SOEKARNO JATUH CINTA PADA MARXISME DI USIA 19 TAHUN

Anju Nofarof Hasudungan
Guru Sejarah SMAN 1 Rupat Penerima Beasiswa LPDP Lulusan Cum Laude Magister Pendidikan Sejarah UNS
Konten dari Pengguna
2 Maret 2017 13:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anju Nofarof Hasudungan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Soekarno mengenal Marxisme dari Hartogh, seorang gurunya di sekolah menengah HBS (Algemeene Middelbare School) di Surabaya. Sejak itu, soekarno menjadikan ajaran Marxisme sebagai analisis pisau dalam mengurai pandangan sosialnya. Usai lulus HBS tahun 1920. Beliau pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar "Ir" pada 25 Mei 1926. Debut politik pertama Soekarno adalah ikut mendirikan Algemene Stu die Club di Bandung pada 1926, sebuah klub diskusi yang berubah menjadi gerakan politik radikal. Tiga bulan setelah lulus kuliah, dia menu lis rangkaian artikel berjudul Nasionalisme, Islam, dan Marxisme dalam sebuah terbitan milik perkumpulan Indonesia Moeda yang menarik perhatian kaum terpelajar kala itu. Ia menekankan pentingnya persatuan nasional, satu front bersama kaum nasionalis, Islamis, dan Marxis, dalam perlawanan tanpakompromi (non-kooperatif) terhadap Belanda. Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu. Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu. Dalam tulisan Soekarno di koran Fikiran Rakjat Bandung, dia menegaskan perlunya persatuan antara para nasionalis, agama, dan marxis untuk membebesakan Indonesia dari belenggu kolonial. Siapakah Hartogh ? C Hartogh, seorang guru Hogere Burger School di Surabaya, tempat Soekarno menuntut ilmu. Pribadi C Hartogh yang anggota Indische Sociaal Democratische Vereeninging, Kemudian menjadi anggota Indische Sociaal Democratische Partij adalah seorang sosial demokrat. Hubungan Soekarno dengan C Hartogh, bukan hubungan yang terbatas di dalam sekolah, tetapi ia mampu juga mempengaruhi Soekarno agar pemikirannya lebih moderat. D.M.G Koch, yang merupakan juru bicara ISDP, adalah orang yang sering meminjamkan buku-buku tentang marxisme kepada Soekarno, walaupun hubungan mereka berdua hanya terbatas pada itu saja. Apakah Soekarno seorang Komunis ? Bukan !!! Soekarno bukan seorang komunis, dia seorang individualis. manusia congkak dengan suara batin menyala-nyala. manusia yang berani mengaku mencintai dirinya sendiri sehingga dia tidak akan mungkin menjadi satelit yang melekat pada bangsa lain baik blok timur maupun blok barat. Soekarno tidak menghambakan dirinya kepada bangsa lain. Lalu mengapa Soekarno pada masa pemerintahannya, sangat dekat dengan negara berpaham Komunis ? Soekarno pernah mengatakan bahwa kedekatannya pada negara-negara komunis disebabkan mereka (negara berpaham komunis ) menerima dia sebagai partner, teman seperjuangan, menerima Soekarno dengan hangat sebagai sahabat. Bukan sebagai hamba, bukan sebagai rendahan seperti bangsa kapitalis memperlakukannya. banyak kunjungan kenegaraan Soekarno dinegara-negara komunis selalu disambut hangat oleh rakyat maupun para pemimpin negara komunis. Bukan sebagai musuh, tapi sebagai sahabat, bukan sebagai rendahan tapi sebagai partner. Hal-hal itulah yang membuat Soekarno selama menjadi Presiden republik Indonesia melaukan kerjasama di berbagai aspek terutama ekonomi, politik, militer dan lainnya. Sebab itulah soekarno sering di sebut sebagai Komunis padahal, bukan. Soekarno pernah berkata " orang komunis meninginkan satu bangsa di dunia. mereka justru menandakan nasionalisme untuk menghadirkan internasionalisme. Soekarno seorangnasionalis revolusioner. seorang ultranasionalis, seorang supranasionalis. Jelas