Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Kebahagiaan menurut Perspektif Islam
14 Desember 2022 23:21 WIB
Tulisan dari Anna Yunita Gusti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Kebahagiaan terletak pada kemenangan memerangi hawa nafsu dan menahan kehendak yang berlebih-lebihan.” - Abu Hamid Al Ghazali
ADVERTISEMENT
Kehidupan manusia diwarnai dengan tujuan dan harapan-harapan, salah satu tujuan dan harapan tersebut adalah kebahagiaan. Kebahagiaan seolah-olah yang paling didambakan, dengan berbagai macam usaha dan jatuh bangun dalam meraihnya. Kebahagiaan yang mereka artikan kebanyakan terkait materi atau hedonisme saja. Berbeda dengan definisi bahagia menurut islam.
Pernah gak sih Kamu Bahagia?
Menurut Penulis setiap orang pasti pernah merasakan bahagia, bahagia dalam arti mereka sendiri. Dalam Psikologi Positif, memandang bahwa kebahagiaan adalah cara hidup yang dapat membuat individu memenuhi seluruh potensi dirinya dan mampu menuju kehidupan manusia yang baik. Sebenarnya, bahagia itu abstrak dan subjektif, setiap orang mempunyai makna berbeda dalam mengartikan kebahagiaan itu. Tidak ada patokan khusus dalam menafsirkan kebahagiaan. Artinya, setiap orang berhak untuk memaknai kebahagiaan dengan caranya sendiri. Tapi, kebahagiaan yang mereka artikan kebanyakan adalah kebahagiaan yang semu. Islam punya definisi sendiri terkait kebahagiaan loh.
ADVERTISEMENT
Banyak ilmuwan muslim yang mendefinisikan kebahagiaan, mulai dari ilmuwan klasik sampai ilmuwan masa kini. Seperti Ibnu Miskawaih mendefinisikan kebahagiaan ke dalam dua bentuk, yang pertama, kebahagiaan dalam bentuk badan (materi) dan yang kedua, dalam bentuk jiwa. Dalam bentuk materi, kebahagiaan hanya berbentuberbentukmembagikank penyesalan, kepedihan, dan menghambat jiwa untuk terhubung kepada Allah Swt., berbeda dengan kebahagiaan jiwa, yang merujuk pada kebahagiaan sempurna yang mengantar manusia pada derajat malaikat. Sedangkan, Al-Ghazali menekankan esensi kebahagiaan hanya kepada jiwa saja, yang dapat diperoleh dengan mengenal diri, mengenal Allah, dunia, dan akhirat. Dan kebahagiaan tertinggi adalah ketika manusia mengenal Tuhannya. Dengan mengenal Tuhannya manusia akan selalu merasa cukup dan tidak membutuhkan apapun di dunia ini.
ADVERTISEMENT
Cara Meraih Kebahagiaan dalam Islam
Dalam jurnal yang berjudul “KEBAHAGIAAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN FILSAFAT” ditulis oleh Khairul Hamim, menyebutkan bahwa Kang Jalal membagikan cara memperoleh kebahagiaa berdasarkan kajian ayat-ayat Al-Quran, yaitu :
1. Yakin di setiap Kesulitan ada kemudahan
Kebingungan dan kesedihan adalah hal yang tidak asing lagi bagi kita, tenang dan yakinlah kepada Allah dalam menghadapinya, agar hidup kita tetap bahagia. Dalam surat al-Insyirah Allah menerangkan “… sungguh, Bersama kesulitan pasti ada kemudahan”, itu artinya bahwa di setiap kesulitan yang kita hadapi selalu akan ada jalan untuk menghadapinya.
2. Bersyukur, Rida, dan Tawakal di setiap Musibah
Musibah atau masalah akan selalu ada di hidup kita, jangan dihadapi dengan keluhan yang berlebihan, sebab hal tersebut akan membuat hal-hal negatif dan berpengaruh pada tubuh. Sebaliknya, kita harus menghadapi musibah atau masalah dengan rasa syukur dan rida maka akan berpengaruh positif dan kebahagiaan pun dapat dirasakan. Allah berfirman dalam surat al-Taubah, “Apa yang menimpa kami ini telah Allah gariskan. Dialah pelindung kami. Hanya Allah semata semestinya orang-orang mukmin itu bertawakal”
ADVERTISEMENT
3. Memaafkan Kesalahan Orang Lain
Menurut Al-Quran obat dari sakit hati adalah dengan memaafkan. Dengan memaafkan hidup kita akan jauh lebih bahagia, sebab memaafkan akan lahir dari hati yang bahagia. Allah berfirman dalam surat al-Nahl, “Balaslah perbuatan mereka setimpal dengan apa yang mereka perbuat kepadamu. Namun, jika kau lebih memilih menahan diri, itu lebih baik”
4. Menjauhi Prasangka Buruk
Secara psikologis, prasangka buruk menyebabkan penderitaan jiwa, seperti marah, cemas, dan berbagai emosi negatif lainnya. Allah berfirman dalam surat al- Fath: 12, “Setan telah menghias prasangka itu di hati kalian. Kalian telah berprasangka buruk. Maka, jadilah kalian kaum yang menderita”. Maka dari itu, selalu berpikiran positif agar hidup kita bahagia.
5. Menjauhi Marah-marah ketika Tertimpa Masalah
ADVERTISEMENT
Marah dapat berpengaruh kepada fisik dan pikiran, serta dapat menjadikan stress. Dampak lain juga dapat menimbulkan kebenciam dan dendam. Maka hidup akan jauh dari kata bahagia dan menjadi penyakit. Allah berfirman dalam surat al-Kahfi: 6, “Sekiranya mereka tidak memercayai Al-Quran, barangkali kau akan membunuh dirimu sendiri karena sedih, meratap, setelah mereka berpaling”
6. Mengurangi Keinginan yang Bersifat Duniawi dengan Zuhud dan Qona’ah
Dalam hidup kita sering kali menginginkan sesuatu, tapi terkadang sesuatu itu tidak realistis, sehingga menyebabkan diri menjadi stres karena tidak tercapainya keinginan tersebut. Tidak ada cara yang paling mudah menghilangkan stres kecuali mengurangi keinginan untuk memiliki segala-galanya. Al-Quran dalam surat Thaha: 124 menggambarkan situasi stres dengan kalimat, “Dadanya dijadikan sesak dan sempit, seperti orang yang terbang ke langit”.
ADVERTISEMENT
Berhenti Mengartikan Kebahagiaan dengan Materi saja
Bahagia akan terlalu sempit jika diartikan hanya dengan materi saja. Sifat manusia yang tidak pernah puas, haus akan validasi, dan selalu mengejar apa yang mereka rasa belum cukup, hanya akan membuat lelah fisik dan tentunya pikiran juga. Lebih kenali diri Kamu dan Tuhanmu, maka hal tersebut akan jauh membuatmu lebih bahagia dan lebih menikmati hidup.
Dengan melakukan petunjuk-petunjuk Al-Quran di atas, menurut Rahmat dapat mengetahui bagaimana memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dan tentunya untuk meraih kebahagiaan itu kita perlu paham makna bahagia itu sendiri.
Referensi:
Hamim, K. (2016). Kebahagiaan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Filsafat. Tasâmuh, 13(2), 127-150.
Arroisi, J. (2019). Bahagia dalam Perspektif al-Ghazali. Kalimah: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, 17(1), 89-103.
ADVERTISEMENT