Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Tinggalkan Kegaduhan Politik dan Mengabdilah ke Pelosok Negeri
1 Maret 2017 14:22 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
Tulisan dari Anju Nofarof Hasudungan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penulis ingin menyampaikan pesan dan mengajak setiap anak muda Indonesia untuk menulis kisahnya dengan mengabdikan diri ke pelosok negeri.Sebelum menjadi guru di pelosok negeri penulis adalah aktivis kampus yang terlibat berbagai aksi demonstrasi. Sebuah fase hidup yang membentuk dan menuntun penulis untuk memilih jalan sebagai pendidik di pelosok negeri bukan malah menjadi politikus. Penulis juga bukanlah orang pertama dan bukan pula yang terakhir dalam mengabdikan diri ke pelosok negeri. Banyak juga cerita tentang anak muda Indonesia yang jauh sebelum penulis telah memutuskan untuk pergi dan mengabdi bahkan meninggal zona nyaman hidup seorang muda. Tetapi, percayalah pengalaman hidup seperti ini tidak akan pernah bosan dan habisnya untuk diceritakan sebagai kisah hidup kita. Lebih dari itu tanpa merendahkan cara dan jalan yang lain dalam berkontribusi untuk kemajuan bangsa. Kita telah menjawab pertanyaan klasik mantan Presiden Amerika Serikat John F Kennedy ″jangan tanyakan apa yang telah negara berikan kepadamu tetapi tanyakan apa yang sudah anda berikan kepada negara″. Mengabdikan diri ke pelosok negeri semakin mendekatkankita dengan jutaan manusia yang bertanya tentang hakikat sebuah hidup. Saat ini penulis lagi menikmati pengalaman dan perasaan itu. Sungguh suatu periode hidup yang membahagiakan, bisa mengabdikan ke pelosok negeri. Anak muda Indonesia berjumlah 69 juta jiwa lebih, itu adalah kekuatan yang luarbiasa untuk melakukan suatu perubahan untuk kebaikan. Banyak permasalahan di daerah sepertikemiskinan, pemerataan pendidikan, rendahnya kualitas kesehatan. Salah satu studi kasus ialah jika anda kepedalaman Papua khususnya pegunungan tengah Papua. Anda akan temukan suatu realita kehidupan yang tidak pernah anda temukan sebelumnya di kota. Penulis akan ceritakan apa yang penulis dapatkan selama setengah tahun lebih di pedalamanpegunungan tengah Papua:
ADVERTISEMENT
1. Penyakit HIV AIDS di Papua nomor satu di Indonesia, dan lucunya disini tidak dikenal penyakit HIV AIDS tetapi disebut penyakit buatan, penyakit kutukan, dan penyakit tunggu mati.
2. Kehangatan keluarga yang hampir sulit kita temukan di pedalaman pegunungan tengah Papua.
Mama dan anak bekerja dan bapak berjudi dan kawin banyak.
3. Kemiskinan.
Hampir disetiap daerah di Indonesia ada dan disini lebih kompleks.
4. Guru yang jarang masuk.
5. Perang suku.
6. Seks bebas yang diselubungi budaya.
7. Pengunanan dana BOS dan dana desa tidak dikontrol.
8. Sikap hedonis pejabatnya
Disinilah kita akan dibenturkan dengan realita kehidupan dan dipacu jiwa dan raga untuk dapat melakukan sesuatu hal guna perbaikan. Apapun bidang kita, penulis yakin dan percaya dengan niat yang baik. Maka, kita akan dapat melakukan sesuatu hal sekecil apapun itu.Temukan polosnya anak-anak dan kebersahajaan masyarakat menyambut kita. Sungguh, penulis mendapatkan itu semua dan menjadi semangat untuk berkarya. Di pelosok negeri banyak ″lahan″ yang siap untuk kita kelola dan membentuk kita menjadi calon pemimpin dimasa depan yang mengenal bangsa sendiri. Membentuk kita menjadi pribadi yang matang dan problem solver, semua itu demi Indonesia emas 2045. Tahukan anda, bahwa ulang tahun emas negara ini ditahun 2045 adalah periode untuk anak-anak muda berkelahiran 1990-an dan 2000-an. Benar sekali, itu adalah periode dimasa penulis lahir, mungkin juga anda. Artinya, 2045 kitalah yang memegang estafet kepemimpinan negara ini, kepemimpinan bidang apapun itu.Kegaduhan politik yang penulis maksud dalam judul diatas ialah kondisi kekinian kehidupan bangsa Indonesia sebuah fenomena yang sangat mengkuatirkan penulis. Akibat media dan politik, anak muda Indonesia terjerumus dan menjadi korban dalam perpecahan. Ini adalah sisa pertarungan sengit Pilpres 2014. Anak muda membuat website, akun di media sosial dan sarana lainnya dalam ″perang pemikiran″ yang intensitasnya sangat kuat dan berisi kebencian dan perpecahan. Tinggal menunggu waktu saja, apabila atmosfer ini terus dipertahankan maka persatuan dan kesatuan bangsa akan hancur. Kritik penulis utarakan kepada elit politik dan media menjadi sumber kekacauan ini. Indonesia garurat persatuan. BIODATA DIRI Nama : Anju Nofarof Hasudungan, S.PdT.T.L: Bengkulu, 18 Nopember 1992Email: [email protected] Tinggal saat ini : Jalan Pattimura Ujung, Sekre SM-3T Kab.Jayawijaya, Wamena, 99551.No.HP: 085356739476ID.Facebook: Anju Nofarof Hasudungan ([email protected]) Sumber: Koleksi Pribadi Sumber: Koleksi pribadi Sumber: Koleksi pribadi q
ADVERTISEMENT