bukan seorang komunis , bukankah komunisme dan soekarnoisme memiliki perbedaan-perbedaan ideologis ?" Tarzie Vittachi, wartawan senior Sri Lanka memahami pendapat tersebut. Dia menambahkan, "Soekarno jelas tidak lebih komunis dari misalnya Jawaharal Nehru, Perdana Menteri India. Dia juga tidak kurang derajat keIslamanya dengan Jenderal Ayub Khan, Presiden Republik Islam Pakistan. Dan kalaupun Soekarno terasa jauh lebih nasionalis dibandingkan tokoh sezamannya, itu semua karena perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui pertempuran sengit. Sesudah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan , sejak awal dasawarsa tahun 1960-an, khususnya setelah Dekrit Presiden dan Bung Karno menyatakan Indonesia kembali ke UUD 1945, penunjang utama bangunan politik Indonesia prkatis hanya tinggal PKI (partai komunis Indonesia) dan TNI-AD. Situasi ini ada setelah pemerintah Indonesia baru saja menumpas pemberontakan separatis PRRI- Permesta. SOEKARNO DAN KOMUNISME Menurut Dedi Rafidi dalam buku Sejarah Kebangkitan Nasional, diterbitkan Penerbit Erlangga, pada bulan Oktober 1921 Semaun dan Darsono berangkat ke Moskow, Rusia, untuk mempererat hubungan diplomasi sekaligus menjadi anggota Komintern (Komunis Internasional) yang didominasi oleh Partai Komunis Rusia. Asas perjuangan PKI adalah semboyan Sama Rata Sama Rasa, dengan prinsip antikolonialis dan kapitalis serta bersikap revolusioner. PKI dalam berjuang melawan kolonialisme Belanda tetap bersikap internasionalis dan menganggap bahwa nasionalisme adalah gagasan yang harus dilawan. Partai ini didukung oleh kalangan buruh yang bersifat sosialis karena prihatin setelah melihat keadaan sosial ekonomi yang hancur akibat Perang Dunia I. Pada masa itu pemerintah kolonial Belanda menaikkan pajak yang memberatkan rakyat dan anggaran belanja kesejahteraan rakyat pun dikurangi. Sementara itu, PKI semakin mengambil garis radikal dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Hal ini tampak dalam berbagi tindakan pemogokan dan pemberontakan yang merusak aset negara dan mengakibatkan pertumpahan darah. Dalam kondisi ekonomi bangsa Indonesia yang tidak menentu, pada bulan Mei 1923 PKI mendukung demonstrasi dan pemogokan pegawai kereta api yang mengakibatkan Semaun dibuang ke luar negeri. Kemudian aksi radikal PKI dilanjutkan dengan aksi-aksi pemogokan yang lebih luas di berbagai wilayah Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, PKI diperkuat oleh tokoh-tokoh komunis seperti Tan Malaka, Alimin, dan Muso. Sepeninggal Semaun dan Darsono, pemimpin-pemimpin PKI yang masih ada mengadakan pemberontakan yang menyimpang dari pola umum kebangkitan nasional bangsa Indonesia melawan kolonialisme Belanda Pada dasarnya Komunis dan Soekarno punya cita-cita yang sama yaitu antikolonialisme dan antikapitalisme. dari pola pergerakan untuk melawan bangsa kolonial dan kapitasli juga sama, revelusioner, radikal, dan Non-Kooperatif. Akan tetapi, tetap saja Soekarno dengan paham Marheinsimenya dan Komunisme punya berbedaan Tulisan Soekarno yang bernada marxisme, mungkin dapat ditelusuri lewat tulisannya yang berjudul 'Nasionalisme, Islam dan Marxisme´ sebuah tulisan yang diterbitkan oleh Indonesia Moeda, milik Kelompok Studi Umum Bandung, yang dipimpin Soekarno, dimuat tiga kali berturut-turut, November-Desember 1926 dan Januari 1927. Disanalah terlihat secara jelas pengetahuan Soekarno tentang marxisme yang begitu luas, bagi anak muda seusianya. Tetapi bukan berarti ia dogmatis melihat marxisme, seperti apa yang dikatakan dalam tulisannya. "Adapun teori marxisme sudah berubah pula. Memang seharusnya begitu Marx danEngels bukanlah nabi-nabi yang bisa mengadakan aturan-aturan yang bisa terpakai segala zaman.Teori-teorinya haruslah dilakukan pada perubahan dunia, kalau tidak mau menjadi bangkrut." Begitu pula dengan pleidoi Soekarno yang diucapkan di depan Landraad Bandung,memperlihatkan besar pengaruh marxisme dalam diri Soekarno, ketika ia menguraikan tentang betapa kejamnya kapitalisme dan imperialisme itu yang terjadi di Nusantara itu. 'Kapitalisme adalah sistem pergaulan hidup yang timbul dari cara produksi memisahkan kaum buruh dari alat-alat produksi, kata Soekarno, kalau diperhatikan ungkapan itu jelas sekali mengingat kata-kata yang diungkapkan kaum marxis. Bahkan ketika ia mengajukan argumentasi bahwa imperialism adalah konsekuensi dari ekspor modal guna mencegah merosotnya nilai modal di dalam negeri.Sebenarnya ia sudah bergerak jauh, ia terpengaruh oleh analisis Lenin dalam bukunya "Imperialisme. Tingkat Tertinggi Kapitalisme". Ada periode tertentu, dalam sejarah pemikiran Soekarno yang oleh Bernhard Dahm dianggap sebagai satu tahap marhaenis (marxis), tahun 1932-1933. Pada masa itu terlihat secara jelas pengaruh marxis, ia membicarakan tentang Demokrasi Politik dan Demokrasi Ekonomi,yang mana disebutkan kalau pembangunan politik hendaknya sejalan dengan pembangunan ekonomi, di mana seorang yang mengecap kebebasan politik, seharusnya dapat pula mengecap kesejahteran sosial. Untuk itulah ia tak menyetujui terjadinya demokrasi parlementer, "..Kapitalisme subur dan merajalela, di semua negeri itu rakyat tidak selamat, bahkan sengsara sesengsara-sesengsarnya.." Kata-kata yang diucapkan Soekarno itu, sering terdengar sebagai ucapan seorang marxis, yang mana senatiasa menekankan perlunya keselarasan kedua demokrasi itu. Walaupun Soekarno seorang marxis, ia tidak sepenuhnya menjalankan doktrin marxis,seperti yang terlihat dalam tulisannya "Kapitalisme Bangsa Sendiri?" Soekarno menyebutkan bahwa kapitalisme bangsa Indonesia harus ditentang sebab menyengsarakan kaum Marhaen.Pertanyaan yang muncul adalah, apa perlu menggunakan perjuangan kelas? Untuk itu, Soekarno mempunyai jawaban "…Dan apakah prinsip kita itu berarti bahwa kita ini harus mementingkan perjuangan kelas? Juga sama sekali tidak. Kita nasionalis mementingkan perjuangan nasional perjuangan kebangsaan…" Pernyataan ini, jelas menunjukkan bahwa ia tak pernah menginginkan adanya perjuangan kelas. Yang diinginkan adalah, terjadi revolusi nasional atau tahap revolusi sosial perlu diadakan kemudian. Di sini Moh Hatta lebih radikal, menginginkan revolusi nasional dan revolusi sosial berjalan seiring.Tulisan Soekarno dalam Fikiran Ra´jat dengan judul "Marhaen dan Proletar" disertai komentar oleh Soekarno, dalam bulan Juli 1933. Tulisan ini merupakan kesembilan tesis yang penting dari Partai Indonesia (Partindo) Dalam butir kedua, dikatakan. "Marhaen, yaitu kaum proletar Indonesia, kaum tani Indonesia yang melarat dan kaum melarat Indonesia yang lain-lain." Di sini kelihatan sikap kritis Soekarno terhadap marxisme. Soekarno lebih menyukai kata atau istilah Marhaen daripada Proletar, sebab istilah Marhaen lebih mengenai untuk masyarakat agraris seperti Indonesia. Walaupun gagasannya itu dianggap melebihi marxisme, tetapi ia masih tetap percaya terhadap ramalan-ramalan marxisme. Seperti terlihat, ketika ia memberi komentar pada butir kelima, kaum proletar harus memainkan peranan yang teramat.
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA
Pour, Julius. September 2010. Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan, & Petualang. Kompas: Jakarta.
Amazing Offers: http://bit.ly/cheap_gadgets