Konten dari Pengguna

Mengenal Pemecah Rekor MURI Pembuat Emping Terbesar Melalui Etnovideografi

Anjelita Iik Oktavia Ubaidillah
Mahasiswa S1 Antropologi Sosial Universitas Diponegoro
11 Agustus 2024 10:37 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anjelita Iik Oktavia Ubaidillah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Etnovideografi oleh Anjelita Iik Oktavia Ubaidillah yang diunggah pada platform Youtube.
zoom-in-whitePerbesar
Etnovideografi oleh Anjelita Iik Oktavia Ubaidillah yang diunggah pada platform Youtube.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Batang, (5/8/2024) -  Kecamatan Limpung dikenal sebagai “Kota Emping”. Pemberian julukan tersebut memiliki sejarah dan makna yang mendalam bagi kehidupan masyarakat. Keseharian masyarakat sebagai pengrajin emping, produk emping yang sangat diminati khalayak umum hingga prestasi yang mengharumkan nama Kecamatan Limpung kemudian menjadi faktor di balik julukan emas tersebut.
ADVERTISEMENT
Untuk melihat kisah di balik nama Kota Emping ini, salah satu mahasiswi Kuliah Kerja Nyata TIM II Universitas Diponegoro Anjelita Iik Oktavia Ubaidillah, membuat etnovideografi dengan judul “Emping: Sejarah dan Matapencaharian Warga Desa Ngaliyan”. Etnovideografi yang berisikan rekam jejak masyarakat Desa Ngaliyan dalam membuat emping, diunggah pada platform Youtube dan bisa disaksikan pada tautan di bawah ini.
https://youtu.be/ptXup6oLPE0?si=_5XvQr96MZCISjF5
Anjelita mengabadikan monumen "Kota Emping" di dekat Alun-Alun Kecamatan Limpung.
Julukan Kota Emping ternyata berasal dari Desa Ngaliyan. Konon katanya, asal mula emping juga berawal dari desa ini. Salah satu warga bernama Mbah Puah pada tahun 1939, mencoba berbagai olahan melinjo karena banyaknya sumber daya alam melinjo di daerah tersebut. Keberhasilan Mbah Puah dalam mengolah melinjo menjadi emping, kemudian menyebar hingga satu desa yang akhirnya mahir dalam membuat emping melinjo.
Anjelita melakukan sesi wawancara dengan pengurus Kelompok Wanita Tani Rejo.
Pada tahun 2003, Desa Ngaliyan juga mencetak Rekor MURI sebagai Pembuat Emping Terbesar. Prestasi ini diraih oleh Kelompok Wanita Tani Rejo yang pada saat itu dilakukan oleh 30 pengrajin. Emping yang dibuat memiliki diameter sebesar 310 cm dan berhasil mengharumkan nama Desa Ngaliyan maupun Kecamatan Limpung hingga saat ini.
Perekaman Rekor MURI Pembuat Emping Terbesar oleh Kelompok Wanita Tani Rejo pada tahun 2003.
Berdirinya sentra-sentra emping di Desa Ngaliyan menjadikan emping melinjo sebagai komoditas terbesar di desa tersebut. MR dan Sumber Rejeki Emping menjadi dua di antara sentra-sentra emping yang ada di Desa Ngaliyan. Kedua produksi emping tersebut, mengepul produksi-produksi emping yang dilakukan oleh warga desa maupun karyawan secara mandiri. Produksi ini telah memasarkan emping hingga luar pulau. 
Anjelita memotret buah melinjo muda.
Terdapat sangat banyak pohon melinjo yang tertanam di Desa Ngaliyan. Namun sayangnya, saat ini pohon melinjo sudah berkurang karena hama yang merusak akar pohon hingga melinjo tidak dapat berbuah. Selain itu, pohon melinjo juga sudah digantikan oleh pohon-pohon sengon karena nilai jual yang lebih tinggi. Tapi terlepas dari kekurangan tersebut, hal itu tidak melunturkan semangat masyarakat dalam memproduksi emping karena sejatinya, menjadi pengrajin emping merupakan keahlian yang telah diwariskan secara turun-temurun dan sudah menjadi bagian dari budaya Desa Ngaliyan.
Potret Industri emping di Desa Ngaliyan oleh Anjelita.
Masyarakat berharap bahwa semangat masyarakat dalam membuat emping dapat terus membara hingga melambungkan emping pada kancah internasional. Program ini kemudian dilaksanakan dengan harapan untuk mengenalkan kepada publik terkait bagaimana sejarah dan prestasi serta budaya masyarakat Desa Ngaliyan maupun Kecamatan Limpung sebagai pengrajin emping.
ADVERTISEMENT