Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah)
c. Tebal Buku: 224 halaman
d. Penerbit: PT. Bulan Bintang
e. Cetakan: Cetakan ke-16 (1984)
f. Tahun Terbit: 1938 (Cetakan ke- 1)
g. Harga Buku: Rp30.000,00
Pengantar Resensi Novel:
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck merupakan sebuah novel karya ulama dan sastrawan terkenal yang disebut Buya Hamka. Novel ini mengisahkan tentang kisah cinta antara Zainuddin dan Hayati yang tidak bisa bersatu dikarenakan persoalan adat-istiadat Minangkabau dan perbedaan kasta yang menghalangi kisah cinta mereka. Kisah cinta mereka ini pun berakhir dengan ditandainya peristiwa tenggelamnya kapal Van Der Wijck tersebut. Novel ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1938 dan terus dicetak ulang sampai sekarang. Karena novel ini selalu mengalami cetak ulang dan berhasil menarik perhatian masyarakat, seorang sutradara kondang bernama Sunil Soraya mengangkat novel ini menjadi sebuah film layar lebar pada 19 Desember 2013.
ADVERTISEMENT
Sinopsis Cerita:
Novel ini mengisahkan seorang pemuda bernama Zainuddin yang memiliki darah campuran. Ayahnya bersuku Minangkabau sedangkan Ibunya bersuku Makassar. Di Makassar ia dianggap sebagai keturunan Minangkabau. Hidup Zainuddin dipenuhi dengan kepahitan. Ayahnya membunuh Ibunya karena Ibunya selalu memoroti harta Ayahnya. Tidak lama dari sepeninggal Ibunya, Ayahnya pun menyusul ibunya dikarenakan sakit-sakitan. Zainuddin pun menjadi anak yatim-piatu. Kemudian, Zaenuddin pergi ke kampung halaman Ayahnya di Minangkabau. Akan tetapi, kehadirannya tidak diterima oleh masyarakat Minangkabau karena ia memiliki darah campuran.
Dengan berat hati, Zainuddin pergi ke suatu daerah bernama Batipuh (Kota Padang Panjang). Disitulah ia bertemu dengan seorang gadis bernama Hayati. Gadis yang dikenal dengan parasnya yang cantik dan berbudi baik. Disinilah timbul rasa cinta antara Zainuddin dan Hayati. Kisah cinta mereka tidak direstui oleh keluarga Hayati dikarenakan perbedaan kasta dan adat-istiadat mereka. Pedih hati Zainuddin tidak hanya sampai disitu, Hayati dijodohkan dan menikah dengan lelaki bernama Aziz yang berasal dari keluarga kaya raya dan masih sesuku dengan Hayati.
ADVERTISEMENT
Zainuddin dengan hati yang kecewa kemudian memutuskan untuk merantau ke Pulau Jawa tepatnya di Surabaya bersama Muluk sahabatnya. Disinilah Zaenuddin meraih kesuksesannya dan menghasilkan banyak karya. Singkat cerita, Hayati dan Zaenuddin dipertemukan kembali namun dalam kondisi yang berbeda. Kondisi rumah tangga Hayati dan Aziz berantakan, belakangan diketahui bahwa Aziz bangkrut karena hobinya yang suka mabuk-mabukkan dan berjudi. Aziz pun menyadari akan dirinya yang sudah diambang kemiskinan, ia menyerahkan Hayati kepada Zainuddin. Aziz pun memutuskan untuk melakukan bunuh diri di sebuah hotel. Mendengar hal itu, hati Hayati sangat sedih. Akan tetapi, Zaenuddin tidak bisa menerima Hayati kembali dikarenakan rasa sakit hati yang pernah dideritanya.
Dipulangkanlah Hayati ke kampung halamannya di Minangkabau menggunakan kapal mewah Belanda yang bernama kapal Van Der Wijck. Dalam perjalanannya menuju Minangkabau, kapal tersebut tenggelam dan menewaskan Hayati. Mendengar hal tersebut, Zaenuddin merasa menyesal menyuruh Hayati balik ke kampung halamannya. Sampai setiap hari, ia berziarah ke kuburan Hayati. Zaenuddin pun menyusul Hayati setahun kemudian dikarenakan sakit-sakitan. Zaenuddin meninggalkan harta yang berlimpah dan sebuah hikayat cinta yang ia tulis, berjudul “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”. Makam Zaenuddin terletak di sebelah wanita yang dicintainya yaitu Hayati. Berakhirlah kisah cinta mereka bagaikan sepenggal lirik dalam sebuah lagu yakni “ku di liang yang satu, ku di sebelahmu”.
ADVERTISEMENT
Kelebihan Novel:
a. Membuat pembaca terhanyut dan merasakan cerita yang ditulis oleh penulis.
b. Terdapat beberapa pelajaran yaitu mengenai pengertian cinta suci bukan hanya kepada manusia saja namun terhadap tanah kelahiran, hukum adat-istiadat, dan kekeluargaan.
c. Mengajarkan nilai-nilai patriotisme.
d. Terdapat unsur keagamaan dan menjadikan novel ini sebagai salah satu media dalam mengkritik masyarakat yang tidak suka dengan hukum adat-istiadat.
e. Novel ini dapat dilihat dari perspektif sastra, sejarah, sosial, dan budaya.
f. Novel ini diangkat ke layar lebar dikarenakan popularitasnya.
Kekurangan Novel:
a. Meskipun sudah cetakan ke-16 gaya bahasanya masih belum sempurna meskipun sudah disesuaikan dengan EYD pada saat itu.
b. Banyak menggunakan bahasa daerah sehingga para pembaca kurang dapat memahaminya.
ADVERTISEMENT
c. Adat-istiadat yang diceritakan dalam novel ini tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yakni seharusnya semua manusia berhak mendapatkan cinta, pengakuan, dan kasih sayang keluarga.
Amanat Yang Terkandung:
Cinta yang tulus dari hati seseorang adalah cinta yang tidak perlu saling memiliki dan dalam hidup kita harus mempunyai tujuan atau motivasi hidup sehingga tidak mudah dikalahkan oleh masalah yang berdatangan.
Anjelia Ratu Oasis, Mahasiswa Semester 3 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